Aneska urung membuka pintu saat lengannya dipegang lembut oleh Reygan. "Tapi janji ya, Nes, jangan blokir nomor aku," ucapnya lirih, seakan memohon agar kemarahan Aneska tak bertambah parah.
"Hm."
"Lihat ke sini." Reygan masih berusaha untuk mencari binar mata istrinya.
Tapi Aneska memilih untuk bergeming. Dia tidak bisa semudah itu mengambulkan permintaan Reygan di saat kondisi hatinya sedang berantakan. Tangan Reygan naik ke bahu Aneska, dia mengusapnya di sana. Reygan mengedikkan bahu. Aneska mengusir tangannya dari sana.
"Kamu pengin dijemput kapan?" Reygan masih berusaha membuat Aneska membuka mulut.
"Nggak tahu." Aneska masih membuang muka. Apakah Reygan tidak mengerti jika sekarang Aneska hanya membutuhkan jarak untuk berpikir, hanya sebentar saja.
"Marahnya jangan lama, ya."
Aneska mendorong pintu mobil. Sudah setengah terbuka. Reygan kembali menahan lengan Aneska.