Kaja menyadari semua hal sekarang. Kakeknya, Noran. Dia sudah mengajari banyak hal kepadanya, bahkan tanpa disadarinya. Latihan dari hukuman selama ini untuk melatih dasar kekuatan dari Kaja itu sendiri.
Sejak lama, Kaja ingin berlatih bela diri karena iri kepada para murid di perguruan Angin Timur. Nyatanya, dia sendiri sedang berlatih tanpa dia sadari. Kekuatan yang mengalir dalam tubuhnya seolah adalah karunia dari Tuhan. Itu adalah sesuatu yang luar biasa dan tak bisa dibayangkan oleh Kaja.
Dia berjanji akan menggunakan kekuatannya itu untuk membantu orang lain dan berbuat kebaikan. Kaja masih bersimbuh duduk dan bahagia, sekaligus tak percaya pada kenyataan yang baru saja dia sadari.
"Bangunlah Kaja," Noran membantu cucunya itu bangun. Kaja pun bangun. Mereka berdua berdiri bersama.
"Dengarlah, aku akan mengajarimu jurus pamungkas yang aku miliki, kau sudah memenuhi syarat dan ini bisa menjagamu dari serangan musuh yang kuat. Lihat dan dengarkan Kakek baik-baik, karena bisa jadi ini terakhir kali aku mengajarimu," Kaja menatap penuh kepercayaan pada Kaja, Kaja pun mengangguk.
Kaja terdiam dan seluruh inderanya mengarah fokus ke Kakeknya.
Noran mundur beberapa langkah, dia membuka kedua tangannya ke masing-masing arah, udara pun seolah berkobar di sekitarnya. Kaja dapat merasakan tenaga yang luar biasa terpancar. Lalu, tangan kanan Noran ke atas, jari telunjuknya mengarah satu keatas. Saat itulah seolah ada kilauan yang berpusat di atas jari telunjuk itu, membentuk lingkaran.
Kakek Noran berpikir bahwa dia harus sungguh-sungguh mengajari Kaja. Mungkin, ini adalah perpisahan terakhirnya dengan Kaja. Keseharian bersama Kaja tentu saja penuh dengan banyak kenangan. Anak itu, awalnya Noran tidak suka dengannya. Dia diberi amanah untuk menjaga anak itu sejak bayi.
Jika mengingat masa itu, Noran merasa bahwa hari-harinya direpotkan dengan bayi Kaja. Namun, akhirnya dia menyadari kebersamaan dengan Kaja adalah hari-hari terindahnya. Anak itu, dia menganggap dirinya sebagai kakeknya. Karena hanya Noran yang ada di sampingnya sejak bayi hingga sekarang.
Noran jadi berpikir kasihan pada Kaja. Anak itu akan menjalani hari-harinya sendiri di masa depannya. Noran hanya berharap dia menemukan teman yang baik dan dapat menjadi sosok yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Itu adalah harapan dari Noran, dan saat ini adalah saat-saat terakhir bersama anak tersebut. Tentu saja, Noran akan sangat rindu pada Kaja nantinya.
Dia pun berpikir, biarlah anak itu nanti yang akan menemukan jati dirinya. Takdir akan membawanya pada tujuan hidupnya sendiri. Noran berharap lebih pada anak itu, karena dia tahu siapa kedua orangtuanya.
"Konsentrasi, tarik dan pusatkan energi di luar dirimu di sekitarmu. Semakin banyak energi yang bisa kau kumpulkan dari alam itu lebih dahsyat, lalu pusatkan energimu untuk mengawal energi dari alam tersebut."
Lingkaran energi mulai berkumpul dari alam menuju jari telunjuk Noran, terus memutar dan berpusat, sementara ada semacam ikatan energi seperti cincin mengitari lingkaran energi itu. Semakin membesar bola energi, semakin besar pula cincin energi yang mengikatnya.
"Kaja, jika energimu besar, kau bisa menampung energi alam dan itu akan membuat daya kekuatannya tak terbatas. Ini hanya demo."
Noran menghentikan kumpulan energi itu, pusaran energi itu terlihat dahsyat dan…
"JUPITER WIND!" Noran melemparkan bola dan cincin itu ke bawahnya, agak condong jauh dan sesuatu yang ajaib terjadi.
DUAARR! DUAARR! BRAAAKK !!
Ledakan besar, bahkan tiga pohon ikut terkena energi dan rubuh, dan juga sebuah lubang besar di bumi tercipta cukup besar dan seolah ada meteorid jatuh. Mata Kaja terbelalak melihatnya, dahsyatnya!
"Cobalah Kaja, konsentrasilah. Jika kau dapat menciptakan kecil tak masalah itu sudah berpotensi, mengingat kamu baru sekali mencobanya."
Kaja memejamkan matanya, dia mengangkat tubuhnya ke atas, meringankan tubuhnya dan menstabilkan dirinya. Dia melayang sekitar 7 meter dari permukaan tanah dan Noran melihatnya dari bawah. Kaja mengangkat tangannya ke atas, dia menarik energi alam di sekitarnya dengan fokus di atas seluruh jarinya. Kaja merenggangkan seluruh jarinya, dan energi pun mulai Nampak kecil sebiji kelereng berkumpul.
Kaja sedikit kesulitan membentuk cincin pengikat energi, itulah yang tersulit karena cincin pengikat itu adalah energi diri sendiri dan terus berputar menyeimbangkan energi alam yang terus berkumpul. Namun, Kaja akhirnya mampu melakukannya dan kini Noran yang terkaget melihatnya. Energi alam yang terkumpul tak terkendali, pengikat semakin membesar dan kini bahkan seperti bentuk Jupiter dan cincinnya, bola energi sekitar diameter 2 meter terbentuk. Kaja terlihat mulai kewalahan, dahinya berkerut dan dia pun membuka matanya seolah sadar dia tak bisa menahan terlalu besar lagi.
"JUPITER WIN!"
DUAAARRR!!! DUAAARRRR!!! DUAAARRRR!!!
BRAAAAAKKKKK!!!
Sekali lagi, ledakan besar dan lebih besar dari pertama milik Noran, Noran pun terbelalak. Kaja turun dan terlihat sedikit berkeringat.
Noran tersenyum pada Kaja, "Bagus Kaja, kau sudah menguasainya." Anak ajaib, selanjutnya kau harus bisa menjaga dirimu sendiri.
Keduanya tersenyum dan Noran meminta Kaja untuk pulang.
***
DUAAARRRR!!
Lima orang yang tengah dalam mobil dengan roda besar dalam perjalanan tersebut terkaget. Jalanan mulai masuk ke pelosok dan perbukitan yang jarang dilewati orang.
"Informasi itu benar! Lelaki tua itu disana," Ucap Cukra Mamba, Pemimpin Aflif TRUE DEMON, Lelaki berewok tipis itu berkata kepada 4 rekannya, dia merasakan energi dahsyat dari Jupiter Wind, jurus yang sangat dikenal dari lelaki yang tengah mereka incar.
"Benar, itu jurus legendaris milik si Kakek Bunto," Sahut Ruciko di sebelahnya, "Tapi sepertinya, mulai sekarang perjalanan kita harus dengan jalan, Mobil sudah tak bisa masuk." Ketiga yang lain mengangguk.
Sepertinya mereka sadar, jika menggunakan energi mereka bisa sehari sampai, tapi jika bersantai maka mereka membutuhkan 3 hari perjalanan lagi.
Salah satu dari mereka, Sultan ikut nimbrung, "Dalam tugas perburuan ini, kita harus menangkap hidup-hidup Bunto, dan aku memastikan ada 4 Aflif yang bergerak, dan salah satunya adalah Tim Kita."
Mamba pun tersenyum sambil turun dari Mobil, Menarik!
***
Di sisi lain, dua grup Aflif tampak bertemu dan sepakat untuk melakukan perburuan bersama, menangkap hidup-hidup Bunto.
Aflif BUMI LANGIT (7 Orang) dan Aflif MAYAPADA (5 Orang) Dalam aturan Aflif, setiap orang bisa membentuk tim minimal 5 orang untuk memulai Job sebagai Aflif lalu bisa 7 atau 9 orang. Kedua tim Aflif ini sama-sama menyusuri tebing di lain sisi dan meninggalkan mobil mereka. Mereka sadar, tugas ini berat karena Bunto sudah menghilang sejak 10 tahun yang lalu, dia dulu adalah mantan anggota Aflif yang terkenal dan dulu berada di puncak Emas untuk kemampuannya.
"Kamu tahu apa yang disimpan Bunto sehingga kita harus mengejarnya?" Salah satu kelompok Aflif BUMI LANGIT bicara sambil terus berjalan.
Pemimpin Aflif MAYAPADA, Ranggi tersenyum, "Pasti karena benda Itu!"
Semua pun mendengar Ranggi dan terus berjalan.
DUUAARRRR DUAARRRR
Kedua Tim Aflif itu menyadari ledakan besar. Sepertinya, kita harus cepat. Siapa tahu dia sudah mendapatkan bocoran raid ini.