"Selamat, Cantik, atas pertunangannya."
"Eh, lo sakit?!"
"Demam berdarah, Ran. Nggak usah panik gitu. Gue udah ditangani."
Rani gemas. "Lo di mana? Lo harusnya di sini. Gue lagi bahagia banget, Nes. Lo malah terkapar sakit gitu."
Layar pipih itu menampilkan separuh badan Aneska yang terbaring di atas ranjang putih. Tangan kirinya diinfus. Wajahnya pucat. Benar-benar menyedihkan jika ingat Aneska sedang sakit dan jauh dari rumah. Jadi dari orang-orang yang bisa merawat.
"Tenang aja, Ran. Banyak kru kok di sini. Gue dijagain banget. Jadi nggak merasa nelangsa banget pas sakit tapi jauh dari rumah. Eh, awas ya ngadu sama Mama atau Medusa. Gue takut diseret pulang sekarang juga."
"Tapi tetap aja gue khawatir. Lo di mana sih? Ngaku sama gue. Janji deh gue nggak bakal bocorin ke Reygan."
"Ran...."
"Iya, iya, yang penting hati-hati."
"Cantik banget sih, Bu Bidan."