Chereads / PAWANG WANITA / Chapter 10 - Cubitan Mesra

Chapter 10 - Cubitan Mesra

Mencoba menjerat perempuan yang berada di dekatnya, Frans tak pernah luput mengiming-imingi uang dimiliknya.

Harta yang dianggapnya cukup sepele itu terus saja menawari Nia untuk mau melayaninya.

"Jadi gimana? Kamu mau melayaniku, ya jika kamu mau uang sepuluh juta lagi?"

Tawaran telah diulang-ulang dan bahkan dinaiki dua hingga lima kali lipat sekalipun.

"Maaf, kang. Bukannya Nia menolak tawaran itu, tetapi sekarang Nia capek dan mengantuk. Jadi, maaf kalau aku belum bisa mewujudkannya."

"Ya sudah, ya aku tidak bisa memaksa kamu. Tapi, lain waktu jika tidak capek ya bisalah ya?"

"Iya, kang. Ya sudah, kang. Nia mau jemput teh Hana."

Dengan mata melotot andalannya, Frans tak mengizinkan saudara ipar pergi sendirian.

"E e eh, siapa yang mengajari kamu? Kamu mau menjemput Hana? Tidak, tidak boleh."

"Kenapa, kang Frans? Lagian juga teh Hana kasihan, ya dia sudah jalan masak iya dua kali jalannya?"

"Kamu memang baik Nia, tetapi kamu jangan mau ikutan bodoh sama dengan teteh kamu. Sekarang kamu kan capek, ya biar saja tetehmu itu menanggung apa yang dia lakukan."

Membujuk dengan cara yang salah membuat Frans mengambil kesempatan.

Dia yang bersikap peduli dengan Nia tentu beranggapan jika sauadra ipar mau diambil hatinya.

"Tapi, kenapa akang tidak mengizinkan Nia pergi?"

"Jawabannya tetap sama, kamu itu capek dan butuh istirahat. Masalah Hana biar saja, sudah sekarang kamu tidur ya? Hoam, aku juga mau segera tidur."

Dengan cukup mudahnya Nia mengikuti akan apa dikatakan oleh Frans.

Naik menuju tangga untuk segera istirahat tiba saja Hana sudah tiba di rumah.

Hujan cukup deras bahkan juga terlihat tubuh menggigil membuat Frans biasa saja.

"Mas, aku mau minta tolong ambilkan baju aku ya? Aku dingin."

Frans memilihkan untuk masuk ke dalam kamar dan mengurus dirinya sendiri.

Disusul dengan sang istri berganti baju dan ikut di ranjang membuat Frans seketika memejamkan mata.

Bepura-pura terlelap cepat, ia sama sekali tidak ingin berkutat dalam begitu banyak pertanyaan.

Bermula dengan tatapan wajah Hana, seketika dibuat berpaling dan terbukalah matanya.

"Aku tahu mas, aku tahu kamu belum bisa tidur. Mas, aku tidak tahu apa yang kamu lakukan tadi di kantor. Tapi, kamu sudah kelewatan keluar malam-malam dan terlebih lagi dengan saudara ipar kamu."

Mendengar ucapan sang istri tidak membuatnya bungkam dan memilih berandai-andai sendiri.

"(Andai saja waktu bisa diputar lagi, ya aku memilih Nia daripada Hana. Dia itu udah bodoh masih aja makin bodoh, andai saja bisa tukar tambah istri gitu bakalan aku lakuin.)"

Suasana pun seketika menjadi sepi. Frans yang terlelap itu ditinggalkan Hana mengurus rumah.

Waktu yang kian bergerak cepat dan Frans masih berada di ranjang seketika dibuatkan terbangun.

Alarm di ponsel Hana telah berbunyi. Volume yang terlupa dikceilkan oleh sang istri membuat Frans seketika bangun dan melempar ke arah pintu.

"Bangsat, ganggu orang tidur saja!" Kesal Frans dan melempar ponsel.

"Aduh."

Terdengar suara orang kesakitan membuat Frans bangun dari ranjang.

"E eh kamu Nia, sejak kapan kamu berdiri di situ?"

"Anu kang, sarapannya sudah siap? Aduh sakit."

Kemanjaan seorang gadis membuat Frans seketika menghampirinya.

Terlihat akan apa yang dilakukan olehnya membuat kepala Nia memerah dan pusing.

"Aduh kamu pusing ya, Nia? Maaf kalau akang melempar HP tadi tidak lihat-lihat, sekarang kita keluar pelan-pelan dan biarkan akang obatin."

Mengambil sebuah kesempatan dengan mendekap perempuan dan memberikan perhatian kecil diperlihatkan ke arah Hana.

Sang istri hanya menunduk membuat Frans pun juga marah tidak jelas.

"Gara-gara kamu tidak menurunkan volume alarm, lihat ini? Kepala adik kamu jadi luka, sekarang ambilkan kotak obat."

"Iya, mas."

Tangan kekar itu berubah menjadi cukup lemas ketika menyentuh wajah maupun jidat Nia.

Sedikit rintihan kesakitan pada gadis yang menjadi korban lemparan HP membuat Frans fokusnya berbeda.

"Ulu, uluuu. Sakit ya? Sini aku tiup pelan-pelan deh ya? Makanya lain kali kalau masuk ke kamar orang ketuk dulu ya?"

"Maaf kang, maaf banget kalau aku sembarangan masuk."

"(Gila, mukanya aja lembut begini. Gimana dengan dalamnya ya? Ha ha.)"

Dibuatkan cukup terangsang malah membuat Frans seketika mundur disaat istrinya datang.

Hana yang mengobati luka itu membuat Frans malah melamun kacau.

Hasratnya naik, tetapi dia tidak mungkin memperlihatkan kepada Hana yang jelas-jelas saja enggan disentuh.

Menghindari akan apa yang dirasakan dipilihkan untuk mengambil tas di kamar.

"Aku ini apa sih? Gila banget deh, masak iya dikit-dikit begini? Ahh mana itu Hana ganggu saja, tahu gitu pasti sudah aku sentuh miliknya."

Wajah yang dikeluarkan cukup asam. Dia hendak menuju ke kantor kali ini malah justru hanya berpamit dengan saudra ipar.

Melewatkan sarapan pagi tentu kebiasaan Frans ketika marah.

"Oh iya lupa mobil habis bensin, ah brengsek semua. Sekali saja enggak ada masalah gimana sih?"

Kesal akan keteledorannya sendiri telah dipilih untuk memanggil anak buah di kantor segera menjemput.

Alih-alih akan apa yang ada pun juga dia meminta pekerjanya untuk mengurus mobilnya sekaligus memodifikasi agar semakin keren.

Tiba di kantor, sekeretaris pribadi sudah menanti di dalam ruangan.

Apel pagi dengan sebuah kecupan pipi kiri dan pipi kanan selalu dilontarkan sekretaris itu kepada Frans.

"Sayang, uangku sudah habis. Hari ini kamu kasih aku lagikan?"

"Habis? Astaga, buat apa saja sih? Padahal kemarin itu sangat banyak loh."

"Ihh kok gitu? Sejak kapan sih kamu jadi perhitungan begini sama aku, apa jangan-jangan kamu sudah punya cewek lain ya? Ayo ngaku!"

Sekretaris itu sangat kesal akan sikap Frans yang berubah, tetapi laki-laki hidung belang akan selalu berkelit jika ada perempuan yang mengetahui persembunyiannya.

"Enggaklah, aku tidak mungkin selingkuh dari kamu. Ya lagian juga aku belum dapat transferan dari papi, jadi kamu sabar dulu ya?"

"A ah sayang, kalau begitu pakai uang kantor saja dulu. Lagian juga papi kamu tidak tahu kalau kamu pakai uang itu dulu, ya nanti aku bantu atur. Ya sayang ya?"

Bingung akan masalah ini tentu menjadikan Frans juga tidak ingin merogoh kantongnya lagi.

Di samping hanya memanfaatkan sang sekretaris untuk mengerjakan beberapa tugas bukan berarti hati tertancap padanya.

"Maaf sayangku, ya coba aku pikirkan dulu akan maunya kamu. Tapi sekarang aku ingin segera mengerjakan tugas, oh ya aku sudah kirim e-mail kamu untuk beberapa laporan bisa sgera kamu tuntaskan dan hari ini apa agendaku?"

Sekretaris itu marah dan mencubit hidung Frans dengan mesra.

"Dasar pelit sekarang, awas saja nanti kalau kamu merayu aku. Bakalan aku rantai!"