Chereads / AOZORA / Chapter 8 - Posisi Para Pemain

Chapter 8 - Posisi Para Pemain

"Bagaimana kalau kita latihan bersama? Kebetulan anggota tim ku tidak memiliki teman untuk latihan."

"Itu?"

Pelatih Masahiko kebingungan. Dia baru menjadi pelatih kemarin. Apalagi anggota tim yang dilatihnya masih pemula. Mereka aja masih berlatih servis. Bagaimana mungkin anggota timnya bisa bermain baik bersama mereka yang merupakan pemain profesional? Pelatih Hyuga menatap pelatih Masahiko. Hal itu membuat dirinya semakin bertambah tertekan.

"Berlatih bersama?"

Saat hatinya cemas kemudian secara tiba-tiba Takao masuk dalam pembicaraan mereka. Pelatih Masahiko kemudian memiliki sebuah ide.

"Oh, ya. Bukankah tadi kamu ingin berbicara kepadaku? Kalau begitu kita pergi sekarang. Maaf sampai bertemu kembali pelatih Hyuga."

Pelatih Masahiko pergi dengan mengajak Takao. Akhirnya dia bisa berhasil menjauh dari pelatih Hyuga.

"Kenapa pelatih tidak menerima ajakannya?"

Takao bertanya kepada pelatih Masahiko.

"Dengar. Dia adalah pelatih Tim Nasional Jepang. Mereka pastinya pemain profesional. Dengan pemain kita yang masih baru melawan mereka pasti akan kalah."

"Tetapi suatu saat tim kita pasti akan menang, kan?"

Langkah kaki pelatih Masahiko seketika terhenti setelah mendengar perkataan dari Takao. Ini pertama kali baginya bertemu dengan pemain yang memikirkan timnya. Semakin hebat kebanyakan dari mereka akan hanya akan mengandalkan permainan individu.

"Tentu saja."

Takao kemudian teringat akan sesuatu. Tujuan dia menemui pelatih karena ingin memberikan buku yang dia kerjakan semalam.

"Ini adalah nama dan posisi para pemain. Walaupun mereka tidak pernah bermain voli sebelumnya tetapi posisi dalam permainan merupakan bagian yang penting. Selain itu posisi mereka dapat di rotasi kedepannya."

Pelatih Masahiko menerima buku itu. Dia lalu membaca tulisan Takao.

"Kamu yang menulis semua ini, Takao?"

"Benar."

"Sebenarnya kenapa kamu begitu sangat berjuang pada tim ini? Padahal yang aku lihat dari tadi mereka tidak berlatih dengan sungguh-sungguh."

"Karena aku menyukai permainan voli. Aku ingin tim kita bisa menangkan juara turnamen nasional."

Ketika Takao sedang menjawab pertanyaan. Pelatih Masahiko melihat sosok dirinya saat masih SMA. Dia juga melakukan hal yang sama. Tidak di sangka ada orang yang memiliki kepribadian sama dengan dirinya.

"Kalian semua. Aku akan membagi posisi untuk kalian."

Pelatih Masahiko menepuk ke dua telapak tangan. Semua anggota tim yang sedang bermain kemudian berhenti. Mereka lalu berjalan menghampiri pelatih Masahiko. Enam pemain membentuk barisan.

"Dengarkan. Pertama di mulai dari posisi Libero kita yaitu Takao. Tolong lindungi mereka."

"Serahkan saja semuanya kepadaku. Aku pasti tidak akan membiarkan bola jatuh ke wilayah kita."

Dengan penuh percaya diri Takao mengatakannya dengan menepuk dada.

"Baik. Selanjutnya kapten tim kita Kirio. Kamu akan menjadi wing spiker. Untuk spiker lainnya adalah Kenta dan Aron. Middle blocker Revian dan Atsushi. Setter adalah Cleon."

"Baik pak."

"Tunggu dulu pak. Kenapa Aron yang tidak bisa servis di jadikan Spiker?"

"Ada apa Kenta?"

"Bukankah dia lebih baik tidak ikut bermain?"

"Kita kekurangan jumlah pemain. Jadi jangan banyak mengeluh."

"Aron adalah salah satu geng kita. Tidakkah bisa kamu tenang sekali?"

"Apa yang kamu katakan Atsushi."

"Semuanya diam. Dasar! Kita mulai latihannya. Karena jumlah pemain hanya tujuh, maka kita akan membaginya menjadi dua kelompok. Takao yang akan menjadi wasit."

"Baik pelatih."

Geng anak nakal yang paling di takuti seluruh siswa kini sedang berlatih. Pertandingan ini pasti akan menyenangkan.

"Aron. Cepat lakukan servis."

Aron kemudian melakukan servis. Kali kini bola keluar lapangan. Kenta lalu tertawa keras.

"Maaf."

"Santai saja."

Kirio mengatakannya kepada Aron.

"Bukankah dia adalah lawan kita. Kenapa kamu memberikan dukungan kepada mereka?"

Kenta kembali mengeluh. Kirio, Cleo, dan Kenta menjadi 1 tim. Sedangkan Aron, Atsushi, dan Revian berada di tim berbeda. Pelatih Masahiko tersenyum lebar. Sekarang dia mengetahui kenapa Aron yang dikatakan tidak bisa servis itu tetapi dijadikan sebagai speaker. Takao menuliskan angka. Bola terbang ke atas. Cleon memberikan bola kepada Kenta. Dua orang tidak lain adalah Atsushi dan Revian mencoba mengadang tetapi bola tetap berhasil di tembus.

"Berhasil. Hi ...iya!"

Kenta berteriak senang karena berhasil mencetak angka.

"Nice Kill"

Cleon juga senang dan memuji keberhasilan Kenta. Di luar lapangan ada Takao yang berdiri bagikan patung. Bukan karena Kenta yang berhasil memukul bola. Tetapi walaupun sebentar, dia melihat Atsushi dan Revian saat menghadang bola. Ternyata ini di luar dugaannya. Awalnya dia hanya mengira sebatas mungkin saja mereka bisa melakukan posisinya. Tetapi sekarang hasilnya lebih baik. Dua orang yang baru pertama kali berada di dunia voli bisa memperhitungkan arah bola walaupun mereka masih terlalu lemah. Jika terus berlatih maka mereka akan membuat pertahanan yang kuat.

"Sekarang sudah saatnya kita membalas."

Revian mengatakan kepada anggotanya.

"Membalas apaan? Spiker kalian aja tidak bisa melakukan servis."

Kenta kemudian menjawabnya.

"Sudahlah. Kamu jangan terpancing, Revian."

Atsushi berusaha untuk mencegah Revian agar tidak marah. Peluit berbunyi. Cleon melakukan servis. Revian menerima bola itu dengan baik. Dia kemudian memberikannya kepada Atsushi yang berada pada posisi setter. Tidak lama Atsushi melihat keatas. Mengangkat dua tangannya. Bola menyentuh telapak tangan lalu terbang lagi ke arah Aron. Melihat bola menuju ke arahnya seketika membuat Aron menelan ludahnya ke dalam tenggorokan. Umpan yang begitu cantik. Dia tidak menyangka ada teman timnya itu mempercayakan dirinya. Aron kemudian melompat tinggi. Dia lalu memukul bola itu. Kenta mencoba memblok tapi gagal. Kirio berusaha untuk menyambut bola tetapi saat bola itu mendekat secara tiba-tiba arah bola berubah kemudian jatuh ke bawah mengenai lantai papan.

"Pruitt."

Peluit lalu berbunyi.

"A..aaron."

Revian terpanah setelah mengetahui Aron berhasil mencetak angka.

"Nice Kill."

Suasana menjadi tenang.

"Pukulan yang hebat Aron."

Takao memberikan pujian. Aron kemudian melebarkan dua tangannya ke atas dan mengeluarkan air mata.

"Bukankah seharusnya dia senang. Kenapa justru menangis?"

Tingkah Aron membuat pelatih Masahiko kebingungan. Biasanya orang akan berteriak bahagia dengan penuh percaya diri karena telah berhasil mencetak angka. Pertandingan pertama telah selesai. Semua pemain sudah kelelahan. Kenta merebahkan tubuhnya ke lantai. Kirio berdiri dengan nafas yang tidak beraturan. Revian memegang jaring net. Banyak keringat yang jatuh. Masahiko melingkarkan dua tangannya ke pinggang dan Cleon duduk dengan memegang lutut. Melihat para pemain yang sudah kelelahan membuat pelatih menyadari satu hal. Perjuangan masih panjang.

"Semuanya. Kita akhiri latihannya terlebih dahulu. Jangan lupa untuk pemanasan sebelum pergi."

Pelatih memberikan perintah kepada seluruh anggota tim. Takao segera mengambil botol minum yang telah di belinya tadi pagi. Setelah temannya selesai pemanasan, Takao kemudian memberikan handuk dan botol minuman kepada mereka. Pelatih Masahiko membaca kembali buku yang di berikan oleh Takao itu. Sepertinya dia harus melakukan sesuatu untuk latihan berikutnya.

"Capeknya."

"Sudahlah jangan berisik, Kenta."

"Apa yang tadi kamu bilang?"

Kenta melipat lengan bajunya ke atas. Dia sudah bersiap untuk memukul.

"Sudahlah Kenta. Kamu juga Atsushi. Jangan memancing kemarahan Kenta! Kalian berhentilah berkelahi."

Cleon berusaha untuk melerai dua temannya. Sedangkan Takao, Revian, Kirio, dan Aron berjalan melewati mereka.