Chereads / VINCENZO_ELLEANOR / Chapter 18 - An intruder..

Chapter 18 - An intruder..

"Aku akan melakukan apapun untuk kalian, kau dan Celio sudah sangat menjagaku dengan baik, aku tak mungkin membiarkan tuan muda menyakiti kalian karena aku."

"Sayang, tuan Vincen bukan pria yang buruk, ia tak mungkin menyakitiku dan Celio, kau tidak..."

"Tidak! Dia pria yang sangat kasar, aku tak menyukainya." potong Elleanor Allmora yang benar benar sudah menanamkan kebencian didalam hatinya kepada Vinzenco Squire.

"Clementi, jangan seperti itu sayang,"

"Yah, maafkan aku Reberta. But, you can't force me to like it. Karena aku tidak bisa." angguk Elleanor Allmora yang hanya di balas satu helaan nafas panjang oleh Reberta.

"Tentu saja sayang," balas Reberta tersenyum, mengusap rambut panjang Elleanor Allmora. "Baiklah, sebaiknya kau lekas mebersihkan diri, waktunya sarapan." sambung Reberta.

"Tapi aku tak lapar Reberta, bisakah aku di sini saja?" Tanya Elleanor Allmora berubah cemberut.

"No dear, kau tahu jika tuan muda tak akan setuju." balas Reberta menangkup wajah cantik Elleanor Allmora.

"Oh Tuhan, baikah.. aku akan mandi dan turun," angguk Elleanor Allmora pasrah, sadar jika ia tak bisa melakukan apapun sesuai dengan keinginannya lagi, bahkan ia harus mulai terbiasa untuk mengikuti semua peraturan dan keinginan Vinzenco Squire.

"Anda sunggu manis nona muda," goda Reberta yang membuat Elleanor Allmora hanya bisa tersenyum menanggapi candaan tersebut, sejujurnya Reberta sangat tau, jika sata ini suasana hati Elleanor Allmora sangatlah tidak baik, mungkin suasana akan berbeda jika saja Ethan Sharos di sini menghibur hati gadis itu seperti kebiasaannya saat masih berada di Supai.

"Oh iya, apa punggungmu baik baik saja Reberta?" Tanya Elleanor Allmora menghentikan langkah saat hendak kekamar mandi, membalikkan tubuh seraya menatap Reberta yang seketika mengernyit, terlihat bingung. Bahkan langsung memegangi punggungnya yang ia rasa baik baik saja.

"P-unggung?"

"Yah, punggung," angguk Elleanor Allmora.

"Punggungku baik baik saja, tidak terjadi sesuatu nona, memang ada apa?" tanya Reberta masih merasa heran dengan pertanyaan Elleanor Allmora yang begitu tiba tiba membahas soal punggung. Bahkan wanita itu langsung memegangi punggungnya yang memang baik-baik saja.

"Wuah... kau bahkan tak merasakan sakit atau pegal sedikitpun, padahal sudah menggendongku sampai ke kamar saat tidur," balas Elleanor Allmora melanjutkan langkahnya.

"Menggendongmu? Tapi itu bukan aku..." kalimat Reberta terhenti, bersamaan dengan langkah kaki Elleanor Allmora yang juga ikut berhenti, bahkan kembali membalikkan tubuh menatap Reberta dengan kening mengernyit.

"Maksudnya? Itu bukan kau?"

"Yah, bukan aku yang menggendong anda semalam nona," jawab Reberta hingga  membuat Elleanor Allmora cukup terkejut.

"Lalu siapa? Celio?" tanya Elleanor Allmora mulai panik, sebab jika memang itu bukan Celio, berarti itu Mosha Fillipo, atau...

Tidak mungkin.. tidak mungkin dia..

"Itu bukan Celio,"

"Lalu? Uncle Mosha?" tanya Elleanor Allmora berharap.

"Dia tuan muda..."

"What?"

Elleanor Almorra cukup shock, mulutnya mangap-mangap. Ingin mengatakan sesuatu namun tertahan di tenggorokan.

Dugaannya memang benar. Pria itu, tapi kenapa harus pria itu?

"Yah, tuan muda yang menggendong anda semalam,"

"Tapi..." kalimat Elleanor Allmora terhenti.

Terlihat masih tak percaya, meskipun itu sangat masuk akal, sebab mereka berada di dalam mobil yang sama malam itu, namun ia tidak habis pikir jika seorang pria arogan seperti Vinzenco squire akan rela merepotkan diri untuk menggendongnya, bahkan ia bisa saja membangunkannya untuk berjalan sendiri.

Mengapa harus di gendong? Pikir Elleanor Allmora yang seketika canggung.

Vinzenco Squire bukanlah pria yang bisa bersikap baik seperti itu. Dan sebanyak apapun pria itu menunjukan kebaikan padanya, namun tetap saja, dimata Elleanor Allmora, Vinzenco Squire tetaplah seseorang yang bururk, kejam, dingin, mengerikan, menakutkan dengan tempramen yang sangat buruk, bahkan wajah tampan dan penampilan sempurnah seorang Vinzenco Squire tak bisa menutupi semuaa sikap buruk itu.

"Are you okay dear? Kau nampak tak suka," tanya Reberta membuyarkan lamunan Elleanor Allmora. Bahkan gadis itu terlihat berdecak sebelum menghembuskan nafas kasar.

"Aku hanya merasa tak nyaman Reberta, seharusnya kau membangunkanku malam itu, dan tak membiarkan tuan muda menggendongku," balas Elleanor Allmora tiba tiba cemberut.

"Maafkan aku nona, kau tahu jika aku tak mungkin melakuakan itu, lagi pula, malam itu tuan mudah sudah terlebih dahulu membawamu masuk kedalam kamar sebelum aku tiba di sana." jelas Reberta yang cukup mengecewakan Elleanor Allmora. 

"Yes i know, but... " Elleanor Allmora dengan kalimat yang kembali tertahan di tenggorokan lagi lagi.

"Nona muda, ada apa? Apa sesuatu telah terjadi?" tanya Reberta cemas.

"Tuan muda bahkan mengganti bajuku dengan piyama ini, aku sunggu tak nyaman sekarang, bukankah ia sudah bersikap lancang dengan menyentuhku seenaknya?" keluh Elleanor Allmora.

" No dear, tuan muda tak mungkin melakukan hal itu, aku yang sudah mengganti bajumu dengan piyama atas perintah tuan muda."

"Benarkah? Apa itu benar kau Reberta?" tanya Elleanor Allmora dengan senyum yang akhirnya terkembang dari bibirnya.

"Tentu saja nona, kau tak perlu sepanik itu, tuan muda sangat tahu batasan, ia hanya menggendong dan membaringkanmu di sana dan pergi meninggalkanmu."

"Syukurlah," balas Elleanor Allmora menarik nafas lega. 

"Bagaimana? Apa kau sudah merasa lebih baik sekarang?"

"No,"

"Why?"

"Aku merasa ini jauh lebih buruk, saat semakin dekat dengannya Reberta," balas Elleanor Allmora yang kembali melanjutkan langkah kakinya masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Berbaring didalam bhatup dengan busa yang memenuhi tubuhnya. Pikiran Elleanor Allmora kembali melayang, memikirkan mimpi yang ia dapatkan semalam, dimana ia melihat dua orang sosok yang tengah berdiri diujung jalan seolah sedang menunggunya, namun yang anehnya ia sama sekali tak bisa mengenali kedua sosok tersebut. yang ia ingat mereka adalah seorang pria dan wanita asing yang tak pernah ia lihat sebelumnya, sekeras apapun ia mengingat wajah tersebut.

"Are they my mom and dad?" gumam Elleanor Allmora memejam sambil berusaha untuk mengingat kedua wajah tersebut. 

Sebab kecelakaan yang pernah ia alami beberpa tahun lalu membuatnya melupakan wajah kedua orang tuanya, bahkan ia tak memiliki sedikitpun tanda mata dari mereka berupah foto, atau apapun itu yang bisa membuatnya mengingat mereka, dan yang membuatnya kesal adalah ia yang tak bisa mengingat satupun kenangan diantara kedua orang tuanya.

Entah seperti apa mereka, apakah ayahnya seorang pria yang tampan dan baik hati? Memiliki hati lembut hangat dan penyayang? Bagaimana dengan ibunya? Apa ibunya juga memiliki wajah yang cantik? Tak jarang ia sering mendengar pujiaan dari beberapa orang yang tak sengaja berpapasan dengannya saat sedang kepasar bersama Reberta, jika ia memiliki wajah yang cantik. Apa wajah cantik ini ia dapat dari ibunya? 

"I miss you so much mom, dad.." ucap Elleanor Allmora membenamkan tubuhnya di dalam bathup, ia bahkan tak habis pikir mengapa sampai terdampar ditempat ini, bersama seseorang yang memiliki semua sifat buruk seperti Vinzenco Squire.

Dan entah mengapa ia tiba tiba merindukan kedua orang tuanya, bahkan ingin memeluk mereka dengan erat dan menangis sepuasnya di sana, sebenarnya apa yang terjadi dengannya saat ini, semakin lama berada didalam sana ia merasa semakin dekat dengan kedua sosok yang pernah ia lihat didalam mimpi. meski masih tak bisa melihat dengan jelas rupa mereka.

"Siapa kalian sebenarnya?" tanya Elleanor Allmora saat tiba-tiba melihat bayangan itu lagi.

"Kami adalah seseorang yang sangat menyayangimu,"

"Are they my mom and dad?"

"Yes dear, we are your dad and mom,"

"Mom... dad, aku merindukan kalian, bisakah aku ikut bersama kalian? Aku mohon... please, take me down with you," 

"Maka kau harus bangun nak, bangunlah.. jika kau terus tidur, kita tak akan pernah bisa bertemu," 

"Tapi... bagaimana aku bisa bangun, jika aku bangun aku tak bisa melihat kalian lagi, aku ingin tetap sepereti ini, meski aku merasakan sesak, sakit, dan tersiksa, aku ingin tetap seperti ini, biarkan aku seperti ini dan terus melihat kalian.. aku mohon.."

"CLEMENTI...."

DOORR!!

Suara peluruh yang memekik seketika menyadarkan Elleanor Allmora yang langsung membuka mata, bersamaan dengan tubuhnya yang sudah berada didalam gendongan Vinzenco Squire, bahkan pria itu terlihat panik dengan tubuh yang juga basah.

* * * *

Bersambung...