"Bu, aku datang lagi. Maaf kalau akhir-akhir ini aku terlambat mengunjungi ibu," ucap Alex dengan nada sendunya.
Setelah menyapa sang ibu, Alex langsung membersihkan makam itu dari dedaunan kering. Tidak lupa Alex menaburkan bunga berwarna-warni, lalu ia berdoa agar ibunya tenang di alam sana.
Tanpa di sadari oleh Alex, seseorang yang mengenalnya juga berada di pemakaman yang sama. Lalu orang itu menatap Alex dengan terkejut, sungguh aneh rasanya melihat seorang Alex bisa sedih dan berdoa di hadapan sebuah makam. Tapi sesaat kemudian ia mengerti, karna ia juga merasakan hal yang sama. Orang itu pun melangkah pergi, seiring dengan Alex yang baru saja selesai berdoa.
"Bu, aku pulang dulu ya? Bulan depan aku akan datang lagi dan berdoa untuk ibu," pamit Alex pada ibunya.
Alex pun bangkit dari posisinya, lalu ia melangkah meninggalkan makam itu dengan tenang. Hatinya sedikit lebih nyaman, seakan setengah beban dalam jiwanya kini menghilang begitu saja. Alex melangkah akan memasuki mobilnya, namun pergerakannya terhenti saat matanya menangkap siluet familiar di salah satu titik di makam itu.
"Sedang apa dia di sini?" gumam Alex ingin tau.
Akhirnya niat untuk segera pulang ke rumah pun hilang, kini Alex malah mendekati siluet familiar itu dan mencari tahu apa yang sedang di lakukan orang itu di pemakaman umum malam itu. Tapi siapa sangka jika pergerakan diam-diam Alex malah ketahuan, tanpa sengaja ia menginjak botol plastik hingga menimbulkan suara yang cukup keras. Orang itu pun menoleh pada Alex, lalu tatapannya menunjukan keheranan.
"Ngapain di sana?" tanya orang itu pada Alex.
"Numpang lewat," jawab Alex dengan asal.
Orang itu pun menunjukkan senyum tipisnya, lalu ia kembali menatap makam dan menaburkan bunga.
"Kalau ingin tau kesini aja kali, tidak perlu mantau diam-diam gitu!" kata orang itu.
Alex pun tidak bisa mengelak lagi, lalu ia melangkah mendekati orang itu dan melihat makam siapa yang sedang di kunjunginya itu.
"Selamat malam bu, aku datang lagi malam ini untuk menemui ibu. Ibu apa kabar di sana? Semoga ibu tenang dan bahagia ya? Aku dan ayah sudah kembali membaik sekarang, toko kita juga mulai ramai. Ibu jangan sedih lagi ya? Semua sudah membaik. Sekolah ku juga lancar, tidak ada masalah apapun. Aku bahagia bu, aku selalu bahagia!" ucap orang itu yang tidak lain adalah Clara, teman sekelas sekaligus musuh bebuyutan Alex.
Setelah mengatakan hal itu Clara sedikit melirik Alex, lalu siapa sangka jika gadis itu malah memperkenalkan Alex sebagai temannya di hadapan makam sang ibu.
"Oh iya bu, kenalkan ini temanku namanya Alex. Dia pria paling populer di sekolah, walaupun sikapnya sedikit mengesalkan tapi dia cukup pintar dalam hal pelajaran. Kekuatan fisiknya juga bagus, dia pria yang baik kan bu?" lanjut Clara dengan santainya.
Mendengar perkataan Clara, Alex merasa bagai tertusuk sebuah pisau tak kasat mata tepat di hatinya. Semua kata-kata itu seperti bumerang untuknya, walaupun tidak sepenuhnya bohong tapi tetap saja tidak benar.
"Maaf saja, tapi pada kenyataannya saya bukan orang yang baik. Saya sering menjahili Clara hingga ia menangis, ya walaupun itu tidak sengaja tapi tetap saja saya suka membully anak anda. Clara terlalu pintar dan berani, hingga saya merasa tersaingi di sekolah. Itulah kenyataan yang sebenarnya, saya dan Clara selalu saja bertentangan!" jawab Alex jujur dan apa adanya.
Clara langsung menatap Alex dengan kesal, padahal ia sudah susah payah menyusun kata-kata yang paling baik untuk memuji pria itu. Walaupun kenyataannya tidak semua benar, tapi setidaknya Clara ingin memperkenalkan pria itu secara baik-baik pada almarhumah ibunya.
"Apa-apaan si lo?" protes Clara pada Alex.
"Lo boleh memperkenalkan gw sebagai teman lo, tapi tidak dengan kata-kata yang bohong. Lo pikir ibu lo tidak tau yang sebenarnya? Clara, menginginkan yang terbaik itu boleh saja. Tapi harus dengan cara yang jujur dan apa adanya, jangan pernah membohongi orang lain terutama orang tua lo!" tekan Alex mengingatkan Clara.
Seketika Clara terdiam, apa yang Alex katakan seakan menyentuh hatinya. Memang benar jika seharusnya ia berkata apa adanya, apalagi di hadapan sang ibu yang sudah tiada.
"Mungkin Alex benar, tidak seharusnya Clara membohongi orang tua. Apalagi ibu sudah tiada, maafkan Clara ya bu. Clara tidak bermaksud membohongi ibu, tapi ibu tenang saja karna semua sudah membaik sekarang!" ucap Clara mengakui kesalahannya.
Alex tersenyum tipis melihat sisi lain seorang Clara, dimana biasanya ia bersikap ketus dan berani kini berbanding terbalik dengan kebiasaannya itu.
"Ya sudah bu, kalau gitu Clara pamit ya? Semoga ibu tenang dan bahagia di sana! Clara juga sudah bahagia bersama ayah," pamit Clara pada sang ibu.
Setelah berpamitan, Clara pun melangkah meninggalkan makam sang ibu. Hal yang sama juga terjadi pada Alex, pria itu melangkah keluar dari area makam dan kembali ke tempat dimana mobilnya berada.
"Gw tidak menyangka seorang Clara ternyata bisa sesopan itu?" sindir Alex pada Clara.
Clara hanya menunjukkan seringainya, lalu ia membalas perkataan Alex dengan sama menyindirnya.
"Oh iya? Gw juga tidak menyangka kalau seorang Alex suka berdoa sambil menangis pula," balas Clara dengan senyum menantangnya.
Mendengar perkataan Clara, Alex pun langsung merasa terkejut. Padahal saat datang ke makam tadi ia tidak melihat ada orang lain selain dirinya, tapi kenapa tiba-tiba Clara tau jika ia berdoa sambil menangis sendirian di makam sang ibu?
"Lo melihat semuanya?" tanya Alex memastikan.
"Yaps, pas pertama datang ke makam gw merasa santai. Tapi saat gw tau ada orang lain di sekitar makam ya pasti gw cari tahu dong, dan ternyata gw lumayan kenal sih sama orangnya jadi gw abaikan deh!" jawab Clara dengan asal dan seadanya.
Alex menatap Clara dengan tatapan malasnya, sebenarnya sih ia malu karna wajah sedihnya di lihat oleh Clara. Tapi mau bagaimana lagi, situasi saat menatap makam sang ibu kan memang selalu menyedihkan untuk Alex. Apalagi dengan keadaan sekarang, dimana ayahnya sudah menikahi wanita lain.
"Ya wajar saja ya namanya anak ke makam orang tua!" jawab Alex dengan suara rendahnya.
Clara menatap Alex santai, ia tau maksud perkataan Alex itu. Bagaimana pun mereka memiliki nasib yang sama, jadi sudah pasti perasaan mereka tentang hal itu pun sama.
"Gw paham kok! Karna gw juga merasakan hal yang sama," Balas Clara apa adanya.
"Sudahlah, mending kita pulang!" ajak Alex pada Clara.
"Kita?" gumam Clara memastikan.
Alex menatap Clara dengan malas, lalu Clara pun paham dengan maksudnya.