"ANES!"
"Bentar, Mas! Sisirku hilang!"
"Kok lipstik gue patah? Anes ngaku lo! ANES!!!"
"Bukan gue, Mbak! Demi Allah! Gue nggak ada pinjem lipstik lo."
"Ma, kaos kaki Kinan nggak ada satu!"
"Tapi minggu lalu lo pake lipstik gue."
"Nggak jadi pake! Hih!"
"Ada yang lihat kaos kaki gue nggak?!"
"Siapa juga yang mau nyuri kaus kaki busuk!" Maya berseru dalam satu tarikan napas, Kinan yang berniat naik ke lantai dua, terhenti di tengah tangga. Lalu turun lagi. Dia tidak akan menginjakkan kaki di sana. Tidak sekarang.
Itu hanya salah satu contoh keributan kecil di rumah besar mereka. Belum ada apa-apanya jika ketiganya sedang PMS. Kinan penyabar sebenarnta. Tapi karena kedua adiknya, dia ikutan sensitif. Lalu memaksakan jika dirinya juga PMS.
"Anak-anakmu itu, Ma." Papa membalik koran ke halaman selanjutnya.
Mama yang menata meja juga membiarkan. Sudah terbiasa dengan keribitan ketiga anaknya. "Anak-anaknya Papa juga."