Hasrat selalu saja muncul pada diri Frans. Dia yang tak bisa menghilangkan kebiasaan itu tentu saja berpikiran untuk segera mengakhiri dengan melakukannya.
"Ah cukup lega jika bertambah satu pemuasku, tapi aku rasa harus bermain cantik tentunya."
Kembali menuju ke kantor dan mengharapkan jika pekerjaan yang ada sudah selesai tentunya membuat Frans cukup lega.
"Selamat siang, pak. Ini berkasnya sudah saya kerjakan dan bisa bapak cek terlebih dahulu."
"Okay, saya bakalan cek. Tapi sebelumnya tolong pesankan saya creamy latte panas dan antarkan ke ruangan saya."
"Baik, pak."
Menuju ke ruangan dengan pikiran yang cukup tenang membuat dia jauh lebih nyaman lagi.
Akan tetapi semua yang berada di dalam pekara ini justru tidak berlangsung lama.
Kenyamanan dengan cukup begitu tersusun malah tiba saja mendapatkan kabar tak begitu mengenakan.
'Clunting'
Papi : Frans, hari ini papa akan pulang dari Amerika dan pastikan jika pekerjaanmu dalam waktu dekat selesai semua.
Frans : What, are you sure?
Papi : Tentu, papa benar-benar sudah selesai di sini dan mama kamu sudah sembuh.
Frans : Kira-kira berapa waktu lagi papi sama mami pulang?
Papi : Kamu tidak usah terlalu banyak berbicara dan yang jelas kerjakan semuanya itu, satu lagi mami kamu mengharapkan tidak ada hal kumuh di dalam rumah lagi.
Kabar mengejutkan telah membuat dia tidak nyaman. "Brengsek! Kenapa sih papi sama mami pulangnya cepat? Hem ganggu suasana saja."
'Tok, tok, tok.'
Di tengah perasaan yang tak cukup nyaman tibalah dimana minuman itu datang.
Dengan sedikit perasaan kacau semakin dibuat kesal dan darah tinggi.
"Cuih, apa-apaan kamu ini? Minuman yang saya pesan itu hangat dan bukan panas."
"Maaf pak, maaf saya teledor."
"Tidak, tidak. Tidak ada maaf buat kamu, sekarang kamu itu saya pecat."
"Ampun, pak. Ampun, saya jangan dipecat."
"Tidak ada, tidak ada kata ampun buat kamu. Sekarang, pergi dari sini!"
Sudah menjadi hal biasa jika Frans bergonta-ganti OB. Dengan sebuah kesalahan kecil akan menjadi sangat fatal jika perasaan tidak nyaman telah datang.
"Huh, semua dibuatkan tidak nyaman saja. Jujur semuanya tak buat aku tenang sekarang, bagaimana jika hasrat itu muncul ketika sedang di rumah? Dan terlebih lagi malah ada papi."
Pikiran yang cukup kalut membuat dia justru ingin pergi dari kantor, tetapi tiba saja datang tugas lain yang kian bertambah.
Menjadi seorang anak sultan namun tetap saja sang mami begitu mengharapkan jika anaknya berusaha bertanggung jawab akan semua pekerjaan.
"Ada apa?"
"Hari ini kita ada jadwal buat meeting, kamu bisa?"
"Laaah, aku itu capek dengan semuanya. Tolong deh kamu atur, aku ini benar-benar pusing."
"Sayang, sayang kenapa pusing? Sini aku pijit terlebih dahulu."
Dengan cukup manja telah menjadikan sekretaris itu semakin meliar. Frans yang menikmati justru terangsang.
Terambilkan untuk melakukan sebuah hubungan yang menuruti hasrat malah terjadi lain.
'Tok, tok. Tok.'
Terdengar suara ketukkan pintu ternyata adalah Nia. Frans cukup terkejut akan kedatangan gadis itu membuat juga sekretaris salah tingkah.
"Maaf pak, saya permisi dulu."
"Ya, ya. Sebentar lagi saya akan menyusul."
Sandiwara di hadapan saudara ipar tentu membuat Frans sebenarnya cukup takut.
"Maaf kang, maaf jika aku lancang datang ke sini."
"Sssst jangan bilang kang di kantor, sekarang kamu masuk dulu."
Tangan gadis itu segera ditarik dan diminta untuk duduk di depan meja kantor.
Dengan penuh kelembutan Frans jauh lebih tenang jika bersama Nia.
"Ada apa?"
"Bukan apa sih, pak. Aku ke sini itu sebenarnya tiba saja pengen beli daging tapi katanya teh Hana itu bilang kurang uangnya."
"Oh begitu, ya bisa saja. Kamu butuh berapa? Sejuta, tiga juta, lima juta atau berapa?"
"Astaga, jangan berlebihan pak. Saya hanya butuh daging bukan beli utuh."
"Sudah enggak papa, sebentar saya ambilkan dulu."
Dompet yang berada di jas langsung dikeluarkan. Frans memberikan sejumlah lima juta secara cuma-cuma.
"Kok banyak sekali?"
"Sudah enggak papa ambil saja, sekarang kamu pulang pakai taxi dan satu lagi aku minta kamu jangan bilang siapapun mengenai ini."
Saudara iparnya pun setuju akan apa yang dikatakan oleh Frans dan bahkan juga diantaranya memberikan sebuah kecupan.
Nia yang justru cukup begitu bingung malah membuatkan Frans seketika memberi peringatan.
"Kecupan itu bukan berarti apa-apa, ya saya sudah terbiasa melakukan itu kepada orang yang saya sayangi termasuk keluarga."
Tidak ada perlawanan maupun juga tindakan berlebihan membuat Frans dirasa cukup berhasil.
Mengambilkan hal ini tentu saja tidak ingin dilewatkan. Frans yang usai mengikuti rapat langsung bergegas pulang.
Di rumah dia sama sekali tidak melihat sang istri dan dirasa masih berada di pasar.
"Nia. Nia, Nia!"
Dia telah berteriak namun yang ada dugaannya sangat salah jika sang istri malah tiba saja muncul.
"Sudah pulang? Sini Hana bantu."
"Enggak usah, aku mau langsung mandi dan saudaramu mana?"
"Kenapa mas Frans mencari Nia?"
"Bukan apa, tadi dia datang ke kantorku dan katanya kamu tidak beli daging karena tidak ada uang?"
"Iya benar, lagian Hana juga tidak diizinkan untuk keluar terlalu lama dan terlebih lagi ke kantor."
"Ya sudah sekarang kamu siapkan makan untuk aku dan nanti jika semua sudah siap beritahu aku."
"Iya mas."
"Oh ya satu lagi, mami sama papi sebentar lagi akan pulang."
"Kapan mas?"
"Belum tahu, tapi yang jelas aku begitu ingin kamu mempersiapkan semuanya dan dari segi mana saja."
Frans yang menuju ke kamar malah justru mendapatkan pesan dan siapa sangka jika Cantika sudah menunggu.
'Clunting'
Cantika : Halo, lagi di mana?
Cantika : Aku kangen
Frans : Astaga sayangku, sabar ya. Tapi sepertinya hari ini aku tidak bisa
Cantika : Kenapa? Aku sudah begitu kangen sama kamu
Frans : Hari ini ada acara penting banget dan tidak bisa ditinggal jadi aku minta maaf tidak bisa aku datang untuk bertemu
Laki-laki itu telah berbohong dengan pacarnya. Tetapi yang jelas ada niat terselubung di dalamnya.
"Lagian juga dia sudah tidak besegel, emm ah yang paling penting sekarang aku fokus dulu dengan kedekatan dengan Nia. Lagian siapa sih yang enggak menolak dengan gadis bening itu? Mana masih perawan lagi."
Frans yang penuh akan pengharapan tentu saja mengharapkan jika dia bisa dekat dengan saudara ipar.
"La la la... Frans, Frans. Tubuhmu memang ditakdirkan untuk menjadi kaya maupun juga dapat menikmati tubuh para perempuan dan tentu saja tidak akan ada seorangpun merusak maupun juga menghancurkan kamu. Ha ha ha, sangat puas dan puas. Kalau dikata lagi lebih dari puas, ha ha ha ha."