"Masih betah ya dia sama kamu?"
Aneska mencubit lengan Reygan. "Emang kenapa bisa nggak betah?"
"Kamu kadang nyebelin."
Dibalas dengan cubitan lagi.
"Nes, boleh nanya ini nggak?" Reygan memperbaiki posisi duduk agar Aneska lebih nyaman. Merangkulkan satu tangannya, merengkuh bahu Aneska. "Selama kerja bareng, Daffa nggak sempat naksir kamu gitu?"
"Kebiasaan. Ngapain pake nanya boleh tanya apa nggak kalau pertanyaan kamu langsung blak-blakan gitu?"
"Biar cepet." Reygan tertawa.
"Kamu ngelihatinnya gimana? Biasanya lelaki peka dalam hal ginian. Maksud aku, dia tahu musuhnya siapa."
"Nggak. Aku polos, Nes. Aku nggak mikir macem-macem," jawab Reygan diplomatis. Malas menduga-duga sendiri.
"Polos apaan sih." Aneska tergelak.
Reygan mengecup pipi isterinya. "Jawab dulu."