Chereads / Istri ke Dua Suamiku / Chapter 15 - 15. Aku akan tanggung jawab

Chapter 15 - 15. Aku akan tanggung jawab

Suasana di dalam rumah saat itu menjadi tegang lantaran tuduhan yang diterima Kasih. Bahwa dia hamil anak Luki.

Tak ada satu pun orang di rumah itu yang percaya jika Luki bukan ayah dari anak yang dikandung oleh Kasih.

Kasih yang sedang menuruni tangga melihat mertua, suami dan Cinta tengah duduk di sofa ruang keluarga.

Malam itu Kasih akan disidang oleh satu rumah dengan Luki. Apakah benar mereka telah melakukan perbuatan terlarang itu ketika di Swiss beberapa waktu yang lalu.

"Duduk," perintah Lukas ketika Kasih sudah ada di ruang keluarga.

Bibir dan wajahnya pucat. Tetapi masih saja diperlakukan oleh mereka seperti itu.

Kasih pun duduk tanpa bersuara. Kepalanya masih pusing untuk memikirkan bagaimana caranya agar mereka semua percaya jika anak itu adalah anak Lukas.

"Kapan kamu melakukanya dengan Luki?" Mertua Kasih tiba tiba bertanya—bukan—dia menuduh Kasih tanpa bukti.

Kasih terperanjat. Ia menatap wajah mertuanya tak percaya.

"Ini adalah anak Lukas, Bu. Kasih berani bersumpah jika ini bukan anak Luki."

"Bagaimana caranya agar kami memercayaimu? Aku dengar sendiri dari Cinta kalau selama kamu di Swiss kamu banyak menghabiskan waktu dengan Luki."

Kasih menatap mantan sahabatnya itu dengan geram. Bisa-bisanya dia berpikir seperti itu pada kakaknya.

"Tanya saja pada Luki, aku dan Luki tidak pernah melakukan hubungan terlarang itu."

"Kalian sok suci sekali." Suara Luki tiba tiba terdengar. Semuanya menoleh. Luki terlihat sudah tiba di rumah dan di belakangnya ada Clara.

Wajahnya ditekuk karena kesal dengan berita yang ia baru saja dapatkan hari ini.

"Kamu—" geram Lukas.

"Memangnya kamu sendiri bagaimana dengan Cinta? Cinta juga hamil, kan? Padahal kakak jelas jelas sudah memiliki Kasih.

"Dan sekarang kalian memojokannya, dan menuduhnya tidur denganku?" Luki mendecih dan menatap ketiga orang itu jijik. "Apa kamu lupa jika kamu lah yang tidur dengan Kasih malam itu!"

Lukas yang langsung dituding oleh Luki pun tak berdaya. Diam diam dia mengakui jika dirinya memang sempat tidur dengan Kasih beberapa kali.

"Aku hanya tidur dengannya beberapa kali, memangnya bisa langsung jadi anak?"

"Lalu bagaimana denganku? Mana mungkin dia hamil anakku sementara aku tak pernah tidur dengannya?"

"Luki, tapi kamu tidak tidur dengannya, kan?" Clara tiba tiba bersuara karena sudah muak.

Ia memang mendukung ibu Luki. Namun ketika Luki disalahkan dan dituduh seperti itu tentu saja dia tidak terima. Lagi pula dalam pikiran Clara, mana mungkin Luki mau tidur dengan wanita kampungan itu. Sementara lelaki itu saja belum pernah tidur dengannya.

"Apa kamu tidak percaya padaku?" tanya Luki.

"Bu—bukan. Bukan begitu."

"Kamu diam saja, Clara." Luki meraup napas dalam-dalam. Lalu menatap Kasih dan mereka bertiga bergantian.

"Begini saja, setelah anak itu lahir. Kita lakukan tes DNA. Jika anak itu adalah anakmu, maka kamu harus minta maaf pada Kasih dan ceraikan Cinta. Tapi jika anak itu adalah anakku, maka Kasih akan kunikahi!"

Keputusan Luki jelas saja membuat bibinya dan Clara pusing. Mengapa Luki begitu berani mengambil keputusan seperti itu?

"Kamu—kenapa harus menikahi dia? Memangnya kamu ayah dari anak itu? Tidak! Kamu tidak bisa seperti ini Luki!" seru Clara tidak terima.

"Benar, kenapa kamu harus menikahi wanita itu?" timpal bibinya.

"Lalu bibi ingin Luki bagaimana? Jika memang anak yang dikandung oleh Kasih adalah anakku. Maka aku akan tanggung jawab jadi jangan khawatir. Itu kan yang kalian inginkan?"

Kasih yang sejak tadi diam saja mendongak dan menatap wajah Luki dengan mata yang basah. Dia tidak mengerti mengapa Luki harus melakukan hal ini padanya. Padahal dengan dia berkata seperti itu pasti Lukas akan mengira jika anak yang dikandungnya adalah benar benar anaknya.

Clara menatap punggung Kasih yang gemetar dengan geram. Mengapa dia harus berurusan dengan wanita kampungan ini di saat dia akan melangsungkan pertunangan dengan Luki?

"Lalu bagaimana dengan pertunangan kita?" tanya Clara dengan tenaga yang seakan sudah terkuras.

"Kita batalkan sampai anak itu lahir."

"Apa?!"

**

Sejak Kasih diketahui hamil. Alih alih mendapatkan perhatian dari Lukas dan mertuanya. Dia malah diminta pergi sampai anak itu lahir.

Dia dipindah ke sebuah rumah kumuh yang berada tak jauh di rumah Lukas dan ibunya.

Hari ini Kasih masuk ke rumah itu. Bau pengap dan juga debu yang bertebaran membuatnya terbatuk-batuk.

Setidaknya jika mereka mau mengusirnya, menyiapkan rumah yang layak. Bukan seperti ini.

Ketika Kasih sedang berusaha membersihkan debu yang ada di sana dengan sapu. Tiba tiba sosok bayangan lelaki muncul di depan pintu.

Karena silau cahaya, lelaki itu hanya tampak seperti sebuah siluet.

"Aku sudah meminta seseorang untuk membersihkan rumah ini. Selama dibersihkan kamu tinggal dulu saja di hotel," kata Luki.

Kasih tersenyum getir.

"Tidak, aku di sini saja."

"Kamu sudah bukan hidup untuk diri kakak sendiri. Harus ada anak yang harus kamu jaga, kan?"

Kasih terdiam.

"Luki."

"Ya?"

"Anak ini bukan anakmu, kan?" Meski Kasih ingat dan tahu jika anak yang dikandung adalah bukan anak Luki. Namun dia masih ingin memastikannya pada Luki.

"Tentu saja. Itu adalah anak dari Lukas yang bodoh itu. Jadi kamu tenang saja, ketika anak itu lahir. Semuanya akan selesai. Lukas akan menceraikan Cinta sesuai kesepakatan tadi malam."

Kasih tersenyum tipis. Ia sudah tidak berharap untuk dapat hidup dengan Lukas setelah apa yang terjadi.

"Meskipun Lukas bercerai dengan Cinta nantinya. Aku yakin, dia pasti akan tetap terus mendatangi Cinta. Karena Cinta adalah wanita yang sesungguhnya Lukas inginkan."

"Aku tak tahu apa ini bisa menghiburmu atau tidak. Namun dulu, ketika Lukas berpacaran denganmu. Dia tidak seperti ini."

Kasih menoleh. "Maksudmu?"

"Kupikir dia mencintaimu, meski aku terkejut mengapa dia harus menikahi sahabat mantan kekasihnya sendiri. Tapi setelah melihat—dia setelah menikah…. entahlah. Maaf," tiba tiba Luki meminta maaf.

"Kamu tidak salah, untuk apa meminta maaf padaku."

"Wah! Benar benar ya, aku tidak menyangka kalau kalian ternyata diam diam bertemu seperti ini? Jadi bagaimana? Apa aku menganggu waktu kalian?" tanya Cinta. Dia sepertinya akan pergi bersama dengan teman-temannya. Tetapi dia mampir ke sana dulu untuk mengejek Kasih.

"Biarkan saja dia bicara apa, lagi pula dia tidak wajib untuk kita dengarkan." Luki membawa Kasih pergi dari sana tepat saat suruhan Luki datang ke rumah itu.

"Bersihkan semuanya. Dan ganti cat dindingnya. Kalau ada barang yang tidak layak pakai. ganti saja dengan yang baru."

"Baik Pak."

Merasa diabaikan seperti itu. Cinta pun geram dan menghubungi Clara.

"Sepertinya kamu harus tahu ini," kata Cinta ketika teleponnya tersambung dengan Clara.