Ketika dia menutup kamar mamamnya dari luar, Aneska langsung berdiri. Tapi buru-buru dia menahan diri untuk tidak melontarkan pertanyaan apa pun.
Danu juga berdiri ketika Reygan melangkah ke arahnya. Dia siap jika anak itu akan memuntahkan semua kemarahannya yang telah di pendam selama ini.
"Tolong jaga Mama, Om." Hanya itu yang diucapkan dan Reygan memutuskan untuk tidak berlama-lama di sana. Dia takut akan kalap dan membuat keributan di rumah itu. Dia bahkan tidak memberi kesempatan Danu untuk menjawab walau sekata pun.
Aneska menyusul Reygan sedikit kewalahan. "Tunggu, Rey, tunggu."
Tiba di depan mobilnya, Reygan pun berbalik. Aneska justru terdiam, lupa dengan hal yang ingin dia katakan tadi.
"Mau bicara apa?"
"Sambil jalan aja."
"Memangnya nggak dijemput Mas Dikta?"
Aneska merasa tersindir. "Oke, aku pesan taksi aja."
"Masih aja sensi. Masuk, Nes. Kamu ada hutang penjelasan sama aku." Reygan menekan kuncinya. Terdengar suara bip.