Chereads / THE LAW / Chapter 9 - Kebohongan Berlapis Madu

Chapter 9 - Kebohongan Berlapis Madu

Butik,

Lea menutup rapat mulutnya melihat wajah marah Nou, duduk di hadapannya dengan bunyi tajam.

Nou memandang wajah Lea dengan penuh selidik, "Kemana saja? kamu tidak ada di restoran Z minggu lalu, aku menghubungi susah, ada apa denganmu?" ujarnya.

"Nou, klien sulit dimengerti. Kamu tahu itu, gaun yang sudah jadi minta diubah, terpaksa kembali ke kantor"

"Kamu bisa menghubungi aku tapi..."

"Maaf, aku benar-benar sibuk. Klien tidak mudah di yakinkan. Begini saja, aku akan menginap di rumahmu malam ini, bagaimana?"

Lea menelan makian yang ditujukan pada Jose, begitu berhasil keluar dari apartemen, tumpukan pekerjaan menunggu jadi ia terpaksa menunda banyak hal.

"Baiklah"

"Nou, apa kamu tahu kabar Venom?"

"Ada apa dengannya? kamu belum bertemu?"

"Aku berusaha menghubungi tapi dia seperti menghilang"

"Kapan terakhir kali bertemu?"

"Pernikahan Jose"

"Itu sudah dua minggu lalu, kamu benar-benar sibuk Lea"

"Aku tahu tapi kamu lihat itu"

Tumpukan kain di atas meja dekat Lea, jelas beritahu situasi dirinya. Nou hanya bisa menggelengkan kepalanya, "Aku juga belum bertemu Jose. Dengar-dengar sudah kembali bekerja di pengadilan, bantu aku Lea untuk hubungi dia" pintanya.

"Tidak! dia suamimu. Terakhir kali bertemu, dia membuat aku serba salah"

"Apa maksudmu?"

"Aku tidak mau di salah pahami oleh Venom. Ingat waktu aku bilang ke restoran Z, aku bertemu Jose dan Venom"

"Ah ternyata ada kejadian seperti itu"

"Aku tidak sempat beritahu kamu, Nou. Klienku tidak senang perhatianku teralihkan"

"Bagaimana selanjutnya?"

"Venom sepertinya salah paham jika aku datang bersama Jose padahal aku-- "

"Pria cih! aku mengerti tapi mengapa Jose berada disana?"

Kebohongan ditambah kebohongan lainnya, sungguh sulit dikatakan. Lea merasa nyaris masuk dalam jurang.

"Aku-- tidak tahu setelah itu, aku buru-buru pergi"

Nou cemberut, "Aku datang terlambat waktu itu" katanya teringat harus berurusan dengan kepala pengawas penjara besar.

"Tidak apa. Nou, bagaimana kalau kamu ikut aku ke rumah Venom?"

Perlahan Lea berdiri, berputar arah ke depan Nou lalu menarik kursi di dekatnya untuk lebih dekat.

"Ke rumah Venom?"

"Bantu aku"

"Tapi..."

"Belum lama ini aku sudah membantumu bukan? Jose kembali ke pelukanmu tapi Venom, aku merasa dia jadi jauh dariku"

"Lea, kamu tidak bisa bandingkan antara Venom dan Jose"

"Aku tahu tapi aku sudah putus asa. Tidak mungkin aku datang ke rumahnya, aku perempuan lajang Nou. Bagaimana bisa ke sana tanpa dicurigai publik?"

Nou kesulitan menjawabnya, pasalnya ada masa lalu yang tidak ingin dibukanya tapi teringat lagi usaha Lea dalam memisahkan Reina dan Jose.

"Baiklah, kapan mau pergi?"

"Nanti sore bagaimana? setelahnya aku pergi menginap di rumahmu. Kita bisa rencanakan banyak hal tanpa harus takut ada yang mendengar"

Nou melirik ke arah jam tangannya, masih ada empat jam sebelum sore. Apa yang harus dilakukan selama waktu itu pikirnya malas. Menunggu bukan keahliannya, terasa buang-buang waktu.

drt...

drt...

Tanpa perlu melihat Lea tahu siapa yang kirim pesan dua minggu terakhir. Lea segera berdiri untuk kembali menyelesaikan pekerjaannya, "Lea, aku pergi jemput Feri lebih dulu lalu aku kemari menjemput kamu" katanya.

"Pergilah"

Tas diangkat dari pangkuannya, "Sampai nanti" ucapnya sembari berikan kecupan pipi kanan dan kiri sebagai basa basi.

bum!

Kepergian Nou berikan tarikan nafas lega pada Lea. Tidak masalah harus menginap di rumah Syuhada, lagipula ini bukan pertama kalinya. Lea kembali berkonsentrasi mengerjakan pekerjaannya.

Mobil yang dikendarai Nou cepat melesat meninggalkan butik Lea, berfikir akan menjemput tapi sebenarnya hanya ingin bertemu Jose.

"Jose sayang, aku datang" teriak Nou bahagia. Bukankah pria suka dengan kejutan maka ini, waktu yang tepat untuk menghibur dari kegagalan pernikahan Jose.

Pengadilan tinggi,

Nou memarkirkan mobilnya di tempat khusus tamu. Harapannya semakin bertambah sementara di ruang kerja khusus Jose terlihat sepi.

Entah berapa kali menghubungi Lea tak ada jawaban, Jose mengetuk beberapa kali dokumen di atas tangannya. Satu minggu merupakan waktu yang cukup untuk berikan Lea sedikit nafas merindukan dirinya.

tok... tok...

Pintu terbuka, Jose melihat arah pintu dengan tak senang. Nou berjalan masuk, langkahnya dibuat tenang.

"Ada apa kamu kemari?"

"Aku ingin minta ijin ke rumah Venom hari ini"

"Untuk apa?"

"Lea ingin bertemu Venom. Entah ada kesalahpahaman apa diantara mereka berdua"

Terkejut mendengarnya, "Apa maksudmu?" tanya Jose bingung. Nou cepat-cepat berputar ke arah samping Jose dan duduk di atas meja.

"Jose, aku merindukanmu"

"Jangan mengalihkan pembicaraan"

"Lea mungkin ingin bertanya pada Venom terkait Reina. Bukankah pembebasan dilakukan oleh Venom dari penjara besar?"

"Aku dengar begitu"

Nou mendaratkan jarinya pada bagian datar depan tubuh Jose yang kekar, mengurai kekusutan dengan sengaja meraih sudut yang sensitif.

"Nou..."

"Jose, aku butuh kamu"

"...."

Nou menciumnya dengan hati-hati, Jose membalasnya bikin hati Nou melambung tinggi.

"Malam ini pulanglah"

"Aku sibuk"

"Lea akan menginap malam ini, sebagai teman, aku tidak mungkin menolak bukan? apa kamu keberatan?"

Nama Lea disebut, Jose berusaha untuk tidak terdengar antusias. Nou sudah berpindah tempat di atas pangkuan Jose.

"Tidak"

"Aku senang mendengarnya"

"Jose..."

Jose tersulut gairahnya, Nou tahu letak menekan titik-titik penting Jose. Betapa bahagianya Nou ketika Jose mengambil inisiatif untuk memasuki dunia mereka berdua tanpa hambatan.

bruk!

Nou terlempar ke arah bawah, "Nou, jangan lewati batas. Hubungan kita tidak bisa dikatakan sebagai suami istri, kamu tahu itu" ucap Jose dingin.

Badan Nou kaku, pakaian terbuka sebagian di bawahnya demikian juga Jose yang terlihat kacau.

"Keluar!"

"Jose..."

"Kamu tak pantas jadi istriku, Nou. Ini kali terakhir kamu bisa berada disini"

"Tapi Jose...."

Nou berusaha bangkit dengan susah payah, tidak menduga Jose akan memperlakukan dirinya dengan buruk.

Ada keraguan untuk pergi tetapi melihat wajah Jose yang mengeras, terpaksa Nou merapikan pakaiannya kemudian keluar dari ruangan kerja tersebut.

Bang!!

Tangan memukul keras atas meja, Jose marah pada dirinya yang nyaris terjebak trik dari Nou. Penghinaan di malam pengantin sudah cukup jelas menampar wajahnya jika diulang, bukan lagi harga diri yang dipertaruhkan tapi seluruh keluarga Syuhada.

Jose melihat arah bagian bawah miliknya dan lantai, cairan kental mewarnai karpet berwarna hitam. Sungguh menyedihkan.

"Nou!"

Teriakan marah, tangan melemparkan sebagian besar dokumen ke arah lantai yang berkarpet hitam.

Bang!!

Teringat Lea hendak pergi ke rumah Venom bersama Nou, kemarahan Jose semakin memuncak.

"Lea... kamu mulai bermain kucing maka jangan salahkan aku datang padamu"

Tangan meraih ponselnya, menekan sederet angka yang dikenalnya sejak lama. Satu dering terangkat.

"Halo..."

Suara berat terdengar dari seberang telepon, "Urus Nou dengan baik, aku tidak mau melihatnya dalam radius 2km" seru Jose marah.

"Huh? apa mau mu, kakakku tercinta?"

"Jabatan kepala pengawas terlalu ringan, apakah perlu aku ubah?"

"Aku mengerti"

klik.

Kepala pengawas memijit pelipisnya, dokter penjara besar tertawa renyah. Sungguh mengejek.

"Kamu memainkan peran disini untuk dua orang, satu sahabat tercinta dan satu adik yang baik. Menurutmu, pendapat keluarga Xi bagaimana jika tahu peranmu yang mengacaukan semuanya?"

"Aku jatuh cinta pada Nou tapi Nou mencintai Jose. Kebahagiaan Nou lebih penting. Keluarga Xi? aku hanya berperan sebagai petugas yang baik dan bijak"

"Hahaha lucu!"

"Hei, tugasku hanya sebatas tutup mulut. Benar atau salah bukan urusanku"

"Kamu benar tapi kebohongan yang bertumpuk bisa menyesatkan fakta"

"Fakta atau tidak, kamu juga terlibat di dalamnya. Tujuh tahun bukan waktu yang lama"

"...."

Kebohongan selama tujuh tahun tersimpan rapat, kepala pengawas dan dokter hanya bisa tutup mulut selama uang berbicara.

~>

Reina menyuapkan sebagian besar sop buah ke dalam mulutnya dengan perasaan tenang. Satu minggu berlalu tanpa ada kejadian yang membuat kepala dan hati bimbang.

Ciuman malam itu berakhir tanpa ada setelahnya jadi Reina bisa berterima kasih pada Venom yang bertindak gentleman. Sungguh langka menemukan pria yang tahu batasannya.

"Kamu-- baik-baik saja?"

Venom datang tiba-tiba duduk di hadapannya dengan pandangan menyelidiki, wajah Reina memerah dengan pipi penuh buah dalam mulutnya.

"Huk... uhuk..." , terlalu cepat mengunyah sehingga ada yang menyangkut di tenggorokan Reina. Venom mengelengkan kepalanya melihat tingkah Reina, terasa kekanak-kanakan.

"Pelan-pelan saja makannya, aku tidak akan merebut milikmu"

Tepukan pelan di punggung Reina berikan perasaan hangat, "Bagaimana? sudah lebih baik?" tanyanya penuh perhatian.

"Ya. Aku baik-baik saja"

Rona merah muncul di wajah Reina. Senyum diberi agar Venom tidak perlu khawatirkan dirinya.

"Maaf aku tidak berikan kabar selama ini. Pekerjaanku sangat banyak"

"Tidak apa-apa, aku mengerti"

"Malam ini, kamu ada waktu"

"Kenapa?"

"Ibuku minta aku pulang membawamu. Berita kita menikah sudah sampai ke telinga keluarga besar Xi"

"Ibumu? aku-- "

Sontak berdiri, Reina merapikan pakaiannya dengan panik bahkan terkesan lebih ke arah ketakutan berbuat salah.

"Jangan terlalu panik atau takut"

"Aku-- tidak takut, kapan pergi?"

Senyum sekilas muncul lalu tenggelam, "Besok malam" jawab Venom pelan mengamati perubahan yang terjadi pada Reina.

"Oh"

Pelan duduk lagi, mengambil gelas berisi sop buah untuk dimakan sampai selesai. Venom meraih cangkir berisi kopi yang diam-diam diletakan oleh pelayan.

Keheningan dan ketenangan ini berikan suasana damai. Namun, Bartan mengusik dengan kedatangan yang tiba-tiba.

"Tuan, ada nona Lea di ruang tamu"

"Lea?"

"Benar tuan, nona Lea bersama nyonya Syuhada"

Gerakan tangan Reina terhenti, Venom bangkit berdiri lalu menepuk bahunya.

"Pergilah ke kamar. Mereka berdua belum saatnya bertemu denganmu. Kamu bersiap saja untuk acara besok malam"

Venom bergerak ke arah ruang tamu diikuti Bartan sementara Reina melangkah linglung menuju kamar utama di lantai dua.

Perasaan kasihan dan simpati timbul dalam dada Bartan tapi ia hanya bisa berharap Reina tidak salah paham.

Ruang tamu,

Lea dan Nou duduk berdampingan, "Lea, kamu nyakin ini keputusan tepat dengan datang kemari?" tanya Nou setengah berbisik.

"Aku juga tidak tahu tapi aku tak punya cara lain, Nou"

Nou merasa dirinya menyedihkan, penolakan Jose masih segar dalam ingatan dan sekarang, melihat mantan berurusan dengan sahabatnya? sungguh tidak habis dipikir.

"Selamat datang di rumahku"

Kata-kata pembuka dari Venom bikin Lea dan Nou sontak berdiri, "Duduklah, Bartan minta pelayan berikan minuman dan makanan ringan kemari" pintanya.

"Baik"

Bartan meninggalkan mereka bertiga. Venom memperhatikan wajah cantik Nou yang terlihat kusut di bawah permukaan sementara, Lea tampak gugup.

"Ada apa kalian mencariku?"

"Aku hanya mengantar Lea, jangan salah paham disini" ujar Nou mengklarifikasi agar Venom dapat mengerti kesulitannya.

"Benarkah itu Lea?"

Pandangan tajam mengarah pada Lea, "Ya, aku ingin mengatakan sesuatu tentang malam itu" jawab Lea berusaha mengatur suaranya tenang.

"Malam itu?"

"Ya, kamu salah paham. Aku-- tidak bersama Jose. Kami hanya bertemu disana, aku sedang bersama klien"

"Oh?"

"Percayalah padaku Venom. Aku sedang bekerja saat itu, Jose? aku juga tak tahu apa yang dilakukan disana"

"Dengan tangan melingkar di pinggang dan bibir...."

Suara pelan mengatakan, keringat dingin keluar dari badan Lea. Jika semakin dikatakan, bukankah Nou akan tahu pikir Lea.

"Venom, itu tidak begitu ceritanya. Dia memaksaku dan..."

Keterkejutan Nou mendengar itu bikin penasaran namun, lirikan tajam Venom membuat ia tak nyaman, bergerak berdiri untuk menjauh dekat jendela ruang tamu yang terbuka.

"Jadi, ciuman panas itu hanya salah paham?"

"Venom, dia memaksaku melakukan itu. Dia hanya ingin kamu cemburu"

"Cemburu?"

"Dia marah padaku karena aku ikut campur. Tenang saja, aku sudah katakan jelas padanya. Malam itu, aku mencari kamu di beberapa ruangan pribadi tapi kamu tak ada lagi di restoran"

"Kamu ingin berkata apa Lea?"

"Ah tidak. Aku hanya bingung kamu ada di restoran malam itu padahal kamu tak pernah suka makan di tempat seperti itu"

"Oh, kamu mengerti aku begitu baik"

Nada suaranya penuh sindiran, jika diteruskan bisa menjadi masalah pikir Lea sambil tersenyum. Venom tidak habis mengerti tentang wanita, betapa sulitnya berurusan.

"Venom, mengapa kamu mengeluarkan wanita itu dari penjara?" tanya Lea berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Sama seperti mu, aku diminta jadi aku lakukan"

"Siapa?"

"Lea, kamu harus tahu, kamu bukan istriku yang perlu aku beritahu"

Lea tidak tahu harus berkata apa, malam itu Jose sungguh diluar nalar. Venom menyeringai, betapa buruknya kebohongan wanita ini pikirnya.

"Venom, mengapa kamu sulit ditemui? aku merindukanmu"

"Aku sibuk"

"Kamu tidak salah paham tentang aku kan?"

Venom mengubah caranya duduk, "Salah paham atau tidak, kamu yang paling tahu Lea. Aku hanya melihat saja" jawabnya.

"Venom..."

"Lea, aku harap, kita bertemu di tempat lain"

"Venom, kamu menghilang. Aku berulangkali menelpon tapi kamu tak ada kabar, kemana aku harus mencari. Percayalah padaku"

"Pulanglah Lea"

"Venom..."

Venom beranjak dari duduknya, menghampiri Nou tapi Lea buru berdiri dan memeluknya dari belakang. Kaki Venom terhenti dan kaku.

"Lea..."

"Jangan marah padaku. Aku benar-benar hanya bertemu Jose di saat itu. Kamu bisa tanya Nou, aku juga ingin bertemu dengannya"

Mendengar kalimat tersebut, Nou berbalik melihat keduanya yang terlihat mesra. Sangat menganggu mata.

"Perkataan Lea benar tuan Venom. Kami ingin bertemu setelah Lea selesai berurusan dengan klien"

"Oh, anda suka dengan tamanku, nyonya Syuhada?"

Pengalihan pembicaraan yang membuat tak nyaman semua orang. Pelan Venom melepaskan diri dari jeratan tangan Lea.

"Aku-- tidak mengerti tanaman"

"Ah, begitu"

Terdengar suara troli makanan di dorong masuk, mereka bertiga diam di tempatnya. Bartan memperhatikan situasi sementara pelayan meletakan makanan dan minuman ringan di atas meja.

"Silahkan di cicipi"

Venom bukan orang yang suka dengan basa basi tetapi ia harus lakukan sebagai tuan rumah.

"Terima kasih"

Nou dan Lea kembali duduk, "Aku rasa pembicaraan ini sepertinya sudah selesai. Bartan, kamu temani tamu dulu" perintah Venom cepat tinggalkan.

"Venom..."

Panik, Lea ingin mengejar tapi lengan di tahan oleh Nou. "Jangan dikejar lagi. Biarkan tuan Venom berfikir jernih Lea" nasehatnya.

"Tapi Nou...."

"Sebenarnya apa yang terjadi malam itu?"

"Klienku mendadak mencium depan Venom dan Jose ada disana"

"Begitu?"

"Nou, bagaimana ini?"

"Kita pulang, bicarakan di rumah. Nanti coba kamu kirim pesan, jelaskan lagi"

"Tapi..."

Nou berdiri, "Tuan Bartan, kami pulang dulu. Tolong sampaikan pada tuan Venom" ujarnya sembari menarik bangun Lea untuk mengikuti.

"Tentu saja"

Mereka berdua pergi tinggalkan rumah Venom, Bartan mendudukkan dirinya lalu memakan makanan dan minuman ringan tersebut dengan acuh.

Tirai kamar utama lantai atas disingkap dengan perlahan, Reina melihat arah dimana Lea dan Nou masuk dalam mobilnya.

"Jose, apa ini pilihanmu? sungguh menyedihkan" gumam tanpa sadarnya. Di jauh lubuk hatinya, ada perasaan marah dan tak terima dengan kejadian dirinya masuk dalam penjara tanpa perlawanan.

Matahari menghalang pandangan Reina tetapi ia sempat melihat gerakan familiar yang tertulis di akta pernikahan.

"Venom....?"