Selesai menjemput Enza aku menuju rumah ibu hanya sekedar mampir kebetulan sekolah Enza dekat dengan rumah ibu.
"Assalamu'alaykum" Enza mengucap salam pintu dalam keadaan terbuka
"apa ibu sakit" batinku
"Kok sepi ma? apa kita masuk aja"
"yaudah kita kedalam aja sayang mungkin nenek lagi di belakang makanya gak denger kita panggil" kita langsung masuk kedalam kulihat kamar ibu dan ia tidak ada di dalam apa lagi dibelakang
"Nenek" teriak Enza memanggil saat kami sampai di taman belakang terlihat ibu sedang asyik mengobrol dengan seorang lelaki, "siapa apa teman Riki" aku bertanya dalam hati.
Ibuku tinggal dengan adik lelakiku dan ada ART juga karena keadaan ibu sudah tak lagi muda jadi kuputuskan untuk mempekerjakan ART untuk membantunya, seharusnya Riki sudah waktunya menikah biar ibu ada yang menemani tapi ia selalu saja menghindar jika kami menyuruhnya menikah dengan alasan masih belum ketemu yang cocok.
"Nenek, tadi aku teriak nyari nenek ternyata dibelakang" keluh Enza
"Cucu nenek.. baru pulang sekolah? kok tumben kesini kangen ya sama nenek" Ibu bangkit dan memeluk Enza
"Ibu gimana keadaan ibu apa masih ada yang dikeluhkan?" aku menyalami ibu dan menanyakan keadaan nya
"Ibu sehat Ra, gimana suamimu sehat kan?"
iya ibu menyayangi Mas Arfan seperti anaknya sendiri
"Iya bu.. ibu sendirian dirumah. Riki mana?"
"Enggak ini ada temannya Riki dia yang nemenin ibu, Riki lagi ada keperluan sebentar paling gak lama juga pulang"
"Saya Nayra kakaknya Riki"aku memperkenalkan diri dan mengulurkan tanganku,loh tapi kok aku kayak pernah ketemu dia, wajahnya gak asing tapi dimana ya
"Saya Devan temennya Riki" ia menjabat tanganku
"Enza salim dulu sama om" titahku pada Enza
"Adek cantik,namanya siapa?"
"Queenza om tapi dipanggilnya Enza"
"Enza sudah kelas berapa?"
Devan berbincang dengan enza dan terlihat akrab, mereka asyik mengobrol ibu juga ikut nibrung. Aku pergi ke ruang tengah rencanaku ingin mengirim foto mesra Mas Arfan biar ia tau kalau aku sudah mengetahui perselingkuhan nya dan bagaimana reaksinya.
Tak lama setelah pesanku dibacanya ia meneleponku " Cepat sekali padahal belum juga 5 menit"b
"Halo" sapaku seperti biasa
"Nayra aku bisa jelasin semuanya itu gak seperti yang kamu kira,kamu salah paham" ucapnya panjang lebar, Sudah kuduga maling mana ada yang mau ngaku meskipun ia ketangkap basah juga akan mengelak dasar lelaki buaya
"Apanya yang mau dijelasin Mas ini semua sudah jelas,kita bahas nanti saja dirumah aku tunggu kamu pulang kerja aku masih dirumah ibu"
"Tapi ra tunggu kamu salah faham aku gak mungkin seperti itu"
Segera kuahiri panggilan secara sepihak
"Udah lama disini?" Riki tiba-tiba datang dan bertanya padaku membuatku kaget saja
"Enggak baru sampek,darimana kamu?"
"Oh ini habis dari apotik beli obat "
"Ibu masih sakit?"
"Udah agak mendingan"
"Rik,sebaiknya kamu segera menikah biar ibu ada yang nemenin, Mbak juga gak bisa sepenuhnya ngerawat ibu"
"Iya aku ngerti mbak tapi maaf untuk pernikahan aku belum siap"
"Kenapa masih belum ketemu yang pas?"
"Bukan,hidup rumah tangga itu gak seperti waktu pacaran bisa putus nyambung seenaknya aja kalau udah nikah aku mau cukup sekali saja seumur hidup,aku takut kalau salah pilih mbak" Riki berkata jujur tentang alasan yang sebenarnya mengapa ia tak kunjung menikah
"Yaudah itu terserah kamu,kalau memang itu yang terbaik menurut kamu mbak hanya bisa do'ain biar kamu cepet ketemu jodohnya"
"Amin makasih mbak,oh ya Enza mana kok gak kelihatan?" Riki baru menyadari kalau aku sendirian
"Ada dibelakang sama nenek ada temen kamu juga"
"Aku nyusul dulu"
Aku hanya menganggukan kepala
mumpung Enza ada yang nemenin aku tinggal ia tidur semalam gak bisa tidur nyenyak karena kepikiran Mas Arfan terus
"Loh kok udah gelap" kulihat jendela disebelah tempat tidur yang tak lagi terlihat cahaya matahari. Aku segera bangun dan mencari Enza, astaga gimana kalau dia gak makan, iya dia susah sekali soal makanan selalu pilih-pilih
"Mama" panggil Enza kulihat ia sedang makan dan sudah berganti baju,siapa yang mandiin apa mungkin Ibu atau Riki
"Sayang maaf mama kecapekan jadi tidurnya pulas banget sampe lupa,Enza sudah mandi?"
"Sudah ma, udah wangi nih mama cium "
Aku mencium pipinya tercium aroma shampo yang biasa ia pakai
"Iya princess mama udah wangi,lagi makan sama apa sayang?" Kulihat ia sedang asyik menikmati makanannya
"Oh ini tadi Om ganteng yang masak ma tadi juga mandi sama Om ganteng" Siapa yang dimaksud Enza apa teman nya Riki, sejak kapan dia jadi mudah akrab sama orang baru
"Om ganteng temen nya Om Riki?" tanyaku memastikan
"Iya ma,mama mau juga enak kok ma kayak masakan mama" oh ya jadi dia pintar masak juga dong
"Gak sayang makan aja mama mau mandi dulu"
Saat aku mandi terdengar ponselku yang terus berdering apa mungkin Mas Arfan mungkin saja ia sudah sampai dirumah, selesai mandi kulihat layar dan benar saja banyak panggilan darinya kuabaikan panggilan nya lalu kumatikan ponselku
Selesai mandi dan make up aku menghampiri Enza yang sedang asyik menonton TV bersama Riki dan teman nya.
"Enza,barusan papa nelpon nanyain kamu"
"Tapi Enza masih mau disini Enza masih pengen main sama Om ganteng, Enza boleh nginep disini ma?" tumben gak kangen sama papanya biasanya juga anak papa
"Ehm... tapi mama ada keperluan sama papa apa nanti mama nyusul kesini nanti sekalian mama bilang papa kalau kamu mau nginep disini, besok kan kamu sekolah mama juga mau ambil seragam kamu"
" Yaudah nanti mama nyusul aja aku pokoknya mau nginep disini"
"Iya sayang mama pergi dulu ya, Rik titip bentar ya"
"Siap mbak tenang aja kan ada Devan"
apa hubungan nya coba sama Devan,mungkin karna Enza cocok sama dia kali. Aku berlalu menuju mobil dan mengendarai menuju rumah ingin segera kuselesaikan urusanku dengan suamiku
sesampainya dirumah ternyata Mas Arfan sudah menungguku di depan
"Nayra, kamu jangan marah dulu ya aku bisa jelasin semuanya ini cuma salah faham kok ini semua gak seperti yang kamu fikirkan" ia masih kukuh bahwa semua ini hanya salah faham Wow hebat sekali sudah ketahuan masih saja mengelak
"Jadi apa yang sebenarnya terjadi, Kamu pamit kalau berangkat ke luar kota tapi malah ke hotel bersenang-senang dengan wanita yang mengaku pacarmu itu"
"Ra aku dijebak dia sengaja biar aku sama kamu ribut"
"Sudah berapa lama kalian pacaran?"
"Apa? aku enggak pacaran sama dia"
"Lalu, hanya temab kencan"
"Dia naksir aku tapi aku tak merespon"
"Bohong,aku gak mau tau nikahi dia secepatnya" teriakku
"Jadi kamu bersedia buat dimadu?"
"Apa jadi kamu berniat menikahinya,kamu bilang dia yang naksir kamu kenapa kamu semangat sekali untuk menikahinya"
"Lalu maksud kamu apa"
"Aku mau kamu ceraikan aku dan menikahinya sudah beres aku akan mengajukan gugatan ke pengadilan" aku berlalu menuju kamar mengemasi keperluanku dan Enza untuk menginap dirumah Ibu.