Vanessa menghampirinya sambil tersenyum. Sontak membuat William kagum dan menatap betapa cantuknya Vanessa.
"Nona Vanessa yang cantik.. ada apa gerangan anda kesini" tanya William sambil meletakan cerutuya disebuah asbak.
"Izinkan saya dan Aluh kepasar sebentar untuk membeli kue bingka sekarang tuan" jawab Vanessa.
"Tidak usah nona biarkan Aluh saja yang berbelanja" sahut William.
"Tidak tuan terimakasih ..tapi aku ingin memilih kue kue yang enak disini" jawab Vanessa dengan cepat dia mengajak Aluh. William terkesima melihat Vanessa gadis yang unik pikir William.
Vanessa buru buru membawa Aluh yang terlihat lusuh penampilanya . Mereka menaiki sebuah Delman untuk menuju pasar kediaman rumah haji Udin . Tidak terasa sampailah mereka berdua begitu banyak pembeli , terlihat Seorang pemuda tampan dengan tubuh tinggi sekitar 185 cm wajahnya yang begitu tampan dan hidung mancung serta alis tebal dan rambut bersisir kebelakang dia tampak rapi dan begitu ramah.
Vanessa begitu gugup dia berusaha menyimpan rasa gugupnya kala bersama Rahman. Rahman yang mengambil bungkusanya dengan daun pisang bertanya dengan sendirinya.
"Sepertinya anda orang baru disini nona" kata Rahman memandang lekat gadis dihadapanya.
"Iya...aku baru saja kesini.. mau mencari seseorang" ucap Vanessa.
"Kalau boleh saya bantu siapa orang nya yang anda cari " tanya Rahman sambil sibuk menghadapi pelanggan.
"Aku akan menunggumu sampai selesai" kata Vanessa.
"Iya..tapi lama" sahut Rahman.
"Tak apa" jawab Vanessa.
Akhirnya kue Rahman habis . Rahman menyuruh Vanessa duduk dia menatap lekat pada gadis berambut pirang coklat . Wajahnya sangat cantik dan kulit putih bersih dan mulai membuka pembicaraan.
"Kamu Rahman kan... anaknya haji Udin" kata Vanessa.
"Iya... darimana nona tau nama saya.." jawab Rahman.
"Aku Vanessa.. Vanessa lihat gelang yang kaka beri" ucap Vanessa menunjukan gelang ukiran kayu yang Vanessa bawa. Sebuah senyuman terukir bahagia dimata Rahman dia menatap gadis itu dengan bahagia dan senang.
"Nona Vanes...jadi betul kamu Vanes..alhamdulillah ya..allah bagaimana kabarmu sekarang" kata Rahman sambil tersipu malu menatap Vanessa.
"Baik..ka..aku sudah kesana kemari mencari kaka..tapi kenapa kok kaka pindah tanpa bilang pada ku" sahut Vanessa dengan manja.
"Sifatmu..tetap saja seperti dulu..gimana kabar tuan Steven" tanya Rahman.
" Papa baik..uma sama abah gimana" tanya Vanessa.
"Abah..baik..tapi uma sudah meninggal ketika melahirkan adiku yang bungsu" jawab Rahman dengan sedih. Secara tidak senggaja datang seorang gadis memakai kerudung coklat dengan kebaya dia muda terlihat manis .
"Ka...cepat..pulang tu..abah lagi nunggu" ucap gadis itu tidak suka melihat Vanessa.
"Vanes..aku pulang dulu..soalnya abah mencari ku.."kata Rahman dengan melihat Vanessa juga tak suka dengan gadis menyuruhnya pulang .
"Itu.. istri kaka" tanya Vanessa mulai sedih.
"Bukan..ini Siti anak kepala pesantren disini..Siti ini kenalkan Vanessa teman kecilku" kata Rahman dengan tatapan saling menilai satu sama lainnya.
"Ka.. jangan terlalu dekat dengan mereka bukan kah.. mereka sudah biasa menindas bangsa kita" kata Siti mulai menatap sinis pada Vanessa.
"Maaf tapi aku tidak seperti mereka..mungkin ka Rahman bisa jelaskan bahwa aku tidak seperti mereka dia lebih mengenalku dari pada kamu" jawab Vanessa dengan kesal..
"Sudah jangan ribut..nona Vanes.. sekarang kamu pulang, besok temui aku disini ..banyak hal yang ingin kubicarakan" kata Rahman dengan mencoba menenangkan suasana.
"Iya kakaku Rahmah sayang" ucap Vanessa tersenyum untuk memanasi Siti. Rahman tak menjawab tapi dia tersenyum sedangkan Siti begitu cemburu mendegarkan kata kata Vanessa.