Chereads / THE LAW / Chapter 4 - Mengubah Posisi

Chapter 4 - Mengubah Posisi

Jose menyesap minuman dengan malas, menikah satu hari dengan Reina bahkan mencicipi belum terlaksana sekarang harus merasakan dinginnya udara malam lagi, sungguh menyedihkan.

"Kepala hakim, diluar ada nona Lea menunggu, apakah anda ingin menemuinya?"

"Siapa?"

"Nona Lea"

"Dimana Venom Xi?"

"Tidak bersamanya, kata nona Lea, ia diminta datang oleh Venom Xi kemari"

"Bawa masuk ke ruangan merah"

"Baik, Pak kepala hakim"

Langkah tergesa pelayan berikan waktu Jose bersiap. Sungguh Venom Xi terlalu licik untuk dilawannya. Namun, wanita ini meminjam nama Venom Xi untuk kepentingan pribadinya, jelas menarik perhatiannya.

Dua puluh menit kemudian,

Jose melihat Lea duduk di sofa panjang berbahan kayu. Penampilan dan gaya anggun yang tertata rapi memang sesuai sebagai nyonya Syuhada berikutnya, persis perkataan Venom.

"Ada apa mencariku?"

Lea bangkit berdiri, "Pak hakim, saya mewakili Nou untuk berbicara" jawabnya penuh tekanan pada kata Nou.

"Istriku? apalagi yang diinginkannya. Aku sudah bercerai dengan Reina"

"Benarkah? sepanjang malam Nou menangis karena Feri terluka, beruntung tidak ada trauma mendalam yang terjadi. Anda tidak datang jadi Nou berfikir anda sibuk dengan istri baru"

"Lea namamu? apa itu benar?"

"Benar"

"Apa keuntungan yang ingin kamu dapatkan dari tangisan tak berguna Nou?"

"Pak hakim jangan salah paham, aku hanya diminta tolong kemari oleh Nou dengan tulus ingin membantu"

Jose mendekati Lea, tatapannya seperti serigala lapar. Lea merasa tidak nyaman dengan situasi ambigu, niatnya belum sampai tapi mengapa ada bahaya lain yang mengancam.

Jarak mereka sangat dekat, hembusan nafas masing-masing dapat dirasakan keduanya.

"Reina sudah bercerai denganku, semalam. Pagi ini sudah di sah kan, kamu beritahu itu pada Nou"

Jose menarik Lea dalam pelukan, dua tangan Lea otomatis menahan bagian depan Jose untuk merapat.

"Pak hakim, anda mau apa?"

"Aku orang yang selalu mengambil untung dan rugi di setiap transaksi, aku sudah katakan sebuah info maka harus dapatkan imbalan"

"Aku-- "

Kalimat itu membius Lea, Jose memiringkan kepalanya untuk mencicipi bibir lipstik berwarna merah maroon yang sejak tadi menggoda. Lea bukan orang kemarin sore tapi cara Jose melakukannya sanggup melemaskan tangannya hingga keduanya rapat tanpa penghalang, terlebih ia tak pernah melakukan sejauh ini.

"Kamu menyukainya"

Kepala Lea terkulai di bahu Jose, kakinya lemas, Jose tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Terpikat dengan rasanya, Lea terjebak dilema.

"Pak hakim, apa yang kamu lakukan?"

"Malam pertama"

"Aku-- bukan Reina. Aku kekasih Venom, sadarlah! aku juga sahabat baik Nou"

Teriakan Lea yang berisik di telinga membuat Jose semakin berniat. Bukankah Venom sudah berikan ijin maka tanpa perlu sopan harus dilakukan.

"Lea, aku katakan tadi jika aku selalu mengukur seseorang dari keuntungan dan kerugian. Aku akan menikahi kamu setelahnya, jangan khawatir"

"Lepaskan, tolong..."

Jose menutup bibir Lea yang bengkak. Tangan bergerak aktif melakukan apa yang dipikirkan kepalanya, Lea berusaha melepaskan dirinya tapi kalah ketika bibir mendarat mulus pada bagian sensitifnya.

"Jangan..."

Jose terdiam satu detik, memasuki dunia baru yang sempit ternyata tidak terduga dan menyenangkan. Lea berada di ujung jurang akal sehatnya, nafasnya sudah tak beraturan tetapi berusaha keras melepaskan diri.

"Kamu-- "

Lenyap semua perkataan dan pemikiran sehat, Lea maupun Jose sama-sama merasakan manisnya buah.

Satu kali masuk mengunakan kekuatan maksimal, sungguh mempesona dan menjeratnya. Jose tertawa senang dalam hatinya, akhirnya ia bisa merasakan sesuatu yang murni dan pertama untuknya.

Mereka berdua melakukan di atas karpet berwarna putih berbahan lembut. Jose tak puas jika sekali, bagai minuman keras menjadi kecanduan. Kesadaran keduanya telah hilang berganti kebutuhan primitif yang familiar, menyatu berulangkali hingga Lea tak lagi berkutik.

"Kamu-- ternyata masih hahaha, aku senang hahahaha"

cup...

"Terima kasih, Lea"

"...."

Sulit mengatakan, Jose melakukannya dengan kekuatan yang lebih lembut untuk terakhir kali membuat Lea tercerai-berai dalam ketidakstabilan emosi.

cup...

Bau keringat dan bekas permainan bercampur menjadi satu di udara, Jose melepaskan diri dari tubuh Lea.

"...."

Lea melihatnya dengan pandangan rumit, rencananya gagal total. Namun, mempermudah rencana selanjutnya. Kehilangan miliknya yang berharga membuat sakit hati tapi rencananya masih jauh, Lea harus bertahan demi mendapatkan Venom di tangan.

Jose merapikan pakaiannya, berdiri di atas dengan senyum di wajahnya, "Bangunlah, aku tidak mau di katakan sebagai pemerkosa. Kita sudah dewasa"

Lea bergerak hati-hati, dalam hati marah tapi sudah terjadi, menyesal? terlambat karena tidak mengantisipasi tindakan pembalasan Jose padanya. Gerakan pelan Lea berikan pemandangan menakjubkan di mata Jose. Sungguh gila rasanya.

"Kamu sengaja lakukan ini"

Tuduhan bukan tanpa alasan, Jose tersenyum penuh kepuasan bikin Lea mendelik kesal.

"Semalam jika kamu tutup mulut, Reina masih istriku tapi kamu usil"

"Itu bukan salahku"

"Lea, kamu pikir aku dan Venom tidak tahu trik kalian untuk membuat aku menceraikan Reina? kalian sungguh luar biasa"

"Aku hanya bicara satu dua kata, mana ada trik untuk menjauhkan kamu dari Reina. Nou sahabatku, aku harus membantunya bicara"

"Nou bukan orang lemah. Apakah kalian mengunakan Feri? jika iya, kalian akan aku paksa masuk ke dalam penjara"

"Tidak! apa kami gila sampai mengunakan anak kecil untuk masalah begitu. Kalian pria mana mengerti. Aku hanya bersimpati pada pernikahan Nou, seharusnya tidak seperti ini"

Rengekan tidak terima di telinga Jose semacam peringatan halus di hatinya tapi menjadikan Lea sebagai simpanan, betapa menyenangkannya pikirnya.

Lea berpakaian dengan susah payah, disini dirinya menjadi korban, tak terbayangkan jika Nou tahu dirinya tidur dengan suami terkasihnya. Darah di karpet teronggok menyedihkan, Lea melihatnya demikian juga Jose.

"Kamu pikir Venom akan suka barang miliknya di sentuh orang. Pikirkan Lea, kamu mendukung Nou, apakah Venom akan senang?"

Gerakan tangan Lea terhenti, Jose mendekat lalu memeluknya lagi dengan kuat. Pakaian yang dikenakan belum sempurna, Lea berusaha melepaskan diri darinya tapi tekanannya semakin kuat.

"Jadi simpanan ku, hidupmu akan terjamin beberapa waktu"

"Tidak, aku mencintai Venom dan ingin menikah dengannya"

Jose ingin tertawa terbahak-bahak tetapi ditahannya karena bau Lea memasuki hidungnya untuk menggoda. Otaknya berfikir keras, seandainya tahu Lea dikorbankan untuk mengantikan Reina, bagaimana sikap Lea dan Nou?.

"Lea, apakah kamu tahu Venom ingin menikahi Reina?"

Badan Lea kaku, kepalanya sejajar pada Jose beberapa senti ke bawah. Jose tersenyum lembut, tawaran Venom untuk menjadikan istri kedua sangat mengiurkan tapi tidak, Jose bukan orang bodoh.

"Kamu-- tahu darimana?"

"Semalam dia katakan padaku, keluarganya mendorongnya untuk menikah dalam waktu dekat. Mengapa? kamu tidak masuk dalam daftarnya?"

"Aku-- tidak tahu. Venom pasti akan katakan padaku jika iya"

"Kamu naif"

"Aku mencintai Venom"

Jose mengumpat dalam hatinya, semua wanita pasti memilih Venom. Teringat ia mendapatkan Nou juga dengan cara licik, wajar jika sekarang memberikan Reina sebagai pengganti tapi Lea, hanyalah bidak catur maka untuk dijadikan istri kedua atau sah. Mungkin perlu 1000 tahun baru bisa terwujud.

"Tapi kamu sudah kotor. Menurutmu, apakah Venom mau menerimamu? jangan konyol Lea"

"Aku-- "

"Aku menginginkanmu. Nou tidak akan curiga, kamu tenanglah. Kamu tetap bisa bersama Venom"

"Beri aku waktu"

"Baiklah, tiga hari. Jangan buat aku menunggu Lea, kamu tahu sikapku dari Nou. Kamu tidak perlu khawatir, aku akan adil pada kalian berdua"

Wajah Lea merah padam, Jose memiringkan kepalanya untuk memulai lagi hingga Lea tak berdaya di bawah kakinya dan memuja untuk meminta secara sukarela.

~>

Kediaman keluarga Syuhada

Nou memainkan ponselnya di tangan ke arah kanan dan kiri, hatinya mendadak cemas tanpa sebab. Kepergian Lea sudah cukup lama tanpa kabar, ini bikin sakit kepala.

"Nyonya, ada tuan Venom Xi di ruang tamu"

Terkejut mendengarnya, Nou nyaris melemparkan ponselnya di meja. Pelayan yang datang terlihat gugup dan takut melihat pandangan mata Nou.

"Venom Xi? mau apa kemari?"

"Saya tidak bertanya"

"Siapkan makanan dan minuman ringan, dimana Feri?"

"Tuan kecil ada di kamarnya"

"Pastikan untuk tidak keluar"

"Baik nyonya"

Nou berusaha menenangkan dirinya, ini pertemuan pertamanya setelah lima tahun. Ia harus sangat berhati-hati mengingat peristiwa lima tahun lalu.

Keluar kamar tanpa tergesa-gesa menuju ruang tamu, disana terlihat Venom Xi berdiri di tengah ruang tamu dengan pesonanya.

"Venom..."

Berbalik menemukan Nou cantik sekaligus seksi seperti biasa di matanya, tangan mengepal disisi supaya ingat penghianatan yang dilakukan Nou padanya.

"Nyonya Syuhada..."

"Silahkan duduk"

"Terima kasih"

Venom duduk dihadapan Nou, gerakannya santai tapi Nou tetap waspada padanya.

"Ada apa kemari?"

"Aku diminta tuan Jose untuk mengurus perceraian, ini salinannya"

Kertas ditangan berpindah pada Nou, membacanya sekilas, senyum puas muncul seketika.

"Nou, apakah ini yang kamu inginkan?"

Kepalanya terangkat, pandangan rumit Venom menyentuh sisi dalam Nou tetapi ia mencintai Jose bukan Venom.

"Maaf"

"Kebersamaan kita cukup lama, apakah kamu bahagia dengannya?"

"Maaf Venom, aku hanya mengikuti perkataan keluargaku. Kamu tahu, keluargaku dari awal sudah menjodohkan aku dengan Jose"

"Nou..."

"Kami sudah memiliki Feri"

Venom sekali lagi mencari di dalam mata Nou, tanda-tanda tidak bahagia tapi disana menjelaskan kebahagiaan yang absolut. Apakah Nou tahu jika Jose sering bermain wanita diluar sana pikirnya muram. Namun, tak sampai hati menyakiti bekas kekasihnya.

"Aku mengerti"

Kertas di letakan di atas meja, pelayan datang membawa makanan dan minuman ringan dengan troli makanan.

"Aku pergi. Maaf tidak bisa menikmati sajiannya, mungkin lain waktu"

Venom bangkit berdiri, pergi tinggalkan Nou. Terlalu lama disini, Venom takut salah bicara.

Mobil miliknya sudah siap, Venom masuk dan menemukan Bartan di dalam sibuk mengetik sesuatu di ponselnya.

"Tuan, tidak ada kabar dari penjara besar, apakah kita akan datang kesana hari ini? pengacara sudah siap termasuk petugas akta nikah"

"Bagus, beritahu kita segera sampai disana, persiapan harus sudah selesai"

Bartan menganguk, cepat menelpon beberapa orang dengan tenang. Venom menepuk kursi sopir, "Pergi ke penjara besar" serunya.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang, tidak ada percakapan di dalamnya. Lalu lintas padat cepat mengapa sehingga mobil berjalan tersendat.

~

Penjara besar,

Kepala pengawas penjara besar memperhatikan wajah Reina yang polos. Kesannya terusik dengan berkas di mejanya.

"10789, apakah kenal dengan Venom Xi?

Reina mengelengkan kepalanya bingung, kepala pengawas menarik nafas tak sabar.

brak!

"Kalau ditanya jawab!"

Suara meja di pukul membuat Reina terlonjak sampai gemetaran, "Tidak kenal" katanya pelan.

Tiba-tiba pintu ruangan dibuka tergesa, kepala pengawas menatap tak senang kedatangan petugas jaga.

"Pak kepala, baru saja dapat telepon, Venom Xi sedang dalam perjalanan. Pengacara dan petugas akta sudah diruang tunggu"

"Mau apa kemari?"

"Tidak disebutkan tapi dikatakan anda harus segera datang menemuinya sebelum Venom Xi muncul"

Kepala pengawas memperhatikan sekilas Reina yang berdiri di pojok, niatnya ingin mencari tahu pupus sudah. Berkas di meja diberikan pada petugas jaga sebelum keluar.

"Bawa 10789 ke ruang kesehatan. Buat luka di tubuhnya terlihat lebih baik"

"Baik Pak kepala"

Kepala pengawas pergi tinggalkan ruangannya, petugas jaga cepat berikan isyarat padanya untuk mengikuti.

"10789 cepat sedikit. Kepala pengawas bukan orang sabar, aku masih punya banyak pekerjaan"

Reina mempercepat gerakan kakinya, petugas jaga terus berjalan ke arah ruang kesehatan di lantai yang sama.

tok... tok...

Pintu terbuka, petugas kesehatan menampakan kepalanya sebagian. Wajahnya tengil bikin Reina tersenyum menawan.

"Obati 10789, ini berkasnya"

"Apa yang terjadi?"

"Kamu bisa tanya sendiri, aku masih ada urusan"

Petugas jaga segera berlalu tanpa berikan kesempatan pada petugas kesehatan untuk bertanya lebih lanjut.

"Masuklah"

Petugas kesehatan membiarkan Reina masuk ke dalam, berkas di tangan dibaca sekilas. Wajah tengil berubah panik, buru-buru menutup pintu.

bum!

Dokter terkejut ketika membacanya, cap tanda merah merupakan sebuah lambang tak bisa tersentuh oleh sembarang orang.

"Ini..."

Petugas kesehatan mengelengkan kepalanya kemudian memandang Reina yang masih berdiri.

"10789, duduklah. Kamu bawa peralatan luka kemari"

"Tapi dokter..."

"Lakukan dulu, masalah lain dibicarakan nanti setelah jelas"

Petugas kesehatan mengambil apa yang diperintahkan, Reina memperhatikan semuanya dalam diam.

Dokter dan petugas kesehatan bekerja dengan berhati-hati untuk tidak membuat kesalahpahaman atau kesalahan.

Tanda cap merah di berkas memberi peringatan bahwa perubahan posisi sedang dilakukan.

Penjara besar terasa sunyi di hari biasa, namun dalam jangka waktu satu hari akan berubah. Perasaan takut melingkupi sebagian orang yang haus akan kekuasaan tak terbatas.