Malam ini, Aneska memutuskan untuk pulang kembali ke apartemen. Mama sudah memperbolehkan. Dengan syarat Aneska yang harus menjaga kesehatan. Tidak boleh begadang. Harus tidur teratur dan cukup. Jika sekali saja Mama mendengar Aneska sakit, maka Mama akan mengutus seseorang untuk menyeretnya pulang.
Ancaman Mama tidak main-main. Bukan ancaman biasa.
Baru akan membuka pintu dengan keycard, ponselnya bergetar. Nama Rani muncul di layar. Ah, dia tadi lupa bilang jika langsung pulang dan tidak mampir. Sekarang sudah jam sembilan malam.
"Sori, Ran. Gue tadi langsung pulang. Udah dapet SP 1 dari Mam-"
"Reygan baru aja siuman, Nes!"
Aneska mematung hingga keycard-nya terlepas dari tangan, jatuh begitu saja ke lantai.
"Lo di mana? Udah pulang?" Rani kembali berbicara setelah dia tidak mendapatkan jawaban dari Aneska, karena yang dia dengar di ujung telepon hanya keheningan.
"Ran ... serius?" Suara Aneska bergetar.
"Udah sampai mana? Nggak mau balik ke rumah sakit dulu?"