*Bab eror, sedang direvisi)
dari balkon. Aneska melirik Reygan sekilas dan mendengus sebal. Apakah mungkin Aneska bisa menurunkan ego dan membuka diri pada dirinya?
Inikah saat yang tepat?
Ada satu pertanyaan yang bersarang dalam otak Aneska. Bisakah Reygan, akan menjamin, hati Aneska agar tidak Reygan patahkan?
"Sayang," panggil Reygan, tidak lagi dengan nada dingin yang menjengkelkan seperti tadi.
Aneska menatapnya lama dan menghela nafas dalam. Mereka hanya saling berpandangan, membiarkan tubuh mereka diselimuti angin malam yang semakin mendingin. Lelah hanya dipandang Reygan begitu saja, Aneska langsung mendekat ke arahnya.
Memeluk Reygan.
"Maafin aku, Mas."
Merobohkan semua dinding yang Aneska bangun dari lama, membiarkan Reygan menemukan diri Aneska yang terkurung di balik dinding itu, membiarkannya meraih tangan Aneska dan membawa Aneska segera keluar dari sarangnya.
Reygan balas memeluk Aneska dan mengusap lengan istrinya. "Makan dulu ya?"