"Kamu lama sekali Takao."
Kenta marah kepada Takao. Wajahnya terlihat menyeramkan.
"Maaf, aku datang terlambat. Tadi bangun kesiangan."
Takao segera meminta maaf kepada pelatih dan semua anggota tim nya.
"Dasar pemalas!"
Kenta menggerutu. Dia lalu masuk ke dalam bus terlebih dahulu. Takao kemudian terdiam.
"Sudahlah. Kamu tidak perlu menghiraukannya."
Pelatih Masahiko menepuk bahu kiri Takao. Dia berusaha untuk menghibur.
"Baik."
Sepertinya usaha pelatih Masahiko dalam menghibur berhasil. Ekspresi wajah Takao kini berubah cepat. Takao melilit kebawah. Ada sebuah majalah yang sedang di pegang oleh pelatih.
"Maaf. Bolehkah aku melihat majalah itu?"
Seketika pelatih Masahiko melihat ke kanan dan kiri. Tidak ada orang yang mendengar Takao bertanya.
"Hush. Jangan bilang kepada siapapun. Kamu belum waktunya untuk membaca."
Perkataan dari pelatih terdengar sangat aneh. Tetapi Takao harus mematuhi semua perintah dari pelatih. Dia lalu menganggukkan kepala. Bus berjalan. Tidak ada seorangpun yang tertinggal. Mereka duduk di bangku masing-masing. Di samping Takao ada pelatih Masahiko. Sedangkan Kenta duduk di paling belakang. Dua anak itu sengaja di jauhkan oleh pelatih agar tidak terjadi keributan. Selama dalam perjalanan Takao juga tertidur. Kemarin malam dia hanya tidur selama 3 jam. Karena itu dia mengantuk. Pelatih Masahiko memegang dua buku. Bagian luarnya terdapat sampul majalah voli. Tetapi pelatih Masahiko tersenyum aneh. Seperti pria tua mesum. Satu jam telah berlalu. Akhirnya mereka telah tiba di pantai. Pelatih Masahiko turun terlebih dahulu. Dia juga membangunkan Takao yang masih tertidur.
"Wah, indahnya."
Aron terkagum melihat pemandangan pantai.
"Kamu mau sedang apa Kenta? Ayo segera latihan."
Pelatih Masahiko memanggil Kenta yang sedang mengajak kenalan dengan seorang gadis.
"Baik."
Kenta kemudian menegakkan badannya dan memberikan hormat. Dua gadis yang berada di depan Kenta saling menatap lalu tersenyum pahit. Pelatih berjalan di depan.
"Kalian akan menjalani pelatihan selama satu minggu disini. Berlatih dan jadilah tim yang kuat."
Pelatih memberikan nasihat kepada anggota tim. Takao, Atsushi, Revian, Kenta, Kirio, Cleon, dan Aron terkejut setelah mendengar. Ternyata pelatih telah menyiapkan ini semua.
"Baik pelatih."
Semua anggota masuk ke dalam kamar. Terdapat Lima kamar kosong. Pelatih memberitahu kalau tiap kamar akan digunakan oleh dua orang. Semua anggota tim terlihat bersemangat kecuali Kenta. Padahal dia beranggapan kalau penginapan yang akan mereka tinggali itu besar dan terdapat pula kolam renang.
"Mohon kerjasamanya."
Takao membungkukkan badannya kepada Kirio.
"Iya."
Kirio mengedipkan mata dan menjawabnya. Dia terpanah dengan sikap hormat yang ditunjukkan oleh Takao. Tidak lama kemudian latihan dimulai.
"Sekarang cepat lepas sepatu kalian!"
Pelatih memberikan perintah. Takao, Atsushi, Revian, Kenta, dan Kirio melepaskan sepatu mereka.
"Panas sekali."
Kenta melompat-lompat. Dia merasakan panas di telapak kakinya.
"Rasanya seperti tertusuk jarum."
Revian terlihat kesakitan.
"Sudahlah. Kalian jangan banyak mengeluh. Sekarang siapa kapten timnya. Majulah ke depan!"
Pelatih berbicara kepada semua anggota tim. Takao kemudian maju ke depan dengan mengangkat tangan kanannya.
"Maaf pelatih. Sebenarnya kami belum memiliki seorang kapten."
"Hah?"
Pelatih sangat terkejut. Dia lalu meletakkan ke dua tangannya ke pinggang dan tertawa lepas.
"Kalian sungguh menarik. Dengarkan! Kalian adalah sebuah tim. Jika ingin mengikuti pertandingan, kalian harus memiliki seorang kapten. Siapa diantara kalian yang bersedia? Atau kalian bisa mengambil undian."
"Bukankah lebih baik yang menjadi kapten adalah orang yang menghidupkan kembali tim?"
Kenta mengatakan pendapatnya.
"Takao tidak dapat menjadi kapten. Karena seorang Libero tidak dapat menjadi kapten."
Pelatih menolaknya dengan tegas. Dia juga memberikan alasannya.
"Bagaimana kalau Kirio yang menjadi kapten?"
Takao menunjuk Kirio menjadi kapten tim. Atsushi, Revian, dan Kenta mengalihkan pandangan mereka. Selama beberapa saat suasana menjadi hening.
"Baiklah kalau tidak ada yang keberatan. Kita akan menerima usulan Takao. Bagaimana denganmu, Kirio?"
Pelatih bertepuk tangan. Dia juga meminta pendapat kepada Kirio.
"Baik. Aku menerimanya."
Dengan tegas Kirio bersedia menjadi kapten tim. Sebuah senyuman kemudian menghiasi wajah pelatih Masahiko.
"Bagus. Sekarang kalian berlatihlah. Kapten yang akan memimpin."
Setelah memberi perintah pelatih Masahiko mengawasi seluruh anggota tim dari kejauhan. Dia juga menyewa kursi, meja, dan payung untuk berteduh dari sinar matahari yang panas. Seorang pelayan tiba-tiba datang membawa satu gelas jus.
"Terimakasih."
Pelatih Masahiko mengucapkan terimakasih kepada pelayan itu. Segera pelayan pergi setelah menaruh gelas jus di atas meja.
"Takao."
Kapten memanggil Takao.
"Iya."
Takao kemudian menjawab panggilannya.
"Mohon bantuannya. Aku tidak begitu mengetahui tentang Voli."
"Serahkan saja kepadaku."
"Pertama kita melakukan pemanasan terlebih dahulu."
Semua anggota tim mengikuti instruksi dari Takao.
"Ho...h! Ternyata bocah bernama Takao membantu mereka. Memang benar. Sebelum berlatih maupun bertanding Voli, kita harus melakukan pemanasan agar tidak cedera. Libero terbaik di SMP Jepang memang berbeda."
Pelatih terkagum kepada Takao. Dia bahkan juga memujinya. Pelatih kemudian mengambil sesuatu di dalam tas. Barang itu tidak lain adalah sebuah majalah.
"Ternyata kamu tidak berubah, Masahiko. Selalu membaca majalah dewasa."
Terdengar seseorang yang memanggil. Pelatih Masahiko kemudian melihat ke arah samping. Seorang pria yang berusia setengah abad sedang tersenyum kepadanya. Dia tidak lain adalah pelatih Timnas Jepang.
"Pelatih Hyuga."
Takao kemudian membuang majalahnya dan segera berdiri.
"Lama tidak bertemu Masahiko."
Pelatih Hyuga menyapa pelatih Masahiko.
"Benar. Kenapa bapak bisa ada disini?"
Pelatih Masahiko kemudian menjawabnya dengan gugup. Mereka sudah lama tidak bertemu.
"Aku sedang melatih para pemain tim nasional Jepang untuk kejuaraan Dunia. Sejak pengunduran dirimu menjadi pemain, Tim Nasional Jepang mengambil kemunduran. Mereka tidak sehebat dirimu dalam bermain. Tetapi aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu kembali setelah sepuluh tahun lamanya."
Pelatih Hyuga mengatakan kalimat yang membuat Masahiko menjadi merasa bersalah karena telah menghilang dari dunia voli begitu saja. Walaupun sebenarnya Masahiko memiliki alasan tersendiri di balik dia menghilang.
"Pelatih."
Takao memanggil pelatih Masahiko. Dia berdiri dengan membawa sebuah buku panjang.
"Siapakah dia Masahiko?"
Setelah melihat seorang anak remaja yang berdiri kemudian pelatih Hyuga bertanya kepada mantan anggota Tim Nasional Jepang itu.
"Dia adalah anak yang aku latih."
Masahiko kemudian menjawab. Pelatih Hyuga terkejut mendengarnya. Dia tidak menyangka jika Masahiko kembali ke dunia voli dan menjadi pelatih.
"Sejak kapan kamu menjadi seorang pelatih, Masahiko?"
"Itu karena ulah dari perbuatan si pak tua. Dia memintaku untuk menjadi pelatih dari tim sekolah Howaitoiguru."
"Jadi orang yang menarik mu kembali adalah pelatih Yuichi. Memang benar dia itu orangnya keras kepala. Walaupun begitu dia sangat hebat. Karena bisa membimbing muridnya menjadi pemain profesional."
Pelatih Masahiko tertawa. Memang yang dikatakan oleh pelatih Hyuga semua itu benar. Berkat pak tua membuat Masahiko dapat bermain voli bahkan hingga bertanding melawan tim dunia.