"Jika tak membunuhnya, mungkin pria itu yang akan membunuh penghuni rumah ini," Jelas Celio yang membuat Elleanor Almorra kembali terkejut, balik menatap mayat pria bertopeng yang masih tergeletak di sana. Ia bahkan hampir lupa jika belati yang dipegang pria itu beberapa menit lalu nyaris tertancap dijantungnya jika saja tak ada Byddy dan Celio yang menyelamatkannya. Bahkan Celio sampai terluka parah akibat melindunginya.
Elleanor Allmora menarik nafas kuat, tak pernah menyangka akan mengalami hal mengerikan seperti ini. Ia pikir akan hidup tenang di sini. Namun kenyataannya ia justru menyaksikan hal menakutkan di tempat ini.
Lekas pening melihat darah segar di sekelilingnya. Elleanor Allmora memijat tengkuk lehernya yang menegang dengan tangan yang masih gemetaran akibat ketakutan. Ia jelas melihat pembunuhan sadis di depan matanya, dan yang parahnya, pelaku pembunuhan adalah orang yang begitu ia kenal. Ia rasa akan mejadi gila jika terus tinggal di tempat ini dan meliaht tingkah Vincenzo Squire yang seperti seorang pisikopat.
"Sebenarnya apa yang sudah terjadi? Mengapa bisa ada penyusup dirumah ini? Siapa dia sebenarnya? Apa dia seorang penjahat? Mengapa ia jadi incaran seorang pembunuh?" Tanya Elleanor Almorra yang masih merasa ketakutan, tak mengira jika ia akan terjebak didalam satu situasi yang mengerikan seperti sekarang, bahkan ia sampai menyaksikan peristiwa pembunuhan sadis didepan matanya sendiri.
"Nona Clementi, are you okay?" tanya Mozha Fillipo, tiba tiba muncul dengan wajah yang penuh dengan kekhawatiran.
"Uncle," seru Elleanor Allmora yang langsung berlari memeluk pria itu. "Aku takut, sebenarnya apa yang sudah terjadi disini? Mengapa pria itu tiba tiba menyerang dan ingin membunuhku?" tanya Elleanor Allmora dengan banyak pertanyaan.
"Aku akan menjelaskannya nanti, tapi obati dulu lukamu, kata tuan muda kau terluka parah, dimana lukanya?" tanya Mozha Pillipo mengamati sekitar tubuh Elleanor Allmora, namun tak mendapatkan luka apapun disana.
"Aku tidak terluka parah seperti apa yang dikatakan tuan muda, dia terlalu berlebihan, ini hanya luka lecet." balas Elleanor Allmora menunjukan sikutnya yang lecet, hingga membuat Mozha Fillipo terpaku, tak percaya jika ia mempercayai perkataan Vinzenco Squire yang nampak serius saat menyuruhnya lekas mengobati luka gadis itu.
Pria itu sudah gila. Keluh Mozha Fillipo mengusap wajahnya.
"Baiklah, aku rasa tuan muda sangat mengkhawatirkanmu, lekas obati lukamu sebelum ia kembali." ucap Mozha Filippo, sedang Celio nampak tengah mengangkat mayat pria brtopeng itu masuk kedalam mobil.
"Kemana lagi dia?" tanya Elleanor Allmora mengikuti langkah Mozha Fillipo masuk kedalam rumah, dan langsung mendudukkan dirinya ketas sofa. Menunggu Mozha Fillipo mengambil kotak P3K untuk mengobati lukanya.
"Mengejar komplotan penyusup yang ia yakin masih berada disekitar sini," jawab Mozha Fillipo nampak santai seolah tak ada beban apapun.
berbeda dengan Elleanor Allmora yang kembali ketakutan, panik. Memikirkan bagaimana jika pria itu membunuh orang lagi seenaknya.
"Apa dia akan membunuh seseorang lagi?" tanya Elleanor Allmora tak bisa menutupi kekhawatirannya.
"Yah, jika ia tak punya pilihan lain," jawab Mozha Fillipo sambil mengolesi saleb kepermukaan luka gadis itu.
"Kenapa uncle membiarkannya begitu saja? Apa ia seorang pembunuh? Dia bahkan bisa menghilangkan nyawa seseorang dengan sesuka hatinya," balas Elleanoor Allmora yang membuat Mozha Fillipo hanya bisa menarik nafas panjang, bingung dengan jawaban yang akan ia ucapkan kepada Elleanor Allmora.
Dan akan seperti apa reaksi Elleanor Allmora ketika mengetahui jika Vinzenco Squire Osvaldo adalah putra dari seorang mafia besar di Manhattan, maka tak heran jika darah mafia sangat kental mengalir didalam tubuh Vinzenco Squire, bahkan tak hanya itu, jiwa mafia juga sangat terlihat jelas didalam dirinya, hingga untuk membunuh seseorang yang dianggap mengganggu bukanlah hal yang sulit bagi seorang Vinzenco Squire. Namun pria itu tak sampai melakukan hal hal yang dilakukan oleh Charles Beall Osvaldo ayahnya, seperti menyelundupkan minuman keras, senjata, narkoba, dan juga beberapa bisnis gelap lainnya, seperti pencucian uang, suap menyuap, dan juga beberapa kasus pembunuhan, meski Vinzenco Squire sangat memiliki peluang besar untuk melakukan hal semacam itu. Sebab yang ada didalam pikiran Vinzenzo Squire saat ini hanyalah balas dendam, dan mencari pelaku yang menyebabkan kecelakaan yang terjadi kepada mereka beberapa tahun lalu, sekaligus pembunuh ibunya, Camille Delania.
Ia hanya akan menjalankan bisnis bersih yang penah di jalankan ayahnya, dan tak ingin melibatkan dirinya dalam bisnis haram lainnya.
"Uncle,"
"Semua akan baik baik saja nona muda, dan kau sangat beruntung, kali ini mereka tak melukaimu. Celio datang tepat waktu usai menerima pesan dari Buddy yang lebih awal mencium adanya penyusup."
"Lalu tuan muda? Bukankah seharusnya ia dikantor dan tak bermain senjata tajam seenaknya?"
"Ia bisa mengetahui posisimu dimanpun itu, dan apa saja yang kau lakukan diluar sana," jelas Mozha Fillipo.
"APA??! Hei... bukankah itu pelanggaran?"
"Sebab ia rasa hanya dengan cara seperti itu ia bisa melindungimu,"
"Tepatnya mengekangku seenaknya,"
"Kau harus menerimanya nona,"
"Tapi uncle,"
"You have no other choice,"
"Aahh... This is driving me crazy," keluh Elleanor Allmora prustasi.
"Maaf jika ini membuatmu tak nyaman nona muda, tapi... begitulah cara tuan muda untuk melindungi anda, meski menurutmu itu adalah cara yang salah," balas Mozha Fillipo, sebab ia tahu persis sebesar apa rasa sayang Vinzenco Squire pada gadis itu, meski yang terlihat, Vinzenco Squire selalu mengekang dan bersikap dingin padanya.
Bahkan rasa sayang dan suka Vinzenco Squire kepada Elleanor Allmora sudah terlihat sejak dulu, di usia mereka yang masih dini, meski hanya Vinzenco Squire yang merasakan hal demikian, dan hal itu terbukti ketika Vinzenco Squire memiliki ide untuk melenyapkan nyawa Rosmery, seorang wanita yang hendak mencelakai Elleanor Allmora saat itu, dengan cara menabrak mobil wanita itu hingga terperosok kedalam jurang dan membuat semuanya nampak seperti kecelakaan karena kelalaian sang pengemudi, bahkan saat itu Vinzenco Squire masih berusia tujuh tahun, namun ia nampak tak segan untuk menyelapkan nyawa seseorang.
"Baiklah, aku akan mencoba untuk menjalani semuanya," balas Elleanor Allmora, "Meski sampai sekarang pun aku masih tak mengerti, mengapa tuan muda bersikap demikian padaku, aku bahkan salah saat berfikir jika akan menjadi teman baiknya, ternyata aku salah, ia tiba tiba tak menyukai dan membenciku tanpa alasan yang jelas, dan jika memang keluargaku memiliki sebuah utang budi pada keluarga ini, setidaknya katakan padaku cara untuk membayar semuanya."
"Clementi, tak ada utang budi di antara keluarga kalian, dan kau salah jika berfikir demikian,"
"Lalu bisakah uncle mengatakannya padaku, mengapa ia bersikap seperti itu?"
"Seperti yang aku katakan, tuan muda melakukan hal demikian karena perduli padamu,"
Apa dengan cara seperti itu? protes Elleanor Allmora dalam hati.
"Yah baiklah, aku akan mencoba untuk mempercayainya, meski semua sikap perhatian dan pedulinya sangatlah aneh dan tak masuk akal, aku bahkan lebih terlihat seperti boneka baginya. But it's okey, aku bisa menerimanya, tidak... aku akan menerimanya, agar semuanya baik baik saja, bukankah begitu uncle?" sambung Elleanor Allmora yang langsung beranjak dan pergi dari sana, meninggalkan Mozha Fillipo yang bahkan nampak terlihat cemas.
Keluargamu sama sekali tak memiliki utang budi apapun, jusru keluarga Osvaldo lah yang sudah membuat satu kesalahan besar, dengan menculik dan memisahkanmu dari kedua orang tua yang sampai sekarang bahkan masih mencarimu, meskipun seluruh dunia menyatakan jika kau sudah meninggal dunia. Batin Mozha Filiipo dengan ingatan yang kembali tertuju pada peristiwa beberapa tahun lalu.
* * * * *
Bersambung...