Chereads / Istri ke Dua Suamiku / Chapter 1 - 1. Ada Cinta yang Lain

Istri ke Dua Suamiku

🇮🇩Sr_Intan
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 40.9k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - 1. Ada Cinta yang Lain

Kasih baru saja selesai membersihkan kandang kelinci milik sepupu suaminya sore itu. Sampai tiba tiba suara mertuanya membuatnya terkejut dan hampir saja masuk ke dalam kotoran kelinci yang baru saja dia bersihkan.

"Kamu lagi apa? Kenapa lama sekali, ibu sudah memanggilmu sejak tadi. Kamu tuli ya?" tanya ibu mertuanya sambil bertolak pinggang di depan Kasih.

"Baru selesai membersihkan kandang kelinci milik Aruna, Bu," jawab Kasih. Dia keluar dari kandang membawa bau yang sangat menyengat sampai sampai ibu mertuanya itu harus menutup hidungnya.

"Bau banget, buruan mandi. Tamu sudah mau datang, kamu harus segera memasak untuk malam ini," ujar mertuanya.

"Baik Bu, Kasih mandi dulu kalau begitu." Kasih pun melewati mertuanya begitu saja.

"Oh ya, nanti Lukas dan Cinta ikut makan malam ini. Kamu sebaiknya tidak perlu ikut makan malam."

Langkah Kasih pun terhenti, dia membalikan tubuhnya dan memandang mertuanya tak menyangka.

"Tapi kenapa? Kasih kan istri Lukas, bukan Cinta, Bu."

Mertuanya melihat Kasih dari atas sampai ujung kakinya. Pandangannya seakan menilai bagaimana Kasih saat ini. Daster lusuh, dan wajah yang kotor.

Kakinya saja terlihat kumal seperti gembel. Belum lagi cara bicaranya yang seperti orang kampung. Mertuanya pikir, dia akan mempermalukan suaminya di depan tamu penting malam ini.

"Kamu lupa ya, kalau Cinta adalah sekertaris Lukas. Jadi tidak masalah, kan kalau dia makan bersama dengan tamu malam ini. Jadi kamu jangan sampai menampakkan dirimu di meja makan kalau tak mau Lukas marah."

Kasih pun tak bisa berdebat lagi. Cinta memang sekertaris Lukas. Namun Cinta adalah sahabat Kasih sendiri. Jadi bagaimana bisa—dia membiarkan sahabatnya bersama dengan Lukas meskipun dia di sana sebagai sekertarisnya?

Kekhawatiran Kasih bukan tanpa alasan. Sudah beberapa kali, Kasih memergoki mereka berdua sering berciuman di dalam mobil atau pada saat Cinta main ke rumahnya.

Kasih mengerti, karena dulunya Cinta adalah kekasih Lukas. Mereka putus entah karena masalah apa. Hingga Lukas ingin menikahinya. Namun—setelah mereka berdua menikah. Cinta mengatakan pada Lukas jika dia masih mencintai lelaki yang sudah menjadi orang asing tersebut.

Tanpa sadar satu titik air menetes dari mata Kasih. Ia merasa sakit dipermainkan oleh Lukas saat ini.

Jangan jangan Lukas sengaja melakukan hal ini karena dia ingin balas dendam pada Cinta? Membuatnya cemburu dan akhirnya—berhasil.

Kasih sendiri merasa jika dirinya bodoh waktu itu. Ia pikir Lukas jatuh cinta padanya dengan tulus, karena setiap hari Lukas selalu memberikan perhatian padanya.

Namun semuanya berubah setelah mereka menikah. Satu hari setelah dia menikah dengan Lukas, lelaki itu langsung berubah drastis.

PRANG!

Piring yang ada di tangan Kasih terjatuh. Membuat beling jatuh ke kakinya.

Darah segar menetes. Kasih menggigit bibirnya menahan perih.

"Nyonya sebaiknya di dalam saja, nyonya pasti lelah karena sudah bekerja seharian," kata pembantu di rumah itu.

Kasih menggeleng pelan. "Ibu tidak bakalan suka kalau aku berada di dalam kamar sementara kalian sibuk."

"Piring itu kan hadiah dari Cinta!" suara itu melengking, membuat Kasih terkejut mendapati ibunya sudah ada di ambang pintu.

"Kamu seharusnya berhati-hati! Kamu ini memang tidak becus ya, Kasih!" Bukannya mengkhawatirkan keadaan menantunya, ia malah khawatir pada piring buatan Jepang yang dibawa oleh Cinta beberapa waktu yang lalu.

"Akan Kasih bereskan, Bu."

"Enak saja bereskan! Ganti rugi!"

**

Kasih melihat Cinta dan Lukas duduk berdampingan di ruang tamu. Acara makan malam hari itu berjalan lancar tanpa adanya Kasih di sana.

Kasih tersenyum, ia sudah sangat merindukan suaminya saat ini karena sejak seminggu kemarin suaminya itu selalu lembur.

Bertekad untuk menghampiri Lukas. Sayangnya pandangan Cinta dan Lukas tidak seperti apa yang ia pikirkan. Cinta memandangnya seakan jika Kasih adalah penganggu di rumah itu.

"Kamu sebaiknya di kamar saja," kata Lukas dengan dingin.

"Tapi, aku—"

"Kamu tidak lihat kalau aku dan Cinta sedang membicarakan masalah penting?"

"Masalah penting?"

Sebuah brosur penerbangan ke Swiss terlihat di atas meja. Kasih memandang mereka berdua bergantian.

"Mereka akan pergi ke Swiss untuk pergi dinas," kata ibu mertuanya.

"Berapa hari?" tanya Kasih.

"Satu sampai dua bulan."

"Tapi aku ikut kan?" Kasih mencoba untuk tersenyum.

"Anggaran tidak akan cukup, sebaiknya kamu di rumah saja. Ibu tidak ada yang menemani di rumah kalau kamu ikut pergi," tolak Lukas.

"Tapi—"

"Nanti aku bawakan oleh oleh."

Bukan itu masalahnya. Mana mungkin Kasih membiarkan dua orang itu pergi ke luar negeri sementara dirinya ada di rumah?

Apa yang akan mereka lalukan tanpanya? Kasih takut jika Lukas akan melakukan hal hal yang tak diinginkan.

"Sebagai seorang istri, seharusnya kamu menurut apa kata suamimu. Pantas saja Lukas tidak betah ada di rumah karena kamu selalu merengek seperti ini," ujar ibu mertuanya.

"Baiklah kalau begitu."

"Oh ya, sebaiknya kamu sedikit berdandan dan merawat wajahmu. Tamu tadi mengira jika kamu adalah salah satu pembantuku."

Cinta tanpa sengaja tertawa. "Maaf, aku tidak tahu kalau mereka akan berpikir seperti itu."

"Lihat sahabatmu, dia saja selalu merawat wajah dan tubuhnya."

"Bagaimana kamu tahu kalau Cinta merawat tubuhnya?" tanya Kasih curiga.

"Lihat saja wajahnya, jika dia pandai merawat wajahnya. Pasti dia juga pandai merawat tubuhnya," bela ibu mertuanya.

"Padahal kalian berdua hanya berbeda satu bulan, tapi kamu sudah seperti wanita paruh baya. Maka jangan salahkan Lukas kalau dia tak mau membawamu pergi jalan jalan. Karena yang ada dia akan dikira sedang pergi dengan ibunya."

Kasih menelan kata kata pahit itu sendirian. Jauh sebelum dia menjadi istri Lukas. Kasih adalah wanita yang cantik. Senior waktu dia kuliah dulu tak sedikit yang menyukainya.

Hanya saja, Kasih salah menjatuhkan dirinya pada lelaki seperti Lukas.

"Ambilkan camilan sana, ada di dalam kulkas," suruh mertuanya.

Kasih pun menurut, dia bergerak ke dapur dengan perasaan yang bercampuraduk.

Di saat seperti itu, seharusnya Lukas membelanya. Bukan seperti ini. Mengapa dia menjadi sasaran empuk hinaan ibu mertuanya sendiri?

"Kamu dengar kan apa kata nyonya besar? Katanya nyonya Kasih seperti wanita paruh baya," kekeh seorang pembantu yang ada di dalam dapur.

Ia tidak tahu jika Kasih ada di belakang mereka bertiga.

"Lagian dia menjadi nyonya di sini, tapi kerjaannya hanya bersih bersih. Apalagi bersih bersih kandang kelinci," kekeh satunya lagi.

"Seharusnya dia bersama dengan kita saat ini, dia juga mirip pembantu kata Tuan Lukas."

"Kalian senang ya membicarakan orang lain di belakang?" tanya Kasih dengan dingin.

Ketiga pembantu tadi terkesiap, lalu menundukan wajahnya.

"Memangnya kenapa? Mereka tidak salah kok," sahut ibu mertuanya yang ada di belakang Kasih.