Chereads / AOZORA / Chapter 13 - Permainan Voli

Chapter 13 - Permainan Voli

Takao melihat fokus ke arah depan. Dia tahu kalau pertandingan ini akan sangat panjang. Sekarang tim nya tidak mungkin menang. Bisa seimbang saja itu sudah baik. Takao kemudian memukul dua pipinya dengan keras. Menyadarkan dirinya agar bisa berkonsentrasi. Sedangkan semua temannya menatap Takao. Kapten tim tersenyum lebar. Pertandingan kembali di mulai. Setter lawan kembali melakukan servis. Bola terbang jauh melewati garis lawan.

"Maaf."

"Santai-santai."

Teman tim nya berusaha untuk menenangkan hati setter mereka. Ternyata pemain profesional bisa juga melakukan kesalahan.

"Akhirnya terputus."

Atsushi kemudian mengatakannya. Revian melakukan servis. Libero lawan menerima bola dengan baik dan memberikannya kepada setter. Dengan umpan cepat dari setter menuju sisi kanan. Spiker lawan melakukan smash keras sehingga Kenta gagal mencegahnya.

"Berhasil."

Anggota tim lawan saling memberikan dukungan.

"Apa-apaan mereka. Seperti monster aja."

Kenta mengatakannya dengan ekspresi wajah kesal. Di dalam hati Takao berpendapat hal yang berbeda dengan di ucapan Kenta. Mereka bukan monster. Hanya saja mereka melakukan latihan sangat berat. Bahkan mungkin saja yang di lewati seperti neraka. Takao bisa mengetahuinya karena dia juga pernah mengalami latihan yang berat. Walaupun tidak lebih berat dari latihan tim nasional junior. Kenangan tiga tahun yang lalu.

"Perkenalkan namaku adalah Shuichi Takao. Salam kenal. Posisi sebagai Libero."

"Dia terlihat seperti anak teladan. Padahal tim Teiko mencari pemain yang hebat. Pasti dia hanya di tempatkan sebagai pemain cadangan."

Takao menjadi bahan candaan bagi para gadis. Mereka juga murid SMP Teiko dan juga pendukung.

"Mulai besok akan di adakan seleksi untuk para pemula. Bagi yang lolos akan menjadi anggota tim divisi pertama. Jadi persiapkan diri kalian dengan baik."

Pelatih tim Teiko memberikan pengumuman kepada para pemain terutama pemula. Takao menganggukkan kepala. Dia memiliki impian untuk menjadi Libero hebat dan bisa selalu berdiri di tengah lapangan. Sebelum pulang para pemula di tugaskan untuk mengumpulkan bola dan membersihkan lapangan. Takao kemudian mengambil bola dan memasukkannya ke dalam keranjang.

"Ujian besok pasti sangat berat."

Seorang anak laki-laki berambut coklat mengucapkan sesuatu.

"Apa maksud dari perkataan mu?"

"Lihatlah! Tiga pria itu adalah murid kelas 2. Mereka hingga sekarang masih berada divisi ke dua. Padahal mereka semua dulunya adalah wing speaker yang hebat saat di sekolah dasar."

Di dalam hati Takao masih mengingat perkataan dari ayahnya. Jika dia dan kakaknya harus menjadi pemain profesional. Walaupun Takao saat berusia enam tahun tidak mengerti voli. Tetapi ayahnya selalu meminta Takao untuk lari pagi dan latihan bersama dengan kakaknya. Pada akhirnya Takao tanpa dia sadari menjadi suka dengan Voli. Hingga suatu ketika Takao melihat pertandingan tim nasional Jepang melawan tim Brazil. Takao terpesona dengan kehebatan Libero Brazil. Takao ingin seperti dia. Ke esokkan harinya. Seleksi pemilihan pemain. Proses seleksi selama tujuh hari. Tidak seperti sekolah lainnya. Seleksi terasa lebih berat. Bahkan banyak anggota yang mengundurkan diri sebelum seleksi selesai. Hingga batas akhir. Hanya tinggal sepuluh orang yang telah terpilih.

"Pemain yang terpilih divisi pertama adalah Andre, Daisuke, dan Takao. Selainnya kalian berada divisi kedua. Tenang aja. Para pemain divisi ke dua bisa menjadi pemain divisi pertama. Begitupula sebaliknya. Karena itu para anggota divisi pertama tidak boleh lengah. Kalian harus rajin berlatih."

"Baik."

Tiga pemain pemula yang terpilih maju ke depan. Takao kemudian melihat anak laki-laki berambut coklat.

"Bukankah dia adalah orang kemarin?"

Anak laki-laki itu melambaikan tangan kanannya. Ternyata namanya adalah Andre. Kalau tidak salah dia seorang wing speaker.

"Kamu juga terpilih?"

Salah satu pemain pemula bertanya kepada Takao. Orang itu yang menjawab Andre.

"Iya. Perkenalkan namaku Shuichi Takao."

"Aku Daisuke. Posisi sebagai setter. Salam kenal."

Ini pertemuan pertama dirinya dengan Andre dan Daisuke. Setelah pemilihan seleksi, latihan kemudian di mulai. Tidak ada waktu libur. Kegiatan voli di pegunungan, voli pantai, voli sekolah. Seperti yang apa kata pelatih. Kita tidak boleh lengah. Latihan bagaikan neraka tim Teiko sudah menjadi kegiatan sehari.

"Aku sangat memahaminya."

Takao berkata kepada dirinya sendiri mengenai bagaimana latihan berat yang di lewati oleh tim nasional junior Jepang. Waktu berputar dengan cepat. Seperti yang di duga oleh Takao. Spiker mereka melakukan servis. Aron menerima bola dengan baik. Cleon berlari ke sisi kiri. Dia lalu melakukan umpan bawah ke arah Kenta. Smash dari Kenta berhasil di terima oleh spiker mereka.

"Sial. Pukulan ku kurang keras."

Kenta berkata kesal. Seharusnya tadi merupakan kesempatan emas untuk mencetak angka seandainya smash itu berhasil. Setter lawan melakukan umpan bawah ke arah kapten mereka. Segera kapten lawan memukul bola menuju ke arah tim kami dengan umpan bawah. Atsushi menerima bola itu kemudian memberikannya kepada setter. Tanpa berpikir panjang Cleon melakukan tos kepada Kirio. Sebuah smash kuat di arahkan ke tempat lawan.

"Pasti berhasil."

Ujung bibir Kenta menuju ke atas. Tetapi sayang sekali Libero lawan berhasil menghalau bola. Setter lawan melakukan tos. Kapten lawan kini melakukan smash. Sepertinya kapten tim lawan melakukan hal sama seperti yang di lakukan oleh Kirio. Bola mengenai jaring net. Atsushi segera menyelamatkan bola dan melemparnya ke wilayah lawan. Setter lawan pertama yang menerima dan spiker melakukan smash pendek. Lagi-lagi Atsushi berhasil memblok. Middle blocker lawan memberikan bola ke setter kemudian kapten lawan melakukan tipuan ke arah tempat yang kosong. Arion gagal mengambilnya. Skor kini 2-8. Selisih jarak yang lebar. Pelatih Masahiko lalu berdiri dan meminta time out. Akhirnya pertandingan di hentikan. Dua tim kemudian berjalan menuju tempat mereka masing-masing. Pelatih Masahiko melihat seluruh anggota tim berdiri dengan menundukkan kepala.

"Permainan voli itu melihat ke atas bukan ke bawah."

Semua anggota tim sekolah Howaitoiguru kemudian tersenyum. Wajah mereka kembali penuh percaya diri.

"Dasar bodoh! Kenapa tadi aku takut?"

Kenta mengatakannya dengan kesal. Dia telah menganggap dirinya bodoh. Peluit kemudian berbunyi. Kapten lawan melakukan servis tajam. Para anggota tim Howaitoiguru tidak ada yang dapat menghadangnya. Mereka semua terpanah melihatnya.

"Ternyata orang itu belum mengeluarkan kemampuan terbaiknya."

Atsushi kini menyadari kehebatan dari kapten tim nasional junior Jepang. Kapten tim lawan kembali melakukan servis. Smash kuat berhasil di terima oleh Kenta tetapi dia tidak dapat memberikannya kepada setter sehingga terputus.

"Berhasil."

Tim lawan bersorak gembira. Ke tiga kalinya kapten tim lawan melakukan servis. Takao menyambutnya dengan baik. Sayang sekali karena terlalu cepat umpan itu sehingga Kirio gagal menerima. Points di dapatkan lagi. Kapten tim lawan melakukan servis.

"Hei, kamu tidak perlu melakukan servis terlalu keras."

Seorang temannya yang menjadi Libero tim memarahi kapten mereka.