"Jujur apa?" Reygan kembali dengan tiga botol mineral dingin di tangan, dia ulurkan ke Riana dan Aneska.
"Kalian saling jujur perasaan masing-masing. Sebelum terlambat. Nanti kalau salah satu dari kalian dimiliki orang lain, baru deh nyesel." Riana masih melanjutkan. "Atau masing-masing dari kalian dimiliki orang lain, kalian bakal menyesal."
Reygan naik ke atas saung, mendekap wajah adiknya dengan kedua tangan. Hingga keduanya bergulat di lantai saung, bahkan kaki Riana sempat menendang Aneska.
"Kak Anes tolongin, huaaah, tolong-" Reyan belum berhenti. Padahal Reygan hanya mengerahkan sepatuh tenaganya. Tidak sungguhan memiting, tapi Riana bereaksi berlebihan.
Aneska hanya tertawa saja melihat dua bersaudara itu. Tidak berniat memisahkan atau membela salah satu di antara mereka.
Pergulatan itu dimenangkan oleh Riana yang menggigit lengan Reygan. Dengan bersungut-sungut Reygan mengadu ke Aneska. "Kamu lihat, Nes. Riana ini polosnya nyeremin. Dia hobi gigit orang."
