Setelah menjadi seorang Alpha, Vano entah bagaimana memang mengalami perubahan. Pria 20 tahun itu lebih gesit, kuat, tangkas, juga sensitif. Vano baru menyadari ternyata seorang Alpha punya kekuatan untuk memanggil manusia serigala lainnya dari lolongannya. Saat dia mencoba melakukannya tepat setelah dia membunuh Leon, di sanalah dia melihat banyak sosok yang baru dikenalnya.
Berbagai usia, status sosial, bahkan jenis kelamin semua datang dan mendekat pada Vano. Memperhatikan sisa-sisa tubuh Leon di sana sedangkan sebagian lainnya merasa skeptis melihat Vano yang jelas masih muda bahkan dari sebagian mereka. Segera sangsi apakah pria muda ini sanggup memimpin mereka semua yang selama ini bersembunyi. Vano tahu dia harus segera meyakinkan mereka.
"Namaku Vano Orazio Lycaon. Dari namaku saja aku yakin kalian bisa segera menyadari bahwa bahkan sebelum menjadi seorang manusia serigala tiga tahun lalu, aku memang sudah memiliki darah serigala. Aku saat ini adalah pewaris tahta utama kerajaan industri Lycaon yang kalian pasti sudah mengetahuinya. Aku akan menjamin kehidupan kalian semua tidak hanya sebagai serigala, tapi juga manusia. Siapapun kalian di sini asal punya kemampuan dan kemauan, bergabunglah bersamaku di Lycaon Industries. Kita akan membangun tempat itu bersama. Memastikan tidak ada Alpha lain yang akan menggangu kehidupan kita di Lorient!" penuh percaya diri Vano berbicara.
Saling pandang saat ini terlihat di antara para manusia serigala lainnya. Hingga dua orang mengacungkan tangannya sebagai bentuk pengabdian mereka pada sang Alpha. Mereka adalah Jasper dan Javier.
"Kami tahu siapa dia. Kami juga yakin dia memang Alpha yang bisa kita andalkan!" kata Jasper saat itu dan Vano tersenyum saat satu per satu manusia serigala di sana ikut mengacungkan tangan.
Beberapa orang lainnya memang masih keberatan sekaligus takut. Mereka memiliki alasannya sendiri.
"Apa kau tahu siapa Alpha lain yang sering menganggu kita di sini? Mereka memburu dan menghabisi orang-orang di sekitar kami! Mengambil keluarga dan sahabat yang kami cintai! Alpha itu satu-satunya alasan kami terus bersembunyi hingga hari ini," seorang pria paruh baya mengenakan pakaian ala petani berbicara.
"Aku berjanji akan segera mengetahuinya. Hingga saat itu kalian boleh terus bersembunyi. Hanya ingat satu hal, kita ini serigala. Kita kuat karena kawanan. Kita mampu karena kita bekerja sama. Kita bisa karena mengandalkan satu sama lain. Aku akan menjamin siapapun dan apapun yang berani menganggu kawananku, tidak akan bisa melihat matahari esok pagi!" janji seorang Vano.
Kini semua orang sepakat dan setuju menjadi kawanan seorang Lycaon. Kawanan yang bersembunyi di balik sebuah perusahaan internasional. Sekumpulan serigala yang akhirnya menamakan dirinya Gold Lycaon. Bukan tanpa alasan, bulu Vano setelah menjadi seorang Alpha memang berubah. Dulu bulu di tubuhnya bewarna perak dan hitam yang terlihat gemerlap. Sedangkan kini, warnanya emas dan hitam yang berkilau di bawah cahaya bulan. Katanya semua keturunan asli Lycaon memang akan punya warna seperti itu.
Vano kembali ke kampusnya yang dia baru sadari bahwa dua orang yang pertama kali mengacungkan tangannya adalah teman satu kampusnya walau beda jurusan. Vano mengambil jurusan bisnis sedangkan Jasper mengambil jurusan komunikasi dan Javier mengambil jurusan desain grafis. Vano cukup terkejut saat Jasper dan Javier menyapanya di halaman kampus.
"Lycaon berjalan sendiri?" tanya Javier santai menepuk.
"Aku tahu siapa kalian, tapi jangan harap kalian akan dengan mudah bersikap seenaknya padaku," ucap Vano masih sinis.
"Owh ayolah. Setelah bantuan kami saat itu?" Javier mempertanyakan sikap.
"Aku berterima kasih, hanya saja bersikaplah biasa!" lirik Vano sebelum masuk ke dalam mobil mewahnya.
"Hei, tunggu! Aku yakin kau akan membutuhkan kami setelah ini! Kami tahu kau sedang kesulitan dengan semua hal mengenai manusia serigala ini. Asal kau tahu, aku sudah memegang semua yang kau butuhkan! Bagaimana kalau dimulai dengan nama Alpha itu!" suara Jasper berusaha mengintimidasi dan Vano sedikit melirik.
"Aku serahkan saja flashdisk ini. Bacalah semaumu. Aku yakin besok bukan kami yang akan mengejarmu seperti ini, tapi kau yang akan mencari kami!" ucap Jasper dengan seringai di wajahnya.
Vano akan selalu begitu. Kehilangan Leon belakangan dan rasa bersalah masih menghantuinya. Belum lagi tanggung jawab besar yang mendadak harus dia tanggung. Dia juga harus segera lulus dari kampus ini agar dia bisa segera melindungi kawanannya dalam hirarki yang dia harapkan bisa segera terwujud. Dia juga harus segera menemukan siapa Alpha yang sebenarnya telah menganggu Leon dan manusia serigala lainnya.
Vano berada di kamar mewahnya sedang memeriksa isi FD yang diberikan oleh Jasper sebelumnya. Vano baru tahu Jasper salah satu mahasiswa berprestasi tidak hanya di bidangnya, tapi juga di kampus mereka. Dia merasa bisa percaya pada pria itu. Di laptop itu, Vano membaca namanya untuk pertama kali, William Arie.
"Tunggu dulu! Bukankah nama ini juga nama yang disebutkan oleh Leon? Jadi yang mengalahkan Leon dan yang menggangu kawanannya adalah orang yang sama?"
Semakin banyak membaca, jujur saja Vano semakin terkejut. William sebagai manusia saja bukan sembarangan. Dia adalah seorang pengusaha dari Spanyol yang perusahaannya berada di bawah Lycaon Industries. Masih 25 besar perusahaan terbaik di dunia, Will We Company. Perusahaan yang secara garis besar bergerak di bidang eksplorasi sumber daya alam.
Vano menelisik lebih jauh. William Arie berusia setara ibunya. Mungkin hanya 2-3 tahun lebih muda. Dia adalah seorang manusia serigala lainnya. Kehidupannya sempurna. Memiliki istri dan dua orang anak satu laki-laki dan satu perempuan yang tidak pernah diekspos sama sekali. Tentu saja membuat Vano berpikir.
"Dia kaya dan sudah memiliki segalanya? Lalu kenapa harus repot-repot datang ke Perancis dan menganggu kehidupan di sini? Apa yang membuat pria ini begitu terobsesi?"
Pertanyaan yang sama sekali belum bisa Vano jawab. Mau tidak mau dia menemui saudara kembar keesokan harinya. Mengenakan setelannya yang bewarna khaki dan sebuah jaket panjang bewarna coklat juga sepatu kets. Menyusuri halaman kampus komunikasi, tentu saja kehadirannya mendapat perhatian hampir seluruh mahasiswa yang sedang berada di taman.
Wanita menatap kagum padanya sedangkan pria menatap iri padanya. Kharisma yang dia pancarkan seolah meluap kemana-mana. Vano memang punya pesona yang luar biasa bukan karena wajah tampan atau fitur sempurnanya. Bukan Vano namanya kalau dia peduli. Matanya tertuju pada satu titik di mana Jasper sudah menunggunya dengan senyum tipis di wajahnya.
"Terlambat tujuh menit dari yang aku perkirakan, tapi akhirnya kau datang kan?" Jasper seakan menggodanya.
"Jangan besar kepala! Aku ingin tahu setiap detail dari apa yang kau tahu!" Vano bicara dengan mantap.