Chereads / Si dungu mendadak kaya / Chapter 19 - Istri sah Jose??

Chapter 19 - Istri sah Jose??

"Jangan berpikir macam-macam. Dan jangan jatuh cinta, gue nggak suka."

Glek!

Aku menenggak air liurku dalam tenggorokan membasahi dinding di antara saluran menuju perut. Nada suara itu terdengar menyakitkan, mengalihkan pandanganku menjadi sangat malu. Berusaha untuk tidak menatap dirinya.

Satu tangannya kembali mengendur dan melangkah mundur. Terdengar derap kaki pelan mendekati rak tinggi yang berdempetan di dinding ruangan.

Dia melesatkan pandangan mengarahku dengan raut datarnya. "Eh, lupain! Cepat ke dalem, kita makan."

Kepalaku terpaku pada ingatan tentang ucapan yang dia ucapkan secara ketus, datar, bahkan mendorongku ke dalam ruang gelap. Lalu aku memaksa untuk menoleh dan ikut dengannya ke arah pintu, di sudut ruangan garasi, hendak tertutup oleh tombol yang ditekannya.

Aku berbalik untuk menoleh, betapa canggih rumah ini dibuatnya. "Wow!" Mulutku ternganga pelan, menggeleng-geleng kagum.

Kakiku berbalik untuk memasuki ruangan elit minimalis. Rumah yang sedikit mirip dengan yang dihuni olehku. Jose menaruh bungkusan ke atas meja makan, lalu menarik lemari dorong di bawah untuk meraih dua piring besar.

Ditaruh ke atas meja makan yang terbuat dari batu alam. "Makan!" serunya memerintah.

Karena perut sudah memberontak, maka aku tidak akan menolak perintahnya. Aku meraih posisi duduk di atas kursi yang bisa berputar. Ini posisi yang nyaman ketika sudah mendudukinya. Dua kakiku dapat terangkat dan berputar dengan seenaknya.

Aku tidak menyadari kalau Jose telah memperhatikan tingkahku yang norak. "Eh, lo baru pertama duduk di kursi begitu ya?" tegurnya.

"Oh!" sergahku menoleh dan mematung diam. Padahal aku sering menggunakan kursi ini.

Kepala dan tanganku jadi kaku tak berdaya. Kemudian aku menarik piring dan bungkusan yang sudah dia beli di warung tadi. Dengan gesit, aku membuka dan siap untuk menyantap.

Jose menaruh gelas beserta teko air putih sambil menatapku aneh. "Eh, udah cuci tangan belum?"

Lagi-lagi tegurannya membuatku malu. Pipi ini sudah terasa panas karena ocehannya. Aku segera turun dari kursi ke arah wastafel pencuci piring. Air mengalir dengan deras, lalu tanganku langsung mengarah pada posisi mesin pengering tangan.

Kalau begini aku sudah biasa melakukannya. Wajahku yang lugu kembali menduduki kursi makan dan siap untuk menyantap makanan bungkus. Jose makan dengan tangan telanjang tanpa sendok garpu.

Aku terpana sejenak melihatnya, dia melakukan cara makan orang pinggiran yang luar biasa. Dia menjilati jemarinya dengan cepat dan tangkas. Wajahku hampir tak percaya dengan cara makan pria ini.

Jose mendongakkan dagunya menatapku sambil menaikkan alisnya sebelah. "Kenapa? Nggak pernah liat orang makan?" Lalu dia melanjutkan makannya lagi.

Aku harus melupakan dirinya dan kembali menyantap dengan nyaman.

***

Karena sudah merasa kenyang, aku dan Jose memasuki mobil sportnya lagi untuk kembali ke rumahku. Ini tidak akan memakan waktunya lagi. Kami meninggalkan sisi garasi yang akhirnya segera tertutup.

Menembus jalan keluar, menyusuri perkotaan mengitari kerumunan, lalu melewati perempatan yang akhirnya memutar jalan menuju pemukiman tempat aku tinggal di rumah baru.

Mobil sport ini berhenti tepat di samping pintu pagar. Jose mengerutkan keningnya, menginjak rem mendadak. Matanya menatap sebuah mobil sedan mini terparkir di depan pagar.

"Kenapa?" tanyaku berpura-pura akrab.

Jose menggelengkan kepalanya, tidak mengindahkanku lalu membuka pintu dengan tangkas. Aku yang kebingungan harus mengikuti gerak cepatnya. Yang ternyata di dalam pagar berdiri dua orang pengawal pribadi bersama seorang wanita berhak tinggi.

Jose memasuki halaman dengan rautnya yang datar. Wanita itu berbalik membuka kacamata hitam, dengan rambut panjang bergelombang tampak mempesona. Angin meniup baju berlengan panjang, rok ketat begitu berkelas.

Aku terhenti, terkejut akan sosok orang-orang yang sudah berdiri di depan rumah ini. Jose begitu santai lalu berhenti dengan pandangan mengarah dua pengawal di sana sedang merunduk memeluk dua tangan di depan.

"Lo bedua tinggalin kita bertiga," pintanya kepada dua pengawal.

Dua pria itu akhirnya menghindari tuannya dan bahkan melewati diriku sambil melirik miring, mengernyitkan dahi dengan bibir memanjang.

Aku harus apa? Lalu, siapa wanita yang ada di depan pintu rumahku? Aku melihat Jose berbalik menatapku lalu melambai dengan senyuman kecilnya.

Kakiku terangkat dan merasa terpanggil dengan lambaiannya. Berhenti tepat di depan dua orang dengan raut yang berbeda.

"Jose, siapa dia?" tanya wanita itu.

"Dia istri kedua gue," ungkapnya. Jose dengan santainya menyebutkan diriku kalau aku istrinya.

Wanita itu menoleh, lalu melayangkan tangannya mengarah pipi Jose.

Plak!

Sebuah tamparan lima menempel kasar di pipi kiri Jose. Jose hanya cengar-cengir merasakan sebuah pukulan panas dari wanita itu. Wajah Jose kembali menatap wanita itu sambil meraba pelan pipinya.

"Udah puas?" tambahnya, "Ayo kita masuk, gue bakal jelasin semuanya." Jose mengusulkan untuk menghangatkan suasana.

Namun apa daya? Wanita itu malah memekik keras. "Lo emang cowok brengsek! Gue istri apaan coba?! Sampe segitunya lo nggak pernah jujur ma gue." Wanita itu membawa pergi kalimatnya melewati sosok Jose.

Bahkan dia berbalik dan melangkah mendekatiku, berhenti dan menatapku sepenuhnya. Aku melihat garis kesal di keningnya berkerut lagi bergelombang, matanya bergaris hitam serta alis tebal buatan. Bibirnya menggerutu tanpa suara yang terdengar. Wanita ini berpaling dan melewatiku tanpa sebuah perkenalan.

Aku hanya berdiri termangu sambil menahan napas. Mulutku ternganga sedikit, tak berani membalas tatapan wanita tadi.

Tiba-tiba wanita itu terdengar oleh derap kakinya untuk kembali. Lalu menarik lenganku dengan kasarnya. "Eh, lo dibayar berapa sama Jose? Inget betul-betul! Gue istri sah Jose. Jangan harap lo aman tinggal di sini."

"Bela!" seru Jose untuk mencegah.

Aku hanya bisa terdiam dan merasa bodoh. Aku tidak bisa membalas ucapan wanita yang disebut istri dengan nama panggilan Bela. Nada kasarnya terlalu mencekik lidahku untuk berucap. Karena aku tak berani menatap sinis, tak mampu melawan, dia melepaskanku dengan kasarnya.

Bela kembali menoleh ke arah Jose. "Gue nggak akan bisa kalah gitu aja. Liat aja nanti!"

Kaki mulusnya meninggalkan sisa suara dari kenangan tadi. Dia memekik keras, lalu membentak ke arahku, tetapi nadanya beralih ke pandangan Jose.

Kini, aku ditinggalkan dengan sifat murung dan kebodohanku. Aku yang hanya menjadi istri sementara tidak bisa berbuat banyak. Aku hanya menjadi wanita bodoh, tidak bisa membalas ucapan wanita tadi.

Jose mendekatiku, lalu menjulurkan sebuah kunci mobil kepadaku. "Ini buat lo! Kalo gue nggak di sini, lo bisa pergi ke mana aja yang lo mau."

Kunci yang berbeda dengan mobil sport yang dia miliki sekarang. Kunci itu sengaja dipilihnya berwarna cokelat muda bercorak bunga sakura di tengah. Perlahan daguku terangkat lemah, tak kuat menatap orang kaya yang sudah menjadi suami sementara ini.

"Ambil." Jose mengacungkan kuncinya lagi mengarahku.

Aku melihat dua sisi yang berbeda, wajahnya dan kunci itu.