Chereads / AOZORA / Chapter 4 - Jump Service

Chapter 4 - Jump Service

"Seorang ketua memang tidak bisa di remehkan."

Takao membicarakan tentang Kirio. Dia kemudian menganggukkan kepala.

"Hei teman."

Seorang siswa yang bertubuh tinggi memegang bahu kanan Takao dan membuatnya kaget. Tingginya sekitar dua meter.

"Kenapa kamu menjauh?"

Takao menggelengkan kepalanya dan menjawab seolah tidak apa-apa. Memang dia hanya bersikap refleks karena siswa itu yang secara tiba berbicara dengannya.

"Apakah ada yang bisa aku bantu, Revian?"

"Aku masih belum bisa melakukan servis. Maukah kamu mengajariku?"

Ternyata Revian ingin Takao mengajarinya dalam servis.

"Baiklah. Aku akan mengajarimu."

Takao kemudian memberikan bola yang dipegangnya. Tetapi saat ini Revian sedang membawa bola di kedua tangannya. Pada akhirnya Reviean terjatuh karena mukanya terkena bola.

"Ha...ha...ha!"

"Lihatlah teman kita yang bodoh ini!"

Revian menjadi bahan tertawa temannya. Takao menggenggam telapak tangannya dengan erat. Dia merasa bersalah kepada Revian. Karena dirinya tidak melihat dengan baik kalau Revian sedang membawa bola.

"Maafkan aku."

Segera Takao membungkukkan badannya untuk meminta maaf kepada Revian.

"Kamu tidak perlu meminta maaf. Aku sudah terbiasa dengan situasi ini."

"Tapi?"

Revian tidak menghiraukannya. Hal ini membuat Takao menjadi lebih merasa bersalah. Walaupun begitu Takao tetap melatih teman timnya. Pelatih dari tim voli putri beberapa kali menganggukkan kepala. Dia lalu meraih handphone di saku. Membuka kunci lalu mengirimkan pesan kepada seseorang. Tidak lama kemudian dia mendapatkan balasan pesan itu.

/Aku menolaknya/

Pelatih menggenggam handphone itu dengan erat. Wajahnya sangat kesal setelah membaca pesan itu lalu keluar dari gedung olahraga.

"Ada apa dengan pelatih? Dia tiba-tiba pergi."

Seorang gadis yang berambut pendek dan berwarna coklat memalingkan wajah ke kiri setelah mendengar temannya bertanya.

"Mungkin saja pelatih sedang ada urusan."

"Iya."

Gadis itu juga memiliki satu pemahaman dengan temannya.

"Maaf Takao. Apakah aku boleh melakukan servis yang berbeda?"

Seorang pria yang berwajah tampan mengatakan kepada Takao yang sedang melatih Revian servis.

"Tentu saja boleh."

"Hei, Takao. Aku tidak mengerti maksud perkataannya."

Kenta menunjuk seseorang.

"Sebenarnya masih ada satu servis lagi selain yang telah aku perlihatkan. Namanya adalah Jum service. Mungkin saja Aron ingin memperlihatkan sevis itu."

"Apa itu Jum service?"

Secara tiba-tiba Kirio memotong pembicaraan diantara mereka berdua. Takao kemudian menjelaskan jump service dengan teorinya.

"Jump serve dalam permainan voli termasuk kategori teknik overhand serve. Pemain yang akan melakukan servis melempar bola tinggi ke udara, dan sebelumnya pemain melakukan persiapan di luar garis belakan lapangan. Setelah itu pemain melakukan langkah penyesuaian terhadap bola yang bergerak turun, kemudian ia akan melompat dan memukul bola tersebut. Untuk selanjutnya mungkin lebih baik Aron yang melakukannya."

Anggota tim Takao masih tidak mengerti penjelasan darinya. Memang lebih baik memberikan contoh daripada teori. Takao kemudian mempersembahkan Aron untuk melakukan jump service. Tidak tahu darimana Aron bisa melakukan servis yang sulit seperti itu. Padahal mereka hanya menjadi anak nakal yang di takuti semua siswa. Takao juga tidak pernah mendengar kabar mengenai tentang pemain yang bernama Aron. Di majalah juga tidak ada. Aron maju ke depan. Dia melompat tinggi dan melakukan jump service. Bola terbang menuju jaring net. Terlihat bola bergoyang tidak menentu. Tetapi sangat sayang sekali bola mengenai bibir jaring net kemudian jatuh ke bawah.

"Ah, sial."

Aron mengacak rambutnya dan merasa kesal. Dia telah gagal melakukan jump service. Padahal tadi dia sudah yakin kalau akan berhasil melakukannya.

"Lihatlah! Bolanya jatuh ke bawah."

Kenta mentertawakan Aron yang gagal dalam melakukan servis. Tetapi berbeda dengan Takao. Keringat keluar dan membasahi tubuhnya. Padangan juga terlihat terkejut. Di dalam hatinya dia tidak menyangka jika bola itu masuk pasti akan menjadi sevis yang hebat.

"Santai-santai."

Takao menepuk tangannya. Walaupun berusaha untuk menghibur Aron tetapi sebenarnya dia juga masih terkejut.

"Tadi pertunjukan Jump Service yang bagaimana Aron?"

Kenta sengaja memprovokasi temanya yang gagal melakukan servis. Tetapi kemudian Aron mendaratkan sebuah pukulan di pipi kanan Kenta.

"Berisik. Aku tidak peduli dengan penilaian mu."

"Cuih. Ternyata kamu memang hanya berani melakukan tindakan kekerasan."

Kenta tersenyum lebar. Takao memukul keningnya dengan telapak tangan. Tidak hanya satu kali Kenta membuat keributan. Kenapa dia suka sekali berselisih dengan teman gengnya sendiri? Tetapi Takao harus melerai pertengkaran ini. Saat dia melangkahkan kakinya kemudian terjadi pertengkaran yang hebat. Kenta dan Aron saling menyerang.

"Hebat. Mereka bisa menghindari pukulan masing-masing."

Cleon mengungkapkan kekaguman. Dua orang di depannya terlihat seperti sedang melakukan pertandingan karate.

"Mereka jago juga."

Takao menatap ke arah Revian. Bahkan orang yang acuh seperti dirinya bisa mengatakan kalimat itu.

"Diam. Kalian tenanglah."

Kirio berteriak dengan suara yang keras. Seketika Kenta dan Aron menghentikan pertikaian. Mereka berdua lalu membalikkan badan dan saling memunggungi. Ternyata ketika Kirio sedang marah, dia terlihat sangat menakutkan. Temannya kini hanya diam dan melihat saja. Tidak jauh dari gedung sekolah ada halte. Pelatih tim voli putri menunggu kedatangan bus. Tidak lama kemudian bus tiba. Setelah berhenti lalu pintu bus terbuka. Segera pelatih naik bus tersebut. Satu jam telah berlalu. Sekarang pelatih berdiri di halte. Tidak jauh dari sana ada sebuah pemandangan gunung indah terlihat di depannya. Terdapat pula jalan sempit menuju ke gunung. Jalan itu hanya bisa di lewati oleh sepeda dan berjalan kaki. Karena pelatih tadi datang kemari naik bus, jadi sekarang dia terpaksa berjalan kaki melewati jalan itu. Sinar matahari masih tinggi. Pelatih berjalan tanpa membawa apapun. Mungkin hanya botol minuman air putih yang dia beli sebelum menaiki bus. Keringat di tubuh pelatih mulai keluar. Bukan karena sedang ketakutan. Melainkan karena lelah berjalan kaki. Di atas gunung terlihat ada sebuah bangunan wihara yang sederhana.

"Akhirnya aku telah sampai."

Tubuh pelatih bersempoyongan. Usia memang tidak dapat di bohongi. Tenaganya sudah sangat berbeda dengan dirinya sepuluh tahun yang lalu.

"Tong...Tong...Tong!"

Terdengar jelas lonceng yang berbunyi dari dalam kuil. Lonceng di dalam kuil adalah suatu peralatan sederhana yang digunakan untuk menciptakan bunyi. Bentuknya biasanya adalah sebuah tabung dengan salah satu sisi yang terbuka dan bergema saat dipukul. Alat untuk memukul dapat berupa pemukul panjang yang digantung di dalam lonceng tersebut atau pemukul yang terpisah.

"Dia pasti yang telah membunyikan lonceng itu."

Setelah mendengar bunyi lonceng kemudian segera pelatih berjalan ke arah suara. Dia masih mengingat kalau lonceng berada di belakang bangunan kuil. Seorang pria yang berusia sekitar dua puluh lima tahun sedang membaca buku majalah dewasa. Tertawa lebar dengan ekspresi wajahnya yang terlihat mesum. Pria itu kemudian menarik tali yang terikat ke sebuah balok kayu panjang guna untuk membunyikan lonceng.