Chereads / PAWANG WANITA / Chapter 4 - Kacau

Chapter 4 - Kacau

Tawar menawar yang dilakukan oleh keduanya itu tentu membuatkan Frans tak mau rugi banyak namun barang tetap dia dapat.

Frans yang berpura-pura untuk menaikkan tarif langsung menyetujuinya dan perempuan bersamanya it pun mengikuti kesepakatan.

"Aku bisa saja menaiki tarif per minggunya, tetapi aku juga minta jatah lebih dari beberapa waktu dan satu lagi harus mengikuti apa yang aku mau. Gimana?"

"Oke, enggak masalah mas. Tapi benar ya jika mengenai tarif bakalan naik?"

"Iya, aku bisa menaikkan lima puluh sampai seratus persen sekaligus."

Tawar menawar yang telah usai, dilanjutkan dengan sesegeranya sarapan dan mengantar perempuan itu menuju ke salon.

Frans yang tentunya sudah mendapatkan kesempatan bersama dengan Cantika walau sejenak itu sudah dirasa dimanfaatkan betul.

"(Hem, kesempatan ini sudah aku dapatkan dan tentunya nikmat sekali aku memanfaatkan situasi pagi ini. Tinggal yang lain menikmati miliknya, ha ha ha.)"

Menuju ke sebuah salon yang tentunya tidak jauh dari sana membuat Frans memperlakukan khusus ke perempuan itu.

Pintu mobil yang dibukakan telah disengajakan. Cantika yang merasa dirinya dimuliakan itu pun hanya tersenyum dan memperlakukan kemanjaan.

Menggandeng perempuan dengan cukup romantis membuat para wanita yang di salon justru dibikin iri.

"Kamu benar mengantarkan aku di sini, mas Frans sayang?"

"Iya, kenapa? Apa kurang bagus? Ya biar aku carikan yang lebih istimewa."

"Tidak, tidak apa. Ya di sini cukup begitu istimewa."

Ketika mereka berdua masuk ke dalam suasana bertambah kuat. Perempuan-perempuan yang mengantri itu telah meremas tangannya dan dengan seakan begitu ingin jika Frans menjadi teman mesranya.

"Oh iya sayang, nanti kamu pulang sendiri dulu ya? Soalnya aku ada meeting dengan client asing."

"Iya mas Frans sayang, aku akan menuruti apa yang kamu katakan."

Dengan bergegas menuju ke kantor tentu membuat Frans tidak lupa membawa sebuket bunga untuk sekretaris cantik dan bohai.

Kehidupan Frans yang dipenuhi akan kepuasan-kepuasan itu lah membuatnya begitu ingin jika istrinya mau bersetubuh dengan dirinya, akan tetapi apa adanya justru tak ia dapatkan dan bahkan juga dari kekayaan sang istri tidak sebandingkan dengan dimilikinya saat ini.

'Clunting'

Baru saja tiba di basemant kantor dia mendapatkan pesan dari istri.

Perasaannya cukup begitu eneg dan bahkan pesan yang dua kali masuk tak sedikitnya memiliki niat untuk dibalas.

"Sumpah demi apapun aku sama sekali tidak mau pulang dengan bertemu perempuan tidak jelas itu, aku sama sekali tak tertarik dengan pesonanya ketika dia tidak cukup berani memberanikan tubuhnya untukku. Buat apa menikah dengan perempuan seperti itu? Bangsat!"

Marah tidak jelas membuat Frans malah semakin sengaja mematikan nada dering meniadi silent.

Masuk ke dalam ruangan kerja seperti biasa dia sudah disambut oleh sekretaris bohai.

Dengan penuh kenikmatan sana-sini membuat Frans tentu saja menganggap dunianya begitu banyak surga mengiringinya.

Kecup kanan kecup kiri dan tentunya kecup bagian dua gundukkan kembar membuat Frans semakin meliar.

"Tunggu!"

"Ada apa?"

"Frans, kamu jangan melakukan itu dulu."

"Kenapa, apa kamu sudah tidak nyaman dengan apa yang aku kasih sekarang?"

"Bukan begitu Frans, tetapi di toilet ada istri kamu. Ya aku tidak mau jika dia tahu, sudah bunga kamu diterima dengan hangat. Sekarang aku mau kerja dulu dan pastinya aku mencintai kamu."

Gairah sudah meningkat itu telah berubah lagi. Frans cukup kesal dan bahkan wajahnya ditekuk jelek.

Istrinya benar telah datang dan bahkan langsung duduk di kursi seakan ingin berbicara empat mata.

Frans yang kesal itu tidak ingin omongan panjang dan membuat sang istri langsung pada poin penting.

"Aku sama sekali tidak ingin kamu berlama-lama mengganggu jam kerja kantorku, ya kamu sudah tahu akan apa yang seharusnya kamu lakukan."

"Iya mamas, aku tahu. Aku sudah menghubungi kamu dan kata sekretarismu ada urusan di luar."

"To the point saja, aku malas mendengar panjang."

"Jadi saudara perempuan aku datang di kota kira-kira dua jam lagi, boleh jika dia tinggal di rumah kita? Kasihan dia juga belum memiliki pekerjaan, orang tua juga sakit di rumah dan lagian...."

Belum juga kelar berbicara telah dihentikan oleh Frans.

"Stop! Mengenai itu aku sama sekali tidak bisa. Aku sama sekali tidak mau berurusan dengan keluarga kamu, kamu juga tahu kalau aku menikahimu dulu hanya ingin tubuhmu dan permintaan agar perusahaan jadi milikku."

Sang istri telah berusaha untuk memberikan yang terbaik buat keluarganya, akan tetapi dia sendiri juga tak bisa berkutik jika keputusan ada pada Frans.

Pembicaraan telah selesai membuat Frans meminta sang istri untuk segera pergi dari tempat kerjanya dan juga diantaranya tidak ingin diganggu lagi.

"Kalau sudah tidak ada yang dibicarakan kamu lebih baik pulang, satu lagi awas saja jika kamu membicarakan ini kepada orang tuaku."

Istrinya benar-benar pergi meninggalkan kantor dan dia merasa jika dia telah terganggu.

Sendirian di kantor dan mengerjakan tugas-tugas tentu tak membuat dia lupa.

Sebagai CEO di perusahaan elite milik orang tuanya tentu membuat Frans pun bertanggung jawab penuh.

Sifat buruk mengenai perselingkuhan yang kerap sekali menjadi kawannya justru tak membuat dia melepaskan tanggung jawab.

"Hem, ada aja masalah ini dan itu. Ya kali kalau si Hana mau memberikan tubuhnya tidak akan mungkin jika aku melakukannya, huh mana ditambah saudara perempuannya mau ke sini. Nambah beban iya, bangsat!"

Membuka laptop dengan segudang pekerjaan perlahan diselesaikan oleh Frans dan seketika itu juga sang sekretaris datang lagi.

Kedatangan sekretaris itu tentu membuatkan Frans memanfaatkan situasi sekecil apapun juga.

Dia yang mengupah dua kali lipat gaji sekeretaris dan diluar lagi menambah upah membuat Frans ingin jika sekretaris itu melakukan apa yang disuruh.

"Frans sayang kenapa? Uuuu, kok muram begitu?"

"Aku itu capek dan lemas banget karena habis refreshing, bisa enggak kalau kamu kerjakan ini semua? Aku capek sayang, aku kan baru pulang. Masak iya kamu tega lihat aku capek malah mengerjakan ini."

"Iya, iya. Aku bakalan kerjakan semuanya, ya kalau perlu sih lembur aku pasti selesaikan. Asal...."

"Iya aku bakalan kasih semua yang kamu minta seperti biasanya, akan tetapi aku minta kamu kerjakan dulu ya aku mau keluar sebentar nanti bakal balik lagi."

Dengan cukup percayanya sekeretaris melakukan apa yang dikata oleh Frans.

Laki-laki itu pun telah pergi dari kantor dan dirasakan nafas cukup begitu lega.

"Akhirnya aku bernafas lega lagi, sumpah aku sumpek banget di kantor dengan bejibun omongan yang tidak jelas. Ah lebih baik sekarang aku di cafe dulu sebelah kantor untuk menenangkan pikiran yang selalu saja buat kacau."