Chereads / PAWANG WANITA / Chapter 12 - Dibuat Cukup Gila

Chapter 12 - Dibuat Cukup Gila

Memberi sebuah kejutan kecil kepada wanita yang dirasa bisa dimanfaatkan tentu hal mudah bagi Frans.

Mawar yang menerima suprise dari Frans merasa jika yang diberikan ialah cincin permata.

"Ayo buka saja." Pinta Frans.

Disaat membuka kotak kecil malah terdengar ada suara sirine di sekitaran mereka sedang berhenti.

Terburu-buru akan pergi dari sana membuat mereka pun juga bergegas membenarkan apa yang sudah terbuka.

Frans buru-buru mengemudikan mobil lagi dan mereka yang berhasil lolos membuat ini semua justru seperti permainan.

"Ha ha ha, ini permainan macam apa ya? Seharusnya itu aku menunjukkan kartu identitasku, ya bilang saja kamu istriku. Tapi, ha ha aku malah cupu."

"Sudahlah Frans, tidak masalah. Lagian juga mungkin hasrat kamu masih terselubuh jadi tidak bisa berpikir sejauh itu. Ya sudah sekarang antarkan aku ke apartemen."

Frans merasa semuan sudah tercapai hasratnya terlepas. Dia juga berpikiran bahwa hal ini belum cukup juga.

Setelah memiliki acara melepas hasrat dengan Mawar, ia pun kepikiran satu wanita yang juga sangat biasa memuaskan lagi.

Perempuan pekerja di bar waktu lalu sudah disewanya, Frans yang memiliki kontak nomernya pun menghubunginya.

"Halo, lagi di mana? Iya ini aku lagi free saja, siap tenang saja semua aman terkendalikan. Kamu mau ke mana? Sip, aku ke sana."

Menjemput perempuan satunya tentu semua akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk Frans.

Ketika dalam perjalanan untuk menjemput perempuan itu, tanpa sengaja dia seketika mengerem kendaraan cukup gesit.

Salah seorang anak kecil telah berlari di jalanan disaat mobilnya melintas. Frans memang hanya tinggal beberapa meter saja sudah cukup berisiko.

"Mampus, bisa saja itu bocah kelindas tadi. Untung saja lima meter aku sudah berhenti."

Dia yang membuka kaca mobil itu pun marah-marah tidak jelas ke anak kecil yang hendak ditabraknya.

"Woy bocah, kalau jalan itu lihat kiri kanan dong. Kalau sampai mobilku lecet kena darah lo macam mana?"

"Maaf, om. Maaf aku tidak sengaja."

"Sudah sono, ganggu aja!"

Kembali melanjutkan perjalanan membuat jantung Frans masih berdegup cukup kencang.

Cantika nama perempuan di bar waktu lalu itu pun sudah dibuatkan cukup menunggu.

Di persimpangan jalan tempat dimana mereka sudah berjanjian pun dijadikan segera.

Wanita yang cukup memuaskan penampilan luar dalamnya tak hanya malam lalu saja, akan tetapi Frans yang sejenak menghentikan mobil dan memberikan tumpangan dia sudah mendapatkan kepuasan.

"Bebeb sayang, gimana kabar kamu sayang?" Tanya Frans yang juga melepaskan terkejutnya tadi.

"Kabarku cukup baik."

Dibalaskan semuanya pun juga memberikan kecupan yang cukup lama di bibir.

Frans yang terbawa akan suasana kecupan itu memberikan lumattan cukup hangat kepada Cantika.

Kedua lidah yang berdansa di dalam seketika digigit oleh Cantika dengan cukup kuat.

"Duh, sakit."

"Ha ha ha, maaf habis udah enggak sabar."

Karena Frans yang hampir menabrak anak kecil enggan bercerita sejujurnya akan apa yang terjadi., membuatkan Cantika cukup lama menuggu di pinggir jalan.

Keromantisan yang tidak berhenti di sana membuat Frans seketika membalas dengan mengecup kedua gundukkan kembar tepat di depan matanya.

"Bebeb sayang, hey. Ingat ini jalan raya bukan di tempat khusus kita, ya aku tidak mau kalau ketahuan banyak orang."

"Iya, maaf. Ya sudah buka selakang kamu dan turunkan CD kamu."

"Buat apa? Kamu mau main sambil nyetir?"

"Iya aku mau ngobok-obok punyamu sambil nyetir."

"Oke bebeb sayang, jangan dalam-dalam ya?"

Mengendari kendaraan dengan cukup begitu sedang, dinikmatilah tangan kiri yang menyentuh lobang rambut berbulu itu.

Sembari mendengarkan alunan musik bergenre remix semakin menambahkan daya tarik tersendiri bagi keduanya.

"A a aw sayang."

Lirihan manja perempuan itu semakin membuat tangan Frans menggerayah lebih jauh.

Bibir lobangan berbulu lembut yang sudah cukup becek seketika semakin dibuatkan terangsang oleh Frans sendiri.

"Buka, buka resletingku sayang."

"Iya, aku buka ini aku kulum sekalian ya?"

"Ah ah Cantika, kurang lebih dalam. Ah ah ah ah."

Entah siapa yang lebih dulu memulai malah menjadikan Frans sudah keluar cukup banyak di mulut Cantika.

Merasa semuanya dibuatkan kurang puas dipilihkan untuk menyewa hotel berapa jam saja.

"Kita pokoknya harus jadi hari ini, aku mau lobang punyamu semakin terbuka lebar karena batangku."

"Iya aku juga sudah tidak sabar sayang."

Melaju menuju ke sebuah hotel disewalah tempat itu dan siapa sangka jika di sana berpas-pasan dengan seorang yang begitu mirip akan masa lalunya.

"Mampus, itu kan?"

"Ada apa sayang?" Tanya Cantika dengan penuh kebingungan.

"Bukan apa, oh iya kita jangan di hotel ini ya?"

"Loh kenapa? Aku suka di sini sayang, suasana sejuk dan nyaman pokoknya aku suka."

"(Itu mirip dan bukan hanya mirip, ya mungkin memang dia.) Em, sayang yang check ini kamu ya? Aku mau terima telepon dulu."

"Dari siapa emangnya?"

"Orang kantor, ya takutnya nanti mereka bicara yang tidak-tidak. Sudah kamu masuk dulu saja, ya nanti kabarin kita di kamar berapa. Ini kartuku."

Diserahkanlah kartu ATM milik Frans kepada perempuan itu, tetapi dia sendiri masih dibuat penasaran dengan perempuan yang mirip akan apa dipikirannya.

Kembali menuju ke lantai bawah dengan dipastikannya malah justru sudah tidak ada orang.

"Aku yakin tadi itu dia, tapi sekarang di mana ya? Masak iya dia sudah kembali?"

'Clunting'

Terdengar sebuah suara pesan di ponsel membuat Frans pun juga menghindar dari tempat tersebut.

Papi : Frans, lagi di mana kamu?

Frans : Lagi di kantor. Ada apa?

Papi : Kamu yakin ada di kantor?

Frans : Yakin, ya malah sangat yakin

Papi : (Gambar ruangan kerja Frans)

Papi : Lihat siapa yang ada di sana?

Melihat akan foto ruangan kerja miliknya tentu membuat hati Frans sangat panik.

Dia yang hendak masuk ke dalam hotel menyusul Cantika malah dibuatkan panik kembali.

Dengan bergegas menuju ke mobil dan hendak menuju kembali ke kantor dia justru terjebak macet.

"Mampus, papi sudah pulang dari Amerika. Tidak, tidak boleh dibiarkan ini terjadi. Baru saja aku menikmati ini, ya kali diambil alih lagi."

'Pim, pim, pim' Suara klakson mobil Frans.

Membuatkan ini samua cukup gila tentu dia berusaha menghubungi sang sekretaris yang bisa dipercayai.

Panggilan yang sudah kelima kalinya sama sekali tidak terangkat dan berusaha menghubungi telepon kantor.

"Bangsat, bangsat. Kenapa kamu malah ikutan error sih? HP bangsat, kelihatannya aja mahal tapi aslinya bobrok kayak otak gue."

Kesal, takut semua ada di dalam diri Frans. Situasi itu membuatnya cukup benar-benar gila, dia yang tidak ingin lepas dari kenikmatan yang sudah dimulai malah terbuang sia-sia ketika kedatangan orang tuanya.