Rasanya Kirana ingin mati beneran. Apa tidak ada olahraga yang lebih ekstrim lagi selain menembak? Berburu misalnya? Kirana mematung seperti orang yang kehilangan kesadaran setelah beberapa kali dipaksa menembak oleh si bos. Bos yang tidak punya perasaan itu seenaknya sendiri memerintah. Pria itu tidak menghiraukan tangan dan kaki Kirana yang sudah gemetaran. Seumur hidup Kirana belum pernah memegang senjata. Jangankan pistol, pegang gunting saja sering tremor.
"Pak, nyawa saya masih ada di dunia kan?" tanya Kirana seperti orang linglung.
Gama berdecak, dia sibuk memasukkan peluru baru. "Kalau kamu sudah mati, kakimu tidak menapak di bumi. Dan mungkin kamu tidak ada di sini bersama saya," ujar Gama dia bersiap-siap lagi untuk menembak papan sasaran. Tangan kanannya terangkat lurus ke depan. Sementara tangan kirinya dia masukkan ke saku celana. Dia sedikit menyipitkan mata dan .... DOR!
Suara letupan itu kembali mengejutkan Kirana. "Saya pulang saja, Pak." Kirana nyaris kabur, tapi suara Gama kembali mengudara.
"Bergerak satu langkah lagi, peluru ini akan mengenai kakimu."
Mendengar itu Kirana berhenti bergerak. Matanya terpejam erat dan terpaksa berbalik.
"Kita renang aja yuk, Pak," ajak Kirana putus asa. Daripada bermain senjata tajam, Kirana lebih memilih renang. Dia mahir menari di dalam air.
Awalnya Gama tidak peduli. Namun, bibirnya tiba-tiba menyeringai. Dia sedikit memutar badan untuk melihat asistennya.
"Asal kamu pakai bikini baru saya pikirkan," ucapnya lantas kembali menghadap papan sasaran yang berjarak 50 meter dari posisinya.
Kirana rasa selain tidak punya perasaan, bosnya ini memiliki setengah otak yang gesrek. Tapi, jika tidak dihentikan sampai kapan Kirana tertahan di tempat ini? Kalau ada peluru nyasar bagaimana?
"Kenapa? Tidak mau? Kalau begitu, sini kamu. Latihan menembak lagi."
"Tidak, tidak, Pak." Kirana mengibaskan tangan cepat. "Oke, kita renang saja."
"Bikini?"
Ini menyebalkan. Tapi, Kirana terpaksa mengangguk. Anggukan itu langsung disambut seringai licik Gama.
"Oke. Kita jalan sekarang."
Kirana bernapas lega pada akhirnya dia meninggalkan tempat ini. Hanya saja ...
"Oh ya, Pak. Saya kan tidak punya bikini." Kirana mencari alasan. Apa pun itu asal dia tidak mengenakkan pakaian yang membuat tubuhnya tampak telanjang itu.
"Tidak masalah. Saya akan membelikannya untukmu."
Sial! Kirana mengumpat dalam hati. Selain gila bosnya memang tidak pernah kehabisan akal untuk menindas dirinya.
Jadilah, dia di sini. Di sebuah kolam renang eksklusif yang ada di ketinggian gedung. Kirana menyampikan handuk lebar berwarna putih ke bahunya. Lalu menyelimuti tubuhnya dengan handuk itu. Handuk lebar itu bisa menutup bagian depan tubuhnya yang menonjol.
Beberapa menit lalu, Kirana terkejut sendiri melihat penampilan dirinya lewat pantulan cermin. Bos setannya membelikan bikini berwarna putih polka yang bagian pengaitnya hanya menggunakan tali-tali. Tubuh seputih susu Kirana terumbar. Belahan dadanya terlihat begitu menggoda. Apa lagi bagian bawahnya? Ya ampun! Kirana malu setengah mati.
Kirana berjalan mengendap-endap memasuki area kolam renang. Di kolam itu tidak ada siapa pun selain dirinya dan Gama yang tengah berkecipak di dalam air kolam yang terlihat biru laksana lautan.
Kirana suka air. Dia suka bermain bersama air. Melihat air di kolam kaca itu benar-benar membuatnya ingin segera menenggelamkan diri. Tapi, dengan pakaian renang ala kadarnya ini, Kirana tidak memiliki nyali yang cukup untuk berlari ke sana.
"Kamu mau berdiri di situ sampai kapan?!"
Suara Gama menggelegar, mengejutkan Kirana yang sempat kebingungan. Dia makin merapatkan handuk saat tuannya muncul ke permukaan.
Tubuh kekar Gama muncul perlahan. Dia bergerak di atas permukaan air, lalu menaiki tangga landai hingga tubuhnya benar-benar keluar sepenuhnya dari dalam air.
Kirana menelan ludah melihat tubuh kekar Gama yang basah. Buliran air dari rambutnya menentes dan berjatuhan mengenai badannya yang atletis. Bahu pria itu terlihat begitu lebar, membentuk segitiga menuju bagian pinggang.
"Ke marikan handuk itu," ucap Gama mengulurkan tangan.
Alih-alih menyerahkan handuknya, Kirana malah makin merapatkan handuk itu ke tubuhnya. Gama terlihat kesal dengan kelakuan asistennya. Dia menarik handuk itu dengan kencang, tapi Kirana juga mencengkeram kain itu tak kalah erat.
Gama menggeram. "Memangnya kamu mau renang pake handuk itu?" tanya Gama dengan nada kesal. Mata tajamnya bahkan berkilat-kilat seolah bisa mengeluarkan api dari sana.
"Tapi, Pak. Saya malu ..."
"Malu sama saya?" tanya Gama, lantas tertawa keras. "Saya tidak akan tertarik sama tubuh kamu meskipun kamu pakai bikini."
"Terus kenapa Bapak nyuruh saya pakai bikini?"
"Memang salah? Suka suka saya-lah! Kamu cuma tinggal menurut perintah saya!"
Kirana benar-benar jengkel, tapi dia terus menahannya. Melawan Gama sama dengan mencari mati. Dia tidak mau bos gilanya itu malah makin menjadi. Bisa saja kan setelah menyuruh pakai bikini lanjut menyuruhnya telanjang?
Gama menyentak keras kain handuk itu hingga terlepas dari tubuh Kirana. Serta-merta dengan kedua tangannya Kirana berusaha menutup bagian tubuhnya. Sekarang dia benar-benar berdiri di hadapan Gama hanya dengan memakai bikini sialan itu.
Gama menyeringai kecil. Sembari mengeringkan rambutnya sendirinya, matanya tidak lepas mengawasi tubuh seksi Kirana yang terbalut bikini pilihannya.
Not bad. Pikir Gama. Tone kulit Kirana sangat cocok dengan helai kain minim yang menutupi bagian-bagian penting tubuhnya.
"Terjun sana," perintah Gama, mengedikkan dagu ke arah kolam.
Masih dengan tangan yang berusaha menutupi bagian penting tubuhnya—meski itu sia-sia, Kirana berjalan mendekati kolam. Sesekali dia menoleh ke belakang. Gama di posisinya masih saja memperhatikan dia turun ke kolam.
"Dia memiliki bagian belakang yang bagus," gumam Gama. Matanya menyipit saat melihat sesuatu di bagian kanan belakang pundak Kirana. "Dia memiliki tato?"
Namun, sejurus kemudian tatapnya melirik awas ke belakang. Ada makhluk lain di sini yang mencoba mencuri pandang ke arah Kirana.
"Pergi atau aku hancurkan kamu!" desis Gama, merasa terganggu.
Sosok lelaki dengan pakaian compang camping serta bentuk wajah tidak jelas tampak berdiri tidak jauh darinya. Sosok itu terus mengawasi Kirana yang mulai memasuki air dengan lidah yang terjulur hingga ke lantai.
Entah kenapa ada perasaan tidak suka tubuh Kirana terus dipelototi makhluk jelek itu.
"Pergi kataku!" teriak Gama, membuat sosok itu ketakutan dan langsung menghilang.
Kirana yang baru saja menenggelamkan kakinya ke air sontak menoleh mendengar teriakan Gama. Dia nyaris berbalik. Namun, dirinya mendadak tertegun melihat napas Gama tampak terengah. Hanya beberapa saat sebelum dia panik dan berlari menghampiri Gama.
"Pak? Bapak tidak apa-apa?" Kirana buru-buru mengambil air yang ada di sebuah meja berbentuk bundar. Lalu secepat mungkin membantu Gama meminumnya.
"Aku capek," keluh Gama, kepalanya berdenyut hebat. Tubuhnya bahkan nyaris limbung, tapi dengan cepat Kirana menopangnya.
"Bapak sakit apa gimana?" tanya Kirana bingung, lalu memapah tubuh besar Gama agar duduk di kursi.
Kirana mengambil alih handuk yang menyampir di pundak Gama lalu menyeka keringat yang tiba-tiba keluar dari kening bosnya.
Mata Gama terpejam. Dia benci kutukan ini. Sampai kapan dia harus mengalami hal ini? Dan makhluk sialan itu, berani-beraninya datang dan menatap asistennya dengan lidah terjulur. Sangat menjijikkan.
"Pak? Bapak merasa baik?" tanya Kirana menjauhkan handuk.
Gama tidak menjawab. Dia masih memejamkan mata dengan kepala menengadah. "Aku benar-benar capek," gumamnya.
Kirana bingung dengan ucapan yang terus keluar dari mulut Gama. Capek apa? Apa pria itu capek berenang? Dan ketika Kirana tengah kebingungan, sesuatu tampak muncul dari tubuh Gama. Kulit perut bagian atas Gama tiba-tiba menonjol membentuk sesuatu yang menyerupai ... Keris. Kira-kira sepanjang sepuluh senti, keris itu seolah hendak keluar dari dalam perut Gama. Kelopak mata Kirana terbuka lebar dan secara refleks kakinya melangkah mundur. Merasa ngeri melihat kejanggalan pada perut sang bos yang tadinya terlihat biasa saja.
_____________
Halo halo halo Kirana-Gama hadir lagi. jangan lupa review bintang limanya ya kakak-kakak. Terus, masukkan juga cerita ini ke library. Bukan cerita horor kok. Masih seperti biasa bermain di romansa.