"Aku ingin tahu setiap detail dari apa yang kau tahu!" Vano bicara dengan mantap.
"Bagaimana kalau kau iku ke rumah? Aku akan menjelaskan semuanya di sana? Nanti jam dua siang dia parkir mobil. Mobil sport warna kuning, itu aku," katanya mantap sebelum pergi meninggalkan Vano yang menggeram.
Dia tidak pernah disepelekan seperti ini oleh siapapun. Dia selalu mendapatkan pelayanan terbaik selama hidupnya. Baru Jasper yang bersikap tegas seperti ini padanya. Dia akhirnya menuruti keinginan Jasper dan menemuinya sepulang jam kuliah. Mereka beriringan dengan mobil masing-masing menuju sebuah gudang lama yang sepertinya tidak digunakan lagi.
"Jangan khawatir, ini masih tanahku. Orangtuaku memang bukan seorang miliarder seperti ibumu, tapi dia cukup punya banyak tanah di kota ini yang dulunya merupakan perkebunan dan peternakan milik keluargaku," ucap Jasper yang bisa melihat wajah Vano sedikit bingung.
"Hanya kita berdua? Saudara kembarmu?" tanya Vano ingin tahu.
"Dia? Kita tidak memerlukan dia!" ucap Jasper jelas dan sebelum Vano merespon, sebuah suara lain menginterupsi.
"Aku di sini! Tentu saja aku akan membantu kalian berdua," ucap seseorang yang tak lain tak bukan adalah Javier yang sudah berdiri di sisi pintu.
"Kenapa kau datang?" Jasper cepat terlihat kesal.
"Kenapa tidak boleh?" tentu Javier cepat menjawab.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi antar kalian dan aku tidak peduli! Tolong aku ingat aku di sini dengan satu tujuan!" kata Vano dengan kedua tangan bertengger di saku celananya.
Pada akhirnya mereka bertiga masuk. Gudang itu disulap sedemikian rupa hingga menjadi tempat yang aman dan nyaman. Ruang tengah dengan beberapa komputer di sisi lainnya. Kamar mandi juga dapur kecil ala kadarnya. Tempat berkumpul, istirahat, dan bekerja. Vano segera tahu, tempat ini akan menjadi sesuatu nantinya.
"Jadi tolong jangan basa-basi lagi!" Vano duduk di salah satu sofa siap mendengarkan.
"William Arie memang sudah lama memburu manusia serigala lainnya. Aku dengar terakhir kali, di Spanyol hanya dirinya dan kawanannya yang tersisa. Itu kenapa dia datang kemari. Awalnya itu perkiraan kami, tapi ternyata ada alasan yang jauh lebih besar daripada itu. Bukan tanpa alasan dia memilih Perancis. Perancis sendiri adalah salah satu negara dengan populasi manusia serigala paling banyak. Mereka mungkin kalah jumlah, tapi mereka jelas menang dari segala hal. Kekuatan, ketangkasan, kekompakan, dan lain sebagainya," ucap Jasper lagi.
"Sampai situ aku mengerti, tapi apa tujuan lainnya?" Vano masih bingung.
"Dia mencari seorang keturunan terakhir Dewa Zeus. Rumornya, dialah satu-satunya ancaman bagi Arie dan rencananya. Dia bisa merubah seseorang menjadi manusia serigala atau sebaliknya. Masalahnya tidak ada petunjuk apapun mengenai siapa dia sebenarnya," ucap Vano lagi.
"Kenapa? Maksudku apa hubungan manusia serigala dengan keturunan dewa?" ada hal yang masih belum dipahaminya.
"Alpha bukankah harusnya kau mengetahui segalanya lebih dari kami?" tanya Javier santai.
"Jangan mulai! Aku rasa tidak mudah juga baginya untuk membiasakan diri menjadi Alpha. Itu sangat amat wajar," Jasper berusaha membela.
"Hahaha. Bahkan kau sudah berusaha menjilatnya sejak kini," Javier tertawa mengejek.
"Hmh, ini semua berawal dari sebuah legenda kuno mengenai asal muasal manusia serigala. Raja Arkadia yang menurut puisi berjudul Metamorfosis karya Ovid, diubah menjadi serigala oleh Zeus sebagai pembalasan karena berusaha supaya anaknya dapat mengunjungi Zeus dalam upaya untuk menyangkal keilahian sang dewa Yunani tersebut. Dia dikabarkan manusia serigala asli dari mitologi klasik Yunani Kuno, Lycaon. Sejak saat itu hubungan buruk antara manusia serigala dan keturunan Zeus terus terjadi. Hingga detik ini, sebenarnya mereka memilih untuk menyembunyikan identitas satu sama lain, tapi sejak keluarga William menyatakan diri akan memburu para keturunan Zeus, saat itulah pula makin banyak korban berjatuhan dari kedua pihak," ucap Jasper menjelaskan.
"Ah ya mengerti. Lalu apa sama sekali tidak ada petunjuk atau mungkin tanda yang bisa membantu kita menemukan sang keturunan terakhir?" tanya Vano.
"Aku masih belum yakin, tapi katanya semua keturunan dewa Zeus punya tanda lahir yang sama di punggungnya. Sebuah lambang tombak yang samar yang akan bercahaya saat pada akhirnya dia berusia 20 tahun. Usia di mana akhirnya dia bisa menggunakan kekuatannya," Jasper menjawab lagi.
"Baiklah kalau begitu," Vano merasa sudah cukup mendengar.
"Itu saja? Tidak ada ucapan terima kasih?" Wow, kau memang benar seperti yang orang lain bicarakan. Angkuh dan sombong," Javier lagi asal bicara.
"Hehe. Sebetulnya aku menyukai kejujuranmu. Kalian tahu berat bagiku mengatakannya, tapi sejak saat ini kita bisa bekerja sama. Aku rasa aku akan membutuhkan kalian berdua di masa depan," Vano bicara dengan mantap.
"Kami berdua, tapi aku yang bany-" Jasper belum selesai bicara.
"Hm, masih tidak ada ucapan terima kasih, tapi itu lumayan. Kami akan dengan senang hati membantumu, Vano," Javier sudah bergerak menjabat tangan.
Jasper sebenarnya ingin protes, tapi daripada dia justru kehilangan kesempatan untuk bekerja sama seutuhnya, terpaksa dia menyetujuinya. Kesal menatap saudara kembarnya yang mudah sekali membangun percakapan dengan Vano. Dia memang masih menyimpan kebencian. Meminum bir kaleng, Javier dan Vano larut dalam perbincangan.
"Bagaimana kalian bisa menjadi manusia serigala?" tanya Vano ingin tahu.
"Kami sedang naik gunung bersama saat itu. Bukan keinginan kami, tapi orang tua kami. Sebenarnya itu merupakan hukuman karena kami bertengkar di meja makan. Mereka ingin melihat kami akur. Kami justru bertengkar lagi saat berada di gunung saat itu. Entah bagaimana kami terjatuh ke sebuah jurang yang tak dalam karena saling dorong. Mencoba bertahan beruntung kami memiliki bekal cukup. Malam harinya kami tidur dan suara geraman itu mulai terdengar. Kami melihat sosok hitam tinggi dan menyeramkan dengan tubuh serigala tapi berdiri seperti manusia saat kami akhirnya membuka mata. Aku sangat takut hingga aku melihat mahkluk itu mendekati Jasper. Aku bisa melihat dia mengacungkan tangannya dengan kuku yang panjang dan tajam. Reflek aku berlari berharap bisa melindunginya, tapi dia justru merobek dadaku dengan kukunya. Tidak sampai di situ karena dia masih berusaha menyerang Jasper dan dia juga mendapat gigitan di kakinya. Kami tidak ingat apapun hingga kami bangun pagi harinya dengan ayah kami sudah ada di sana mencari semalaman," Javier mengingat semua kenangan.
"Aku rasa kapanpun dan bagaimanapun, berubah menjadi monster seperti kita ini terlalu sulit untuk diterima kan?" Vano merasa miris juga.
"Ya itu benar. Aku rasa pada akhirnya semakin banyak manusia serigala, bukan hanya membuat kita semakin kuat secara berkelompok, tapi juga secara pribadi. Jujur saja banyak hal yang mendadak aku takuti setelah berubah menjadi manusia serigala dan memiliki Javier juga kau dan lainnya, kini aku merasa jauh lebih baik dan paling penting aku punya harapan," ucap Javier tulus.