Reygan mencoba mengabaikan intimidasi yang coba diberikan lelaki di depannya. Dia mengalihkan dengan menatap lekat pada sosoknya. Wajah itu memiliki gurat yang tegas, sama seperti setiap kata yang terlontar dari mulutnya.
"Itulah kenapa saja mengenalimu, Reygan. Saya tidak terkejut dengan kedatanganmu. Sejak bertemu Hardi, saya tahu kamu akan datang, entah kapan." Lelaki itu berkata tenang, kelewat tenang. "Ternyata hari ini."
Rambutnya mulai memutih di beberapa bagian. Tidak banyak kerutan di wajah. Terlihat lima tahun lebih muda di usianya. Apakah dia memiliki pola hidup yang sehat? Apa selama ini hidupnya baik-baik saja? Bahagia? Jika memang begitu, Reygan turut senang.
"Jika kamu ingin pengakuan. Saya akan kabulkan. Kamu memang anak saya, darang saya. Tapi apakah pengakuan ini yang kamu cari?"