Chereads / VINCENZO_ELLEANOR / Chapter 23 - Attention and obsession.

Chapter 23 - Attention and obsession.

📞 "Baiklah Mozha, sebaiknya kau tetap waspada, meskipun Vincent bisa mengatasi semuanya, namun anak itu masih perlu pengawasan." ucap Axel Delano membuyarkan lamunan Mozha Fillipo.

📞 "Iya tuan,"

📞 "Lalu bagaimana dengan Charles? Apa ia belum pernah berkunjung kesana?"

📞 "Untuk saat ini belum tuan, tuan Charles masih berada di Sleepy hollow farm," Jawab Mozha Fillipo.

📞 "Yah, dan aku rasa sebentar lagi Charles akan keluar, jika Diego benar benar menampakkan diri. Baiklah Mozha sampai bertemu lagi, salam untuk Vincent,"

📞 "Tentu tuan," balas Mozha Fillipo mengakhiri panggilan telfon, dan kembali terlihat menarik nafas panjang.

Sejujurnya, sejak kehadiran Elleanor Allmora, ia menjadi sangat cemas, sebab tak pernah tahu kapan Charles Beall akan berkunjung, begitu juga dengan Axel Delano, atau Alysse Caithlyn yang selalu menanyakan kabar kemenakannya setiap saat dan sesibuk apapun ia yang kini tengah berada di Verona. Sebab jika memang itu terjadi, ada kemungkinan besar Elleanor Allmora akan langsung di kenali oleh mereka, terlebih Axel Delano yang tak lain adalah paman Elleanor Allmora sendiri. Axel Delano adalah adik seupu dari Alpha Shaquile, ayah dari Elleanor Allmora, seorang pria bermarga Elvern yang juga termasuk dalam family Osvaldo, teman dekat Charles Beall.

Dan jika itu sampai terjadi, bukankah semuanya akan menjadi rumit, meskipun Vinzenco Squire memiliki argumennya sendiri, jika ia tak pernah menculik Elleanor Allmora, ia hanya berniat menyelamatkannya waktu itu, dan ia hanya perlu mempertanggung jawabkan, mengapa tak lekas membawa Elleanor Allmora kepada keluarganya, meski salah satu alasannya karena Vinzenco Squire sudah menyukai dan terobsesi pada gadis itu sejak dulu, dan alasan lain karena gadis itu masih mengalami amnesia, yang tak seorang pun tahu, jika itu ulah Vinzenco Squire sendiri.

"Tuan Mozha,"

"Reberta, apa kau sudah mendapatkan obatnya?" tanya Mozha Fillipo, ketika Reberta tengah berdiri dihadapannya saat ini, dan entah sejak kapan, sebab sejak tadi ia terlihat terus melamun.

"Iya tuan,"

"Baiklah, sebaiknya tuan muda tak mengetahui ini, kau tahu jika ia akan sangat marah Reberta, sebenarnya apa yang kau pikirkan, obat itu sangat penting."

"Maafkan aku tuan, aku rasa sudah membawa obat itu, tapi sepertinya aku lupa telah menaruhnya dimana. Ini tidak akan terjadi lagi, aku pastikan itu." balas Reberta terdengar menyesal.

"Yah, terima kasih Reberta,"

"Iya tuan, aku akan mmenemui nona muda," balas Reberta melangkahkan kaki.

"Sebaiknya tidak sekarang Reberta," ucap Mozha Fillipo seketika menghentikan langkah kaki wanita itu yang bahkan sudah menginjakkan kaki di anak tangga pertama.

"Ada apa tuan? Apa terjadi sesuatu?" tanya Reberta lekas khawatir.

"Tidak, hanya saja saat ini tuan muda sedang berada bersama Clementi." jawab Mozha Fillipo, sedang Reberta kembali melangkah mendekatinya dengan pandangan yang masih tertuju ke arah kamar Elleanor Allmora yang masih tertutup rapat.

"Apa tuan muda tak keperusahaan?"

"Tidak, hari ini ada sedikit insiden, dan aku peringatkan, sebaiknya kau juga berhati hati Reberta," balas Mozha Fillipo menatap Reberta, dengan peringatan keras yang lekas membuat wanita itu mengerti.

"Iya tuan, tapi bisa aku tahu, insiden seperti apa? Apa nona muda..."

"Yah, tiga penyusup baru saja terlihat di sekitar rumah, dan salah satu dari mereka sampai menyerang nona muda saat tengah berada ditaman, dan beruntung Celio dan Buddy datang tepat waktu,"

"Oh Tuhan, lalu bagaimana keadaan nona muda?" tanya Reberta cukup terkejut, bahkan terlihat begitu shock, mengapa penyusup bisa lolos dan masuk kehalaman rumah yang cukup memiliki keamanan tersebut, bahkan sangat canggih layaknya istana para anggota dewan dan orang orang penting, yang Reberta tahu, di seluruh bagian rumah terdapat beberapa CCTV.

"Nona muda baik baik saja, kau tahu jika tuan muda tak akan membiarkan mereka menyentuhnya sedikitpun."

"Lalu bagaimana dengan penyusup itu?"

"Kau tak perlu khawatir Reberta, mayat ketiganya mungkin sudah menjadi santapan hewan buas saat ini." balas Mozha beranjak dari duduknya. "Kau masih ingat kan cara menggunakan senjata dan belati? Aku menyuruhmu tetap waspada, kau juga bertanggung jawab atas keselamatan nona muda."

"Tentu saja tuan, aku tidak akan pernah lupa dengan apa yang anda ajarkan."

"Baiklah," angguk Mozha Fillipo sebelum beranjak dari sana. Dan Reberta yang kembali ke pantry.

Sedang di sebuah lantai dua, tepat didalam sebuah kamar, nampak Elleanor Allmora yang masih duduk di atas tempat tidur dengan selimut tebal yang menutupi hampir seluruh tubuhnya. Menatap tajam kearah Vinzenco Squire yang tengah berdiri di tengah kamarnya, bersidekap dengan darah yang masih menempel di baju dan kedua lengannya, begitu juga dengan belati yang masih ia pegang sejak tadi.

"Kau sudah mengobati lukamu?" tanya Vinzenco Squire berjalan mendekat, mengabaikan Elleanor Allmora yang nampak ketakutan di atas tempat tidurnya, tepatnya merasa jijik dengan kondisi Vinzenco Squire yang masih dipenuhi darah, entah itu darah orang lain atau darah ia sendiri.

"Jangan mendekat, aku baik baik saja!" balas Elleanor Allmora semakin merapatkan kedua lutut yang ia tekuk dari balik selimut.

"Baiklah," ucap Vinzenco Squire yang bahkan semakin melebarkan langkahnya menuju kearah tempat tidur usai menyelipkan belati di balik punggungnya, seolah larangan dari Elleanor Allmora adalah perintah baginya.

"A... pa yang k..au l..akuk...an??! Me.. njauh da... riku.." Elleanor Allmora kesulitan mengeja kalimatnya akibat ketakutan.

"Tunjukkan lukamu!" Perintah Vinzenco Squire yang bahkan sudah berdiri tepat di samping tempat tidur tersebut.

"Aku baik baik saja.... heiii, lepaskan..." tepis Elleanor Allmora saat dengan erat Vinzenco Squire mencegkram lengannya.

"Kau hanya perlu menunjukkan lukamu, aku tak menanyakan keadaanmu!" ucap Vinzenco Squire menyibak selimut yang sejak tadi menutupi tubuh Elleanor Allmora meraih lengan satunya, sambil mengamati luka lecet yang sudah tertutupi oleh plester.

Sedang Elleanor Allmora hanya terdiam menatap Vinzenco Squire, pria bertubuh beku dengan mata dinginnya sambil menahan nafas, ketika bau amis darah dan aroma segar dari campuran guaiac wood, oakmoss, patchouli dan ambergris dari tubuh pria itu menyeruak hingga menyapa penciumannya.

"Sudah aku katakan, aku baik baik saja, ini hanya luka lecet biasa," ucap Elleanor Allmora membalas tatapan dingin tersebut.

"Ini tetaplah luka, parah atau tidak harus tetap diobati."

"Tapi..."

"Berhenti keras kepala Clementi, kau tahu aku tak menyukai itu!!" sela Vinzenco Squire dengan sorot mata semakin tajam menikam, hingga membuat Elleanor Allmora kembali gugup, tatapan tajam tersebut seolah menusuk tepat di jantungnya, dan untung saja kegugupan itu tak berlangsung lama, ketika suara ponsel Vinzenco Squire tiba tiba berdering.

Bersamaan dengan Elleanor Allmora yang langsung menarik nafas lega, berharap pria itu lekas menjauh darinya.

* * * * *

Bersambung...