Matanya masih cukup begitu terpejam, diantara datangnya sebuah bunga tidur membuat semakin lelap semakin dalam.
Frans yang sedang bermimpi pada masa lalunya telah dikejar-kejar dengan seorang yang dirasanya tak layak dijadikan pacar.
Seorang playboy sepertinya memang begitu banyak perempuan dipacari, akan tetapi ada salah satu diantaranya enggan diterima.
(Dalam mimpi)
"(Sumpah ini cewek bikin gedeg aja, udah tahu wajahnya jelek dan belum juga culun. Aku itu malas punya pacar kek gitu.)"
Dengan ketidak sengajaan juga Frans telah bersin membuat persembunyiannya takut diketahui gadis culun itu.
Sebuah pengharapan tentunya hadir tepat di mana gadis itu telah berdiri diantara persembunyian laki-laki yang cukup dibuatkan ifill.
(Kembali di alam sadar)
'Tok, tok, tok.'
Terdengar dari luar suara ketukkan pintu yang terus saja berbunyi membuat Frans seketika terkejut.
Dia yang baru saja bermimpi itu dibuatkan tebangun dari tidurnya.
Hatinya sebenarnya cukup marah karena lelahnya hari tu membuat ia hingga ketiduran.
"Bangke, siapa sih ganggu aja?"
Bangun dan mengucek kedua matanya. "Iya masuk!" Sambung Frans.
Semua malah membuatkan sama sekali tidak ada satu orang masuk. Ia pun menegok waktu sudah menunjukkan pukul empat sore.
Hadirnya sang waktu sudah begitu mendekati senja tentu Frans ingin segera pulang.
"Loh, kalian belum pulang semuanya? Bukannya ini sudah waktu balik ya?"
"Iya, pak. Tapi kami masih menunggu kedatangan tamu besar." Jawab salah satu diantara karyawan.
Hati telah dibuatkan cukup penasaran dan bahkan Frans yang menyerah ingin segera kembali justru kembali terdiam di kantor.
Bertahan cukup lama di dalam ruangan dingin dan juga dibuatkan sangat lelah dia pun mencoba membuka situs dewasa.
Tidak mengerti harus melakukan kegiatan apa malah seketika sedang asyik menikmati apa yang menjadi asupan tontonan di mata, maminya malah justru mendadak menghubungi yang langsung membuatkan laptop itu ditutup.
(Percakapan di Video Call)
Mami : Frans, kenapa angkatnya lama?
Frans : Apaan sih, mam? Aku itu capek tahu, lagian aku juga bukan anak kecil yang terus diatur
Mami : Bukannya begitu, tapi jika penting gimana? Dasar anak!
Frans : Iya, iya. Ada apa?
Mami : Bukan apa-apa, tapi kamu di mana sekarang? Mana istrimu?
Frans : Aku masih di kantor, istri ya jelas di rumah lah. Enggak mungkin juga aku bawa si tengil
Mami : Frans, jaga bicaramu itu. Oh iya juga sih, kata papi ada tamu kebesaran datang ke kantor. Lagian kamu di mana sih kala itu? Sempat-sempatnya HRD langsung telepon papi
Frans : Kalau mami VC hanya untuk ngedumel saja sumpah aku males banget, aku itu banyak pekerjaan lainnya yang harus aku kerjakan
Kesal yang tidak tanggung-tanggung itu ditambahkan sekalian oleh papinya secara tiba-tiba menyela.
Papinya meminta Frans segera memberikan cucu seketika membuat pria muda itu sebal.
(Lanjutan percakapan Video Call)
Papi : Kamu itu sudah berumur, lagian juga kenapa sih menunda punya anak?
Mami : Benar itu, kamu harus segera punya anak
Frans : Kalian itu apa-apaan sih? Aku itu enggak suka anak kecil, jadi jangan paksa aku untuk buat anak
Papi : Kok apa-apaan sih? Kamu itu enggak mikir apa ya, apa jangan-jangan kamu meragukan istrimu?
Mami : Sudah, pokoknya mami sama papi minta kamu segera berikan kami cucu. Kalau tidak ya tahu sendiri
Percakapan di video call itu pun seketika mati. Frans yang ingin membanting ponsel malah dibuatkan teringat jika akan ada tamu kebesaran.
"Asuu, kenapa sih dunia ini enggak bikin nyaman? Sudah tahu kalau akhir ini aku sedang enggak mau bahas tentang si istri tolol itu, eh malah ini mami sama papi ikut-ikut ngancem minta cucu. Emang ajang crot gampang apa? Gila."
Baru saja berhenti berbicara sendiri malah dibuatkan membaca pesan menambah Frans menggenggamkan kedua tangan lalu memukul keras ke arah meja kantor.
'Clunting'
Mami : Ya kamu tahu Frans, mami sama papi itu hanya mengharapkan kamu satu-satunya penerus keluarga
Mami : Ya tidak mungkin juga kamu berhenti, menjadi penerus generasi tentunya diperlukan untuk masa depan kamu
Frans : Mi, Frans itu lagi malas bahas beginian. Tahu enggak? Kalau masalah generasi atau anak bisakan beli
Mami : Frans! Uang itu memang segalanya di mata kita, tetapi tidak semuanya digunakan dengan hal yang tidak berguna
Mami : Anak itu titipan, ya seharusnya kamu tidak sembarangan bicara seperti itu
"Terserah kalian, aku itu cukup malas akan ini. Apa kalian tidak sadar jika kalian begini buat aku gila? Dah lah, malas debat sama orang tua mending aku nonton lagi."
Melanjutkan menonton sebuah video di website yang terkenal merangsang membuat Frans semakin tak karuan.
Hadirnya sebuah kekesalan yang tak berujung membawanya justru semakin mendalami marahnya.
"Bangsat, gara-gara mami sama papi VC bahas ini ono dan kantor katanya ada tamu kebesaran malah membuat aku tidak fokus akan tontonannku sendiri."
Mematikan laptop dan menuju ke sebuah pantrie untuk meneguk minuman yang telah habis di ruangannya.
Cangkir mug berwarna putih andalan Frans itu pun seketika membuat kopi dingin sendiri.
Dia pun juga teringat bahwa di kantor sudah tidak ada OB. Frans yang belum lama itu memecat karyawan membuatnya serba sendiri sekarang.
Rasa lelah yang menghampiri malah mencoba memberitahu rekan lainnya untuk segera mencari OB penganti malah datangnya berbeda.
"OB sudah tidak ada ya? Saya lupa jia sudah saya pecat, tapi saya tidak mau tahu besok pagi harus ada OB."
"Maaf pak Frans, saya sudah membicarakan ini kepada papinya pak Frans."
"Terus tanggapannya gimana? Ya pasti papi minta OB barukan? Ya makanya itu aku minta OB baru."
"Bukan, bukan begitu pak Frans. Ya papinya pak Frans malah sebaliknya."
"Hah maksudnya gimana ini? Buruan."
"Jadi, papinya pak Frans meminta kami untuk menyampaikan ke bapak jika kita harus mandiri di kantor."
"Mandiri? Mandiri kepalamu, ya kalau mandiri untuk karyawan mah enggak masalah. Tapi ini anak sultan loh? Jangan macam-macam."
"Maaf pak, tapi ini sudah menjadi perintah sendiri dari papinya bapak. Jadi, kita semuanya hanya mengikuti akan perintah saja."
"Sumpah papi kerterlaluan banget jadi orang tua. Papi itu sultan, eh malah minta anaknya yang sultan suruh mandiri. Ogahlah, siapa yang mau jadi anak mandiri? Lagian juga setahuku sultan itu diperlakukan seperti raja dan bukan malah seperti budak."
Kembali kesal akan apa yang dilakukan papinya sudah dianggap sangat keterlaluan, Frans itu pun membanting minumannya sendiri.
"Maaf, pak. Kalau bapak menuangkan atau mengotori tempat ini, ya otomatis bapak sendiri yang harus membersihkannya."
"What, apa kamu yakin dengan apa yang kamu katakan itu tadi?"