Lihat siapa yang berdiri di depan apartemennya. Reygan yang tertidur sepulang kantor, bahkan belum sempat berganti pakaian dan mandi, dia masih mengucek mata. Memastikan sekali lagi bahwa penglihatannya tidak salah.
Reygan menguap sekali, sebelum akhirnya dia bertanya. "Kenapa, Nes?"
"Udah minum obat?"
Reygan tidak salah dengar, kan?
"Belum. Aku barusan ketiduran."
"Tadi aku ketemu Mama kamu di kantor. Beliau titip ini." Aneska mengulurkan paper bag yang langsung diraih oleh Reygan.
"Oh, oke, thanks."
"Ya udah, jangan lupa minum oba--"
"Nes, aku boleh ngerepotin lagi?"
"Butuh bantuan buat ngehangatin makanan?" Aneska langsung saja menebak. Entah mengapa dia sekarang tidak suka berbasa basi.
"Bukan."
Aneska memicingkan alis. "Terus?"
Reygan tidak menjawab. Dia memilih untuk membuka pintu lebih lebar. Aneska masuk dengan wajah bingung, tapi juga enggan bertanya lebih, toh yang tadi tidak dijawab lelaki itu. Aneska pikir, dia tidak perlu mengulangi pertanyaan.