Beberapa saat kemudian ada seorang pria yang sedang berlari menuju kemari.
"Maaf saya bangun kesiangan."
Kenta meminta maaf kepada pelatih karena datang terlambat.
"Baiklah kalau begitu kamu lari mengelilingi lapangan sebanyak seratus putaran."
Pelatih kemudian menjawabnya.
"Hah?"
Kenta terkejut mendengarnya. Di dalam hatinya mengatakan jika harus lari sebanyak itu pasti kakinya bisa patah. Tetapi dia tidak bisa menolaknya. Dengan berat hati Kenta berlari.
"Akhirnya si pembuat onar telah mendapatkan hukuman."
Atsushi mengatakannya dengan senang. Cleon melihat ke arah Kenta.
"Kenta seperti sedang menahan marah."
"Kamu tidak perlu mencemaskan nya Cleon."
Atsushi memberikan bola voli. Cleon kemudian menerimanya. Mereka lalu saling melakukan pass. Ternyata tidak hanya Cleon saja yang memperhatikan Kenta. Tetapi Takao juga.
"Apa yang sedang kamu lihat hingga berdiri lama disini?"
Aron bertanya kepada Takao.
"Tidak apa-apa."
Takao kemudian menjawabnya.
"Boom."
Terdengar pantulan bola ke bawah mengenai pasir.
"Padahal aku sudah melihat Kirio melakukan servis. Tidak tahu mengapa aku masih terkagum saat melihatnya."
Takao memuji Kirio dengan suara yang pelan. Walaupun demikian Aron masih dapat mendengarnya. Takao kemudian melihat ke arah Aron lalu meminta bantuan kepadanya.
"Begini Aron. Bagaimana kalau kamu yang melakukan servis? Biarkan aku menangkapnya."
"Boleh juga. Tidak masalah."
"Syukurlah. Terimakasih."
Takao merasa senang karena Aron mau membantunya. Aron melemparkan bola voli. Dia melompat tinggi kemudian memukul bolanya ke arah depan. Pelatih Masahiko kemudian menatap dua anak didiknya.
"Hem! Sepertinya ada pemandangan yang menarik."
Perlahan Takao mengangkat ke dua tangannya. Dia lalu berjalan menuju arah bola dan ingin diterimanya. Tetapi bola terlepas jatuh ke bawah.
"Ah, sial!"
Takao kesal karena tidak berhasil menangkap bola itu. Dia lalu mengacak rambutnya hingga menjadi berantakan.
"Ha..ha..ha."
Pelatih Masahiko tertawa lepas setelah melihat Takao yang kesal.
"Ternyata Libero kami payah dalam overhand receive."
Aron kembali melakukan jump service. Takao lagi-lagi gagal menerimanya. Pelatih Masahiko kemudian menghampiri mereka. Dia lalu bertanya kepada Takao. Libero kami.
"Takao. Kenapa kamu memakai under hand seperti biasa?"
"Itu karena masih banyak pemain hebat lain yang ahli dalam melakukan service jump float. Tidak mudah untuk di receive karena sulit di tebak arah kemana bolanya. Cara terbaik untuk mengatasinya adalah dengan menggunakan overhand receive. Karena itu tidak ada salahnya aku berlatih."
Orang lain pasti akan ragu untuk menjawab. Tetapi Takao berbeda. Tanpa malu dia mengatakan kelemahannya dan berusaha berbagai cara untuk mengatasinya. Selama tujuh hari mereka berlatih voli pantai.
"Sekarang sudah waktunya kita pulang. Kalian boleh libur besok. Aku sudah meminta pelatih Yuichi untuk memberikan izin kepada kepala sekolah kalian."
"Baik."
Semua anggota tim menjawabnya secara bersamaan.
"Jangan lupa lakukan peregangan sebelum pergi!"
Setelah selesai berlatih anggota tim kembali ke penginapan.
"Apanya yang latihan? Aku ingin pulang."
Kenta merasa tubuhnya seperti hampir hancur berkeping. Mereka semua tidak mengira kalau akan melakukan latihan yang sangat berat. Bahkan untuk bersantai dan berkenalan dengan para gadis cantik saja tidak bisa. Semua anggota tim masuk ke dalam bus. Tinggal pelatih yang masih berada di luar. Saat akan naik bus kemudian handphonenya berdering. Dia lalu menjawab telepon tersebut.
"Halo."
"Benarkah? Terimakasih."
Pelatih Masahiko kemudian menutup teleponnya. Dia tersenyum lebar. Wajahnya menunjukkan kebahagiaan. Bus melaju sedang. Semua anggota tim tertidur pulas. Pelatih duduk di samping sopir.
"Sepertinya mereka kelelahan."
Seorang pria yang berusia tidak jauh dari pelatih Masahiko memulai pembicaraan.
"Iya. Aku juga ingin mengucapkan terimakasih kepada bapak yang mau menemani dan bahkan rela mengantarkan kami."
Pelatih Masahiko kemudian menjawabnya.
"Tidak apa-apa. Karena aku punya banyak waktu."
Pelatih Masahiko mengerutkan keningnya seakan tidak percaya. Di dalam hatinya mengatakan mana ada seorang guru memiliki banyak waktu luang.
"Sebenarnya aku tertarik kepada kalian. Sudah selama tiga tahun berlalu aku mengerjakan di sekolah Howaitoiguru. Setelah anak kelas tiga lulus, aku mengira tidak akan ada murid yang mau menjadi anggota tim voli putra. Melihat beberapa tahun ini sekolah kami yang mengalami kemunduran. Tetapi ternyata apa yang aku kira berbeda. Tim voli putra masih berlangsung. Aku percaya kalau permainan voli di sekolah kami akan bisa kembali berjaya seperti dulu."
"Aku tidak tahu harus bagaimana mengatakan kepada anda, guru Akashi. Kamu sungguh orang yang baik dan memiliki keyakinan yang kuat."
"Terimakasih telah memujiku."
"Ini bukan pujian."
Suara pelatih Masahiko meninggi. Setiba di gedung sekolah semua orang pulang ke rumah masing-masing. Pelatih Masahiko kembali ke kuil. Dia menaiki bus. Sebuah tangga panjang menuju ke atas. Pelatih Masahiko berjalan melewati anak tangga. Sebuah kuil sudah terlihat dari kejauhan. Selain itu ada seseorang yang sedang berdiri di depan kuil. Pelatih Masahiko kemudian menghampirinya.
"Kamu sudah pulang Masahiko."
Seseorang menyapa pelatih Masahiko.
"Kenapa anda datang kemari, pak tua?"
Orang itu adalah mantan pelatihnya.
"Aku mau memberikan kertas ini untukmu."
Tidak tahu mengapa pelatih Masahiko memiliki firasat yang buruk. Jika kertas itu pasti sesuatu yang merepotkan.
"Baiklah."
Dengan terpaksa karena tidak ada pilihan untuk melarikan diri akhirnya dia menerima kertas itu. Ternyata firasatnya tadi benar.
"Kenapa kamu memberikan kepadaku surat lamaran untuk menjadi seorang guru? Aku tidak suka dengan pekerjaan yang sulit seperti itu. Apalagi apakah wajahku ini menunjukkan sebagai seorang pengajar?"
Pelatih Masahiko bertanya kepada pelatih Yuichi.
"Salah satu persyaratan untuk menjadi pelatih tim voli sekolah kami adalah dia menjadi seorang pengajar."
Pelatih Yuichi berusaha untuk menjelaskannya.
"Kalau begitu aku mengundurkan diri menjadi pelatih."
"Oh, aku baru tahu mantan murid ku ternyata orang yang pengecut."
"Apa yang tadi kamu bilang, pak tua?"
"Kamu bisa memikirkannya terlebih dahulu. Besok temui aku jika telah memiliki jawabannya."
"Tunggu dulu pak tua."
Pelatih Yuichi tidak mempedulikan pelatih Masahiko yang sedang memanggilnya. Dia tetap berjalan pergi tanpa menengok ke belakang.
"Sial! Aku tidak peduli."
Pelatih Masahiko marah lalu menendang batu yang terletak di depannya. Saat malam hari dia terbaring tetapi tidak dapat tidur. Padahal sudah berusaha sebisa mungkin untuk memejamkan mata.
"Dasar pak tua!"
Pelatih Masahiko mengumpat mantan pelatihnya. Padahal dia hanya ingin menikmati hidup sebagai seorang biksu. Matahari telah terbit. Pada akhirnya pelatih Masahiko terjaga. Dia lalu bangun dari tempat tidur untuk mencuci muka. Saat menatap ke arah cermin, dia melihat terdapat lingkaran hitam di bawah mata. Saat keluar dari rumah pelatih Masahiko kemudian menghubungi seseorang.
"Halo?"
"Maaf. Apakah guru Akashi memiliki waktu?"
"Iya. Kebetulan akhir pekan ini aku tidak sibuk."
"Sebenarnya ada yang ingin aku katakan."
"Kalau begitu bagaimana kalau kita bertemu di cafe dekat sekolahan?"
"Baik."
"Dah. Sampai bertemu lagi."
Pelatih Masahiko menutup teleponnya. Tanpa berlama dia segera meninggalkan kuil.