Chereads / AOZORA / Chapter 18 - Tempat Tinggal Sementara

Chapter 18 - Tempat Tinggal Sementara

"Pertandingan yang menyenangkan, kapten."

Kapten tim lawan berkata dengan mengulurkan tangan kanannya.

"Selanjutnya kami pasti akan menang."

Kirio kemudian menjawabnya dan menyambut tangan kapten tim lawan.

"Iya. Aku sangat menantikannnya."

Mereka berdua lalu saling berjabat tangan. Setelah itu anggota lain tim lawan berjalan mendekat.

"Sebelumnya kami semua ingin mengucapkan terima kasih. Perkenalkan saya adalah Yuki Ishiwaka. Kapten dan sebagai Wing Speaker (WS), Akihiro Fukatsu sebagai Setter (S), Yuji Nishida sebagai Opposite Hitter (OH), Akihiro Yamauchi sebagai Middle Blocker (MB), Kentaro Takahashi sebagai Middle Blocker (MB), Ran Takashi sebagai sebagai Wing Spiker (WS), dan Tomohiro Ogawa sebagai Libero (L). Salam kenal."

"Iya. Salam kenal. Saya Kirio. Kapten dan Wing Spiker (WS), Cleon sebagai Setter (S), Kenta sebagai Wing Speaker (WS), Atsushi sebagai Middle Blocker (MB), Revian sebagai Middle Blocker (MB), Aron Opposite Hitter (OH), dan Takao (L).

Kirio sempat lupa kalau tim lawan belum memperkenalkan dirinya. Dia merasa dirinya begitu tegang hingga melupakan nya. Tidak butuh lama untuk membuat dua tim saling mengenal. Cleon menghampiri Akihiro Fukatsu. Setter Tim Nasional junior Jepang.

"Permisi. Bisakah kamu mengajariku melakukan tos yang akurat seperti yang kamu lakukan?"

Teman gengnya kemudian melihat ke arahya. Suasana lalu menjadi hening.

"Baiklah. Aku akan mengajarimu walaupun bisa saja kita ini akan berhadapan di pertandingan."

Semua orang terkejut mendengar perkataan Setter Tim Nasional Junior itu.

"Benarkah kamu akan mengajarinya, Akihiro Fukatsu?"

"Iya. Aku tidak bisa menolak permintaan seseorang yang menetapku dengan bersungguh-sungguh. Hei, siapa namamu?"

Setter Tim Nasional Junior Jepang menanyakan nama.

"Cleon Saeki."

Cleon pun kemudian menjawabnya dengan perasaan yang gugup.

"Baiklah Cleon. Ini nomor handphone penyaku. Kita akan bertemu setelah ini. Tentu saja aku akan mengajarimu dengan baik."

"Terima kasih."

Cleon membungkukkan badan kemudian berjalan pergi.

"Sungguh tidak bisa dipercaya. Cleon meminta bantuan kepada mereka."

Revian lalu mengatakannya dan kagum.

"Kurang aja. Bikin iri saja."

"Kalau begitu kenapa kamu tidak meminta bantuan Wing Speaker Tim Nasional Junior Jepang saja, Kenta?"

"Berisik. Diam kamu, Takao!"

Kenta memarahi Takao. Dia marah dan kesal karena tidak bisa mengatakan kalau dirinya ingin juga berlatih seperti dengan Cleon.

"Iya."

Takao yang tahu kalau Kenta sedang marah besar kemudian tidak ingin meneruskan perkataannya tadi. Pelatih dan anggota Tim Nasional Junior Jepang pulang.

"Kalian telah bermain bagus. Kalau begitu biarkan aku yang mentraktir kalian."

"Hore?"

Anggota tim tertawa bahagia.

"Guru Akashi tidak perlu memanjakan mereka."

Pelatih Masahiko mengatakannya dan tersenyum.

"Tidak apa-apa. Mereka masih dalam tahap pertumbuhan. Makan teratur dan bergizi sangat bagus untuk tubuh. Pelatih Masahiko juga harus ikut."

Guru Akashi kemudian menjawabnya. Melihat ekspresi Guru Akashi itu membuat pelatih Masahiko hanya bisa menganggukkan kepala. Dia tidak bisa menolaknya. Semua anggota tim, pelatih Masahiko, dan Guru Akashi berada di restoran sederhana. Segera Kenta memesan ramen.

"Ramen adalah makanan yang tidak bergizi. Pilihlah sup iga ini Kenta."

Guru Akashi memberikan semangkuk sup iga kepada Kenta. Teman tim nya yang melihat berusaha untuk menahan tertawa. Mereka tahu jika Kenta memiliki kepribadian yang buruk. Sedangkan pelatih Masahiko berpura-pura tidak melihat. Dia mengambil udang di piring.

"Oh, ya Takao. Kenapa keningmu di plester?"

Secara tiba-tiba Atsushi bertanya kepada Takao.

"Hah, ini kemarin aku terpeleset saat keluar dari kamar mandi."

Shuichi Takao dengan cepat menjawabnya.

"Jadi begitu. Syukurlah kalau kamu tidak apa-apa.'

Atshusi mempercayai perkataan dari Takao dan tersenyum. Takao mengambil gelas yang berisi air putih dan meminumnya. Wajahnya sangat tegang. Sebenarnya dia berbohong kepada Atsushi. Luka yang memar itu bukan karena terpeleset saat keluar dari kamar mandi, melainkan ulah ayahnya. Kenangan buruk beberapa waktu lalu akhirnya Takao kembali teringat.

"Kamu sedang apa Takao?"

Seorang gadis berambut pendek bertanya kepada Takao.

"Kakak. Tidak apa-apa."

"Kalau begitu cepat masuk. Ayah sedang menunggumu."

"Baik."

Segera Takao menemui ayahnya. Di ujung rumah terdapat sebuah ruangan. Takao kemudian berdiri.

"Duduklah!"

Ayahnya mengatakan kepada Takao untuk duduk. Yuki, kakaknya menganggukkan kepala. Memberikan isyarat untuk melaksanakan perintah dari ayahnya. Takao duduk menyilang.

"Aku mendengar dari ibumu katanya kamu melanjutkan sekolah di sekolah Howaitoiguru. Apakah itu benar?"

Bagaikan seperti tersangka yang sedang di interogasi kini dialami oleh Takao.

"Benar ayah."

"Aku dengar tim voli sekolah itu telah mengalami penurunan."

"Memang sekolah Howaitoiguru mengalami penurunan. Tetapi itu dulu. Sekarang tim voli kami telah berubah."

"Apakah kamu kira hanya datangnya satu pemain hebat bisa membuat tim menjadi kuat. Hah!"

"Tetapi Takao hanya ingin berada di sekolah itu."

"Dasar anak kurang ajar!"

Sebuah vas bunga terbang ke udara. Tuan Bryant sangat marah hingga melemparkan vas ke arah Takao. Seketika vas bunga terbentur dinding. Pecahan dari vas itu mengenai kening Takao hingga berdarah.

"Ayah sudahlah jangan marah lagi. Takao, kening mu terluka. Ayo kita keluar mengobati lukamu itu."

Yuki mengajak adiknya pergi. Dia juga memberikan sapu tangan kepada adiknya. Takao menerima sapu tangan itu kemudian meletakkannya di kening.

"Hei, Revian. Kamu jangan mengambilkan makanan ku?"

Cleon berkata kepada teman yang duduk di sampingnya. Pria itu baru saja mengambil makanan miliknya itu.

"Aku lihat makanan itu tidak ada pemilik. Karena itu aku mengambilnya."

Revian kemudian menjawabnya.

"Hei, apa kamu tidak bisa memberikan alasan yang lebih masuk akal? Padahal makanan itu mau aku sisihkan untuk makan malam."

Setelah makan semuanya pulang ke rumah. Takao memegang kertas. Malam ini dia harus cari tempat untuk menginap. Saat mencari tempat tinggal, Takao bertemu dengan Kirio.

"Takao?"

Kirio lalu memanggil nama Takao. Begitu juga dengan Takao yang segera membungkukkan badanya.

"Kenapa kamu ada disini Takao?"

Kirio bertanya mengenai kedatangannya. Takao lalu melihat kertas yang sejak tadi dipegang. Dia terdiam dalam waktu yang cukup lama.

"Sebenarnya aku sedang mencari tempat untuk tinggal."

"Jadi begitu. Kalau begitu bagaimana kamu tinggal di rumah ku?"

"Tidak perlu. Maaf telah merepotkan."

"Tenang saja. Aku tinggal sendirian di rumah. Ayah dan Ibuku ada di luar negeri. Mereka berdua baru akan pulang saat ada kepentingan saja. Selain itu, jika kamu sudah mendapatkan tempat tinggal yang baru maka aku tidak akan menahan mu."

"Terima kasih banyak."

Takao yang memang sedang membutuhkan tinggi dan tentunya tidak menyiakan bantuan yang telah diberikan. Kirio lalu membukakan pintu. Ternyata saat ini Takao sedang berdiri di depan rumah Kirio. Rumah itu terlihat besar. Halamannya juga luas. Pintu rumah kemudian terbuka. Beberapa pelayan menyambut kedatangan Kirio.

"Ternyata kamu ini anak orang kaya."

"Begitulah. Ayo, masuk ke dalam?"

"Iya."

Takao kemudian melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.

"Siapkan makan malam dan tempat tidur. Dia adalah temanku."

Kirio memberikan perintah kepada seorang pelayan nya. Pria yang sudah cukup tua.

"Baik Tuan muda."

Pelayan itu kemudian mematuhi perintah Kirio.