"Reygan!"
Fokusnya sejak tadi yang mendengarkan cerita Mas Dikta, buyar sudah. Aneska mendongak dan mendapati punggung Mas Ryan yang menutupi seseorang yang sekarang hanya suaranya saja yang terdengar.
"Ganteng amat, Mas."
"Halah. Apa sih? Masih gantengan juga lo, Rey. Ini lo datang sama siapa? Cantik banget. Calon istri apa udah--"
"Adik gue, Mas."
"Udah sana, Mas. Udah mau mulai tuh."
Mas Ryan kembali ke meja tengah. Dan barulah Aneska bisa menatap sebentuk wajah itu. Dia tidak tahu apa yang dia rasakan. Dia sudah sering bertemu lelaki itu beberapa minggu yang lalu. Seharusnya sudah biasa saja. Hanya saja dia tidak menyangka kalau Mas Ryan akan mengundang Reygan--karena setahunya nama itu tidak ada di list undangan Mbak Maya. Hatinya memang tidak berdebar seperti dulu ketika melihat lelaki itu. Tapi, ada satu hal yang tidak bisa dia tepis.