Chereads / VINCENZO_ELLEANOR / Chapter 20 - Don't you dare touch it.

Chapter 20 - Don't you dare touch it.

"Apa kau keberatan nona?" tanya Vinzenco Squire sedikit memiringkan kepala dengan kedua tangan saling menagkup dan kedua sikut yang ia letakan di atas meja, bahkan pria itu masih bersikap tenang sampai sejauh ini, dengan Elleanor Allmora hanya bisa terdiam, memang apalagi yang harus ia katakan, mana mungkin ia mengatan 'Yah' pada pria psikopat gila dihadapan itu.

"Aku harus duduk dimana tuan?" tanya Elleanor Allmora terlihat tak ingin berdebat dengan pria itu.

"Disana," balas Vinzenco Squire dengan dagu yang mengarah ke sebuah kursi tepat disampingnya.

Ah yang benar saja, bukankah itu terlalu dekat? Tidakkah kau sadar jika aku sungguh tak nyaman berada dekat denganmu? Keluh Elleanor Allmora dalam hati sebelum duduk disebuah kursi yang dikehendaki oleh Vinzenco Squire.

"Kau tahu jika terlambat beberapa menit? Aku bahkan harus menunggumu disini!"

Oh Tuhan, apalagi sekarang, kau yang sudah membuatku ketakutan dan tak berani untuk turun.

Elleanor Allmora menarik nafas berat.

"Maafkan aku tuan,"

"Panggil aku Vincen, aku bukan majikanmu!" balas Vinzenco Squire.

"Yah, Vincen." angguk Elleanor Allmora yang masih tak menyentuh makanannya. Entah mengapa ia jadi hilang selera pagi ini, biasanya ia selalu makan banyak jika itu masakan Reberta. Terlebih di depan sana sudah tersaji makanan favoritnya. Namun tetap saja, ia sudah kenyang oleh rasa kesal, marah, dan benci.

"Makanlah!"

"Yah," angguk Elleanor Allmora mulai memakan makanannya dengan perlahan, mengabaikan Vincenzo Squire yang terus menatapnya dan tak makan. Seolah wajahnya jauh lebih lezat dibandingkan makanan yang tertata rapi diatas meja.

Sungguh menyebalkan. Keluh Elleanor Allmora.

Hingga beberapa menit kemudian saat Elleanor Allmora usai dengan sarapannya. Bersamaan dengan Vinzenco Squire yang langsung beranjak dari duduknya. "Anda tak makan?" tanya gadis itu mendongak. Menatap Vincenzo Squire yang kini berdiri di sampingnya sambil merapikan dasinya.

"Tidak, aku cukup terlambat pagi ini," jawab Vinzenco Squire yang langsung melangkah pergi, namun didetik berikutnya, langkah kakinya kembali terhenti dan membalikan tubuh, menatap Elleanor Allmora yang masih duduk dikursinya. "Aku memaafkanmu kali ini karena sudah membuatku menunggu, tapi mulai besok dan seterusnya, sebelum sarapan dimulai, kau harus sudah terlebih dulu disana, apa kau mengerti nona?"

Apa itu penting? Jawab Elleanor Allmora dalam hati, sebelum menganggukkan kepala, "Yah, aku mengerti," jawabnya.

"Bagus, dan jangan lupa dengan makan malam, peraturannya tetap sama." balas Vinzenco Squire sebelum melanjutkan langkah kakinya, meninggalkan Elleanor Allmora yang masih duduk terdiam ditempatnya.

"I'M GOING CRAZY IF I COUNTINUE LIKE THIS." teriak Elleanor Allmora yang bahkan tak didengar oleh siapapun disana. Entah dimana semua orang, hingga ia tak melihat seorangpun disana, begitu juga dengan Reberta yang tak terlihat dimanapun.

Elleanor Allmora melangkahkan kaki dengan perlahan, menuju kesebuah beranda samping rumah, dengan suasana sejuk di pagi hari yang langsung menyambutnya, merasakan angin bertiup bersamaan dengan suara gemerisik dari pepohonan rindang dan juga berbagai jenis mawar disana. Bersyukur dengan pemandangan indah disana yang bahkan bisa menghilangkan kekesalan yang sejak pagi tadi tertumpuk didalam hatinya. Hingga sebuah danau yang jaraknya tak jauh dari tempat ia berdiri seketika menarik perhatiannya, cahaya matahari yang bersinar menciptakan kilauan yang menakjubkan di atas permukaan air yang berwarna biru, semua terlihat indah dimatanya yang langsung melangkah untuk mendekat. Bahkan ia bisa merasakan suasana Havasupai saat ini.

GUK GUK GUK...

Suara gonggongan Buddy yang tiba tiba mengejutkan Elleanor Allmora, bersamaan dengan Celio yang mendorong tubuhnya hingga terpental jauh diatas rerumputan, bahkan belum sempat beranjak dari sana, tubuhnya tiba tiba kaku tak bergerak saat melihat Celio yang ternyata tak sendiri disana, namun ia bersama seseorang yang memakai sebuah topeng, berseragam hitam dengan belati ditangannya.

Kaki Celio melayang tepat di dada pria itu, ketika hendak menancapkan belatinya. Hingga membuat tubuh pria itu terjungkal kebelakang, namun di detik kemudian pria bertopeng itu dengan gesit mengayungkan belati yang masih di pegangnya hingga menyambar pergelangan Celio yang seketika sobek bersamaan dengan darah segar yang mengalir di sana.

"Celio... " Seru Elleanor Allmora ketakutan, ketika melihat pergelangan Celio yang sudah berlumuran darah.

"Tetap disana nona, Buddy lindungi nona muda!!" ucap Celio sebelum satu pukulan kembali mendarat diwajahnya, namun bisa dibalas dengan satu tendangan yang langsung mengenai dada si pria bertopeng, satu tendangan keras yang membuat tubuh pria itu kembali terhuyung kebelakang, sungguh satu kesempatan buat Celio yang kembali menyerang, memtura tubuh dengan satu tendangan tepat mengenai leher hingga membuat tubuh pria bertopeng itu terpental tak berkutik. Celio yang langsung mengunci pergerakan pria itu. Melipat kedua tangan dipunggung sebelum mengikatnya.

"Celio, kau tak apa apa? Oh tidak.. kau terluka... "

Elleanor Allmora ketakutan dengan kedua telapak tangan yang langsung menempel dimulutnya yang nampak mengaga, nampak shock ketika menghampiri Celio yang nampak meringis, memegangi pergelagan lengannya yang dipenuhi darah. Begitu juga dengan Buddy yang terus menggonggong sejak tadi.

"Aku tidak apa apa nona, ini hanya luka gores biasa, bagaimana dengan anda?" tanya Celio balik bertanya, berharap agar Elleanor Allmora tak mendapatkan luka sedikitpun. Sebab tahu ia akan berakhir di mana jika gadis itu mendapatkan luka gores sedikitpun.

"Tidak Celio, itu bukan luka gores, kau jelas jelas terkena sayatan, lekas obati lukamu. Kau butuh ke Dokter."

"Iya nona setelah aku membereskan penyusup ini," jawab Celio mencengkram kera jaket pria bertopeng tersebut dan memaksanya untuk berdiri.

Namun belum sempat melangkahkan kaki menuju sebuah gudang, nampak Vinzenco Squire yang sudah berdiri dihadapan mereka dengan wajah gelap, dengan tatapan mata tajam yang nampak menakutkan, bahkan tanpa aba aba langsung meraih tubuh si pria bertopeng dan memutar lehernya dengan sangat keras hingga membuat pria tersebut langsung tersungkur di atas rerumputan dengan nafas yang tersisa ditenggorokan, bersamaan dengan jerit ketakutan Elleanor Allmora yang langsung memundurkan langkahnya ketika melihat kebengisan pria itu.

"Apa yang kau lakukan padanya? Apa kau tak punya mulut untuk menyelesaikan masalah? Mengapa harus memakai kekerasan?" Tanya Elleanor Allmora semakin memundurkan langkahnya ketika Vinzenco Squire berjalan mendekatinya.

"Aku hanya sedang merenggangkan otot," jawab Vinzenco Squire yang langsung mencengkram lengan Elleanor Allmora untuk memeriksa seluruh tubuh gadis itu.

"Kau terluka?"

"A-ku baik baik saja..."

"Ahk sialan!! Beraninya kau membuat tubuhnya lecet." umpat Vinzenco Squire dengan wajah yang seketika memerah saat mendapati luka lecet disikut gadis itu.

"Ini hanya luka lecet, apa yang akan kau lakukan..."

Elleanor Allmora panik saat Vinzenco Squire mengeluarkan sepucuk pistol berjenis Raging Bull dari balik jasnya dan langsung mengarahkannya tepat kearah pria bertopeng tersebut. Berusaha untuk menggapai lengan pria itu untuk menahannya.

"Tidak... jangan lakukan...."

DOORR!!

Suara tembakan kembali terdengar memekik teliga, bersamaan dengan darah yang mengalir dari kepala si pria bertopeng, darah kental yang menutupi rerumputan hijau disana.

"KAU GILA!!!" jerit Elleanor Allmora ketakutan dengan tubuh yang nampak bergetar, bahkan air mata terlihat menitik dari kelopak matanya, bagaimana tidak, seumur hidup ia tak pernah melihat hal mengerikan seperti itu, dan yang anehnya, Vinzenco Squire nampak biasa saja usai menghilangkan nyawa seseorang.

"Aku tidak akan membiarkan orang asing menginjakkan kaki dirumahku." balas Vinzenco Squire melangkah dari sana dengan sepucuk pistol yang masih dipegangnya.

"Tapi kau tak harus membunuhnya kan?"

"DIA MEMBUATMU TERLUKA!!" sentak Vinzenco Squire membalikkan tubuh hingga membuat langkah Elleanor Allmora ikut berhenti. "Obati lukamu, Celio, buang mayat itu dihutan," sambungnya kembali melanjutkan langkah kakinya. Meninggalkan Elleanor Allmora yang masih berdiri dengan tubuh kaku, bahkan tak mampu mengucapkan satu katapun.

"Nona muda, anda baik baik saja?"

"D-ia gila... dia membunuh pria itu Celio.. dia..."

"Pria ini seorang penyusup, dan tuan muda baru saja menyelamatkanmu dari seorang penyusup yang hendak melukaimu."

"Penyusup? Tapi dia tak mesti membunuhnya kan?"

"Jika tak membunuhnya, mungkin pria itu yang akan membunuh penghuni rumah ini," jelas Celio.

* * * * *

Bersambung...