"Aku seharusnya bersyukur ya, Ma. Aku punya orang-orang yang sayang dan siap mendukung aku. Tapi, ya gimanalah, Ma, kalau aku nggak setegar yang kalian kira. Aku cengeng. Aku gampang ngeluh. Aku nyusahin. Aku nggak guna jadi--"
"Ketika kamu bisa menerima semua kekurangan orang lain, maka, biarkan orang lain juga menerima kekurangan kamu, Nes." Mama terdengar sabar dan tabah, meski suaranya semakin lirih. "Nggak ada yang benar-benar sempurna di dunia ini. Yang ada hanya orang-orang yang berusaha untuk menerima kekurangan. Menjadikan kekurangan sebagai sesuaru yang manusiawi. Apa yang sedang menimpa kamu sekarang, anggap sebagai suaru pembelajaran hidup. Kamu sedang diuji, Nes, oleh Sang Pemilik Hidup. Perbanyak doa ya. Mama, Papa dan semuanya juga mengusahakan hal yang sama."
"Tapi kalau aku mati besok--"
"Ssssttt, jangan pernah mendahului Tuhan, Anes."