Chereads / Hati Yang Melangit / Chapter 19 - Armein 10

Chapter 19 - Armein 10

Kharisma, manajer kami, sering memperingatkanku untuk tidak terlalu sensitif pada pendapat orang lain tentang Binar. Beberapa kali aku tak mampu menahan diri ketika ada pembawa acara atau wartawan yang berkomentar tentang Binar dan menunjukkan sedikit rasa tidak suka mereka pada kekasihku itu. Aku biasanya akan langsung memberondong mereka dengan pertanyaan; mengapa tak suka? Apa yang membuatmu merasa lebih baik dari Binar? Atau yang membuatmu merasa berhak untuk menilainya? Tapi tidak kulakukan pada Kandi. Entah.

"Kandi, kau tahu; kau memberiku kebebasan…" pengakuanku padanya.

Kukatakan padanya bahwa sebelum ia datang ke dalam kehidupanku, aku tak bebas pergi ke mana pun, berada di mana pun semau aku. Kini, dengan Kandi tak ada yang tak mungkin bagiku. Aku merasa begitu merdeka. Bahkan di dekat segerombolan paparazi pun aku bisa mendengar mereka membicarakanku dan Binar, lalu dengan mudah mengonter syak wasangka mereka dengan komentar yang membuat mereka kecewa dan menyesal berpikir untuk menjatuhkan nama baik Binar.

Mereka yang sebelumnya tak bisa kudekati karena ketidakbebasanku, kini bisa kudatangi kapan pun aku mau. Seperti produsen barang dagangan yang menggunakan citra diriku sebagai pemanis dagangannya; biasanya mereka selalu melakukan rapat-rapat yang tidak melibatkanku; hanya Simon. Kini aku bisa mengintip dari balik tirai atau balkon tempat meeting mereka dan mendengar semuanya. Kalau ada yang menjengkelkanku, aku bisa saja tiba-tiba muncul dan melabrak mereka. "Kebiasaan baruku" ini sempat membuat Kharisma sangat terkejut meminta pengertianku untuk tidak melakukannya;

"Arm! Kau membuatku takut… kau punya ilmu meringankan tubuh atau apa?!"

Kharisma mempekerjakan Rieska, seorang tangan kanan yang mengurusi semua kepentingan dan keperluanku. Namun, gadis itu bisa tenang-tenang saja hidupnya, karena kini aku bisa mencari tahu beberapa hal sendiri—dengan bantuan Kandi tentunya, sehingga aku tidak mudah diperalat rekayasa informasi lagi, kalau kau paham yang kukatakan…

Kharisma bilang, itu perubahan besar dalam hidupku. Meskipun menurutku sejak dahulu aku tak pernah marah atau mengamuk saat orang-orang yang bekerja padaku melakukan kesalahan.

"Kau tidak mengamuk, tapi kau membiarkan mereka kebingungan berhari-hari sampai mereka mengira kau sudah memecat mereka…" sahut Kharisma saat aku keberatan dikatakan pemarah saat masih ada Simon (sebelum Kandi datang di dalam hidupku). Aku tertawa mendengarnya.

Kharisma dan semua orang di sekelilingku tak paham sedikit pun bahwa yang mengubahku adalah Kandi. Mereka merasakan banyak keanehan yang kulakukan, misteri-misteri tentang aku yang semakin tahu banyak dan mengerti banyak hal, sementara mereka diteror ribuan pertanyaan yang tak terjawab. Tapi aku tidak memedulikannya, karena aku sedang bahagia menikmati kemerdekaanku.

Jadwal pekerjaan, pertunjukan, pemotretan, dan rekaman yang padat tidak lagi berupa penjara bagiku. Aku bisa ke mana pun aku mau, kapan pun. Aku bahkan merencanakan liburan bersama Binar, dengan cara meminta Kharisma menjadwalkan pemotretan Binar di sebuah pulau terpencil dan hanya ditemani beberapa staf dan fotografer saja. Perempuan pintar itu sempat berkata bahwa itu logistik termahal yang mungkin mereka keluarkan hanya untuk pemotretan. Tentu saja ia berkata begitu karena memperhitungkan perjalananku.

"Kau tak usah mengurusiku!" kataku. Kharisma memicingkan matanya penuh tanya, "kau tak ikut?" aku tak menjawabnya.

Ketika rencana itu mereka siapkan, aku meminta Rieska, asistenku, untuk memesan satu vila "khusus" tak jauh dari vila yang dipakai pemotretan Binar di pulau itu, lengkap dengan sewa mobil, dan seorang "pemandu wisata".

Meski pulau itu terkenal sangat terpencil, namun Kharisma tidak yakin kami akan bebas dari paparazi. Tapi aku tak peduli pada peringatannya. Aku sempat berkata pada Kharisma bahwa yang kuperlukan hanya Rieska; seorang asisten setia yang akan menyembunyikan semua rahasia atau informasi apa pun tentang diriku dengan nyawanya. Ya, sejak ada Kandi, beberapa pekerjaan Rieska hilang dari daftar pekerjaan asisten pribadi. Gadis itu bahkan pernah mengeluh ia merasa tidak enak karena pekerjaannya "terlalu ringan" untuk gaji yang diterimanya.

Alih-alih mengurangi gaji atau jam kerjanya, aku menambah bonus uang yang diterimanya empat kali lipat, hanya dengan konsensus resmi bahwa apa pun yang aku perintahkan padanya atau ia lakukan untukku tidak boleh ia bocorkan pada pihak mana pun, kalau tidak ia akan dianggap melanggar kesepakatan. Tentu saja Rieska menyepakatinya. Tugas utamanya adalah menutup mulut dari komunikasi tidak penting, alias tidak bergunjing dengan siapa pun tentang pekerjaannya untukku.

Kembali ke strategiku melancong bersama kekasihku. Pada hari kedatangan Binar, aku sudah sampai di sana bersama Kandi; bersembunyi tentu saja. Aku yang bersembunyi, karena tentu saja siapa yang bisa melihat Kandi? Selain itu, Kandi sudah memastikan bahwa pojok vila yang dipesankan Rieska aman dari paparazi. Kandi bahkan memastikan akan memperingatkan atau bahkan mengamankanku jika sampai ada paparazi yang lolos mendekati kami.

Aku sangat percaya ia akan melakukannya untukku. Maka, begitu Kandi melihat Binar sudah selesai pemotretan, "pemandu wisata" dan mobil yang kusewa pun menjemput Binar, bahkan menculiknya ketika kekasihku itu sedang menerima teleponku di pinggir pantai. Tak ada satu pun staf dan fotografer atau penjaga vila yang melihat kepergiannya. Apalagi yang memergoki bahwa sesungguhnya "pemandu wisata" yang menjemput Binar adalah aku sendiri yang menyamar dengan mengerahkan semua kreativitas dan skill teatrikalku.

Kharisma sudah memberi tahu mereka, sehingga tidak ada pencarian atas Binar tentu saja; hasilnya adalah beberapa kelompok paparazi yang kebingungan karena tiba-tiba saja Binar menghilang. Yang terjadi sesungguhnya adalah Binar bersamaku, dan kami berdua saja meskipun hanya bisa selama dua hari. Seperti yang Binar inginkan; liburan hanya kami berdua. Bahkan tanpa Kandi. Begitu aku sudah aman berdua saja dengan Binar, kuizinkan Kandi kembali ke Angkak. Karena ia juga sangat menikmati waktu kebersamaannya dengan Langit, Ray, dan Dayu. Kemerdekaan yang sempurna bagiku, bagi Kandi yang sangat kusayangi. Dan kukira bagi Binar juga.

Percobaan satu kali berlibur berdua itu tentu saja membuat kami berdua kecanduan. Binar bahkan tak ingin bertanya padaku bagaimana aku bisa mengaturnya sedemikian rupa sehingga kami bisa merdeka berlibur tanpa khawatir ada foto atau video kami berdua berpelukan menikmati matahari terbenam di atas pasir putih, tanpa harus menutupi wajah kami dengan topi lebar atau kacamata. Betapa menyenangkannya.

Kami kemudian mulai merencanakan banyak liburan berdua lainnya di sela-sela jadwal kami yang nyaris tak berjeda. Terkadang hanya berupa 5 jam bersama, atau 2 jam tidur siang bersama, atau bahkan 30 menit tak terlacak siapa pun; hanya berdua di suatu tempat, yang hanya kami bertiga yang tahu. Aku dan Binar tidak pernah lagi mengeluhkan apa pun, tak ada lagi pertengkaran-pertengkaran tidak penting, atau emosi yang meledak-ledak yang membuat Kharisma hilang akal, atau beradu argumen di depannya hingga perempuan hebat itu membutuhkan anggur merah berbotol-botol.

Aku sangat bersyukur pada Kandi, karena ia yang memungkinkan semua kemustahilan ini terjadi. Tiba-tiba saja Kharisma merasa bahwa kerja sama kami bertiga; Kharisma, aku, dan Binar; menjadi sangat menyenangkan dan sempurna. Mungkin akhir dunia ini masih jauh, karena aku dan Binar terasa sangat jauh dari tanda-tanda kehancuran.