Setelah menikmati suasana di Cafe dan mengobrol dengan Tasya moodku kembali membaik dan aku mengajak Tasya untuk pulang karena aku ada janji dengan ibu akan mengajaknya ke Taman bersama Enza.
"Mama" teriak Enza saat melihatku
"Cantiknya mama gimana sekolahnya sayang?" aku duduk mensejajarkan tinggi Enza dan mengelus rambutnya
"Baik ma,nanti kita jadi ke taman kan ma?"
"Iya kita jemput nenek dulu ya"
"Siap ma tapi sama om ganteng apa enggak ma,kalau ada om ganteng pasti seru deh" Ucap Enza bersemangat, sepertinya ia sangat menyukai kehadiran Devan di kehidupannya
"Mm om Devan lagi kerja sayang gak bisa,lain kali kita ajak ya nanti biar dibilangin sama om Riki"
"Yaudah deh ma gapapa,ayuk kita ke rumah nenek." Aku bangkit dan menggandeng Enza menuju mobil.
Sesampainya di rumah ternyata ibu sudah selesai berdandan, aku menyuruh Enza untuk mandi dan mempersiapkan baju ganti.
Sebenarnya niatku mengajak ibu ke taman aku ingin mengatakan yang sebenarbya terjadi dalam rumah tanggaku
"Bu, mau makan apa biar aku pesankan." Tanyaku sesampainya di taman kota Surabaya,disini banyak penjual makanan yang berjejer rapi di pinggir taman
"Gak usah Ra ibu tadi sudah makan dirumah,kita beli cemilan aja"
"Yaudah ibu tunggu disini ya sana Enza biar aku belikan dulu" aku berlalu membeli makanan ringan dan minuman,kebetulan karena ini bukan hari libur jadi tidak begitu ramai pengunjung.
"Bu.. sebenarnga ada yang mau aku omongin"
ujarku,saat aku duduk berdua dengan ibu dan Enza sedang asyik bermain jadi ini kesempatan agar Enza tak mendengarnya
" Ada apa Ra,ibu tau kamu pasti ada masalah sama suamimu,gak biasanya kamu nginep dirumah sendirian" ternyaya feeling ibu tidak salah
Aku mengambil nafas dalam lalu menghembuskannya perlahan menata agar aku bisa tenang berbicara
"Jadi sebenarnya mas Arfan selingkuh bu danq aku menggugat cerai,rencana hari ini aku ke pengadilan tapi mungkin besok saja karena hari ini masih banyak yang harus aku urus"
"Apa kamu sudah lihat buktinya,atau kamu lihat sendiri dia sama perempuan lain"
Ibu tak terlihat terkejut karena mungkin sebelumnya aku juga pernah mengalaminya
"Perempuan nya mengirin foto dia sedang tidur berdua dengan mas Arfan dan aku yakin kalau foto itu asli bukan hasil editan,sebenarnya aku sudah lama curiga setiap aku pegang HPnya selalu tak diizinkan dengan berbagai alsaan"
"Ra.. pernikahan tak seperti masa pacaran bisa main putus aja kalian ini sudah punya anak,apa sudah kamu pikirkan baik-baik"
"Aku tau bu tapi perselingkuhan bukanlah kesalahan ringan yang bisa aku maafkan gitu aja,aku yakin ini pasti akan terulang lagi jika aku memberiny kesempatan,dan nanti aku akan menjelaskan perlahan pada Enza biar ia juga bisa mengerti" ucapku sambil melirik Enza yang sedang manaiki ayunan
"Ibu akan dukung jika itu yang terbaik dan asal kamu bahagia,kalau kamu gak bisa tinggal dirumahmu kamu bisa tinggal dirumah ibu biar ibu juga bisa menemani cucu ibu" Ibu memelukku,air mataku hampir menetes aku tak boleh menangis apalagi ini tempat umum tak enak jika dilihat banyak orang.
Hari sudah semakin sore aku dan ibu mengajak Enza pulang lalu mampir ke swalayan untuk belanja beberapa bahan makanan dan keperluan dapur.
saat dimobil Enza tertidur mungkin ia terlalu capek keasyikan bermain,saat mobilku memasuki rumah kulihat Riki dan Devan baru saja memarkirkan motornya.
aku membuka kaca mobil"Rik, tolong gendong Enza ya dia lagi tidur"
"Iya mbak" Riki menggendong Enza dan membawanya masuk, saat aku mengeluarkan barang belanjaanku, Devan datang menghampiriku
"Biar saya bantuin mbak" ucapnya sambil mengangkat beberapa kantong plastik
"Makasih ya van maaf jadi ngrepotin" tadinya aku manggil mas tapi saat aku tau kalau usianya seumuran Riki jadi aku panggil nama aja
"Gapapa mbak biasa aja " aku membawa beberapa kantong plastik berukuran kecil dan masuk kedalam lalu disusul Devan
Ibu langsung masuk dan beristirahat maklum diusia yang sekarang ia tak boleh kelelahan dan harus banyak istirahat
"Kamu mau minum apa biar mbak bikinin"tanyaku saat kami berada di dapur
"Gak usah mbak tadi sudah minum di Cafe" jawabanya
"Eh iya lupa kalau kamu kan jago bikin minuman,kata Enza masakan kamu juga enak" ungkapkh sqmbil tersenyum
"Bisa aja mbak,atau biar aku buatin minuman buat mbak" tawarnya, kebetulan aku juga lagi haus kayaknya kalau minum yang seger pasti enak
"Kalau gak ngrepotin sih gapapa kayaknya minum yang dingin seger deh Van"
"Mau dibikinin apa mbak" Devan berjalan menuju pantry
"Terserah kamu aja yang penting enak ,oh ya ibu gak usah jadi bikin 3 aja entar sama kamu dan Riki"
"Siap mbak" Devan bersiap membuatkan minum
"Mbak tinggal mandi dulu ya" Devan hanya menganggukkan kepala,aku berlalu meninggalkan nya sendiri
Setelah selesai mandi saat aku keluar kamar kulihat di ruang tengah sudah ada 3 gelas minuman berwarna pink,melihatnya saja membuatku menelan saliva apalagi meneguknya.
"Wah enak nih kayaknya,Rik gak mau cobain nih buatan Devan" teriakku
"Apa mbak" tanya Riki setelah keluar dari kamar
"Ini mocktail strawberry seger Rik enak deh" aku memberinya segelas mocktail
Riki meneguk minumannya
"Halah gini aja teriak-teriak udah byasa dibuatin Devan mbak aja yang katrok kayak gak pernah minum aja"
"Iya kan biasanya di cafe ini kan dirumah jadi ya beda lah"
"Si Devan mana kok gak kelihatan masak udah pulang" sambungku
"Lagi mandi di kamar kenapa nyariin kangen?"
"Yang bener aja meskipun mbak bentar lagi ngejanda pantang buat ngecengin bronis" jawabku sewot
"Awas loh ya kalau entar sampe naksir beneran, mobil mbak buat aku, lagian Devan tuh yang naksir banyak dia itu udah ganteng hidung mancung kulit putih bibir merah jago masak apa coba yang kurang"
"Ok entar mobil mbak buat kamu kalo sampek Devan jadi gebetan mbak,lagian nih ya ganteng belum tentu setia gimana kalau entar dihianatin kan makan hati" aku lalu duduk dan meneguk kembali mocktail buatan Devan
Riki ikut duduk disampingku
" Ya mbak aja yang kurang pengenalan nih ya mbak namanya nikah itu juga butuh mendalami karakter pasangan kita juga harus tau seluk beluk keluarga pasangan kita jangan sampe gegabah ngambil keputusan karena ini tentang masa depan jangan sampai ada penyesalan di belakang" ucap Riki panjang lebar dan mampu membuatku merasa tertohok dengan ucapan nya.
Apa mungkin aku terlalu terburu-buru dan belum mengenal seperti apa sifat asli mas Arfan sebenarnya dan bagaimana keluarganya,ucapan Riki ada benarnya juga
"Mau langsung cabut Van?" tanya Riki saat melihat Devan mendekat
"Bentar lagi masih capek kaki sama tangan gue habis seharian banyak orderan"
Devan duduk di depanku dan ia meneguk minumannya, aku mengamati wajahnya memang cukup tampan jika dibanding lelaki yang pernah aku kenal dia yang paling tampan dengan badan yang terbilang atletis pasti setiap perempuan akan nyaman jika bersandar di dada bidangnya, rambutnya yang basah jadi menambah kesan pria maskulin apalagi wangi parfum yang ia kenakan cukup memabukkan
"Woy mbak ngelamun apa mengagumi" tegur Riki
"apaan sih orang lagi mikir laporan keuangan di butik" sanggahku
"Halah gak pinter bohongnya masak mikir laporan kok senyum-senyum sendiri bilang aja mengagugi ketampanan teman adikku" ucapan riki mampu membuatku malu karena tertangkap basah sedang memandangi Devan Riki tertawa dan Devan hanya senyum-senyum.
"Kalau mau ngeliatin gapapa kok mbak mumpung saya belum pulang" ucap Devan dan disambut dengan tawa oleh Riki,aku hanya bisa membuang muka karena malu, kutandaskan minuman ku lalu berdiri
"Apaan sih kalian udah lah mbak mau masuk"
"Mbak entar aku kirim nomernya Devan kalau mau VC siapa tau aja masih kangen pengen lihat wajahnya" teriak Riki lalu tertawa,aku masuk dan menutup pintu kamar.
"Bego banget sih gue kan jadi ketahuan lagi mengagumi si Devan,tapi ya emang Devan ganteng cewek mana yang gak melongo melihat cowok yang tampangnya begitu,pantes aja si Tasya ngebet banget pengen ngecengin Devan emang dia juga bikin ngiler" aku menggerutu sendiri.
Tak berselang lama aku mendengar suara motor Devan dan mulai menjauh dari rumah
"Masak udah pulang" batinku
daripada mikir yang enggak-enggak aku pergi ke kamar mandi mencuci muka dan melakukan ritual perawatan sebelum tidur,ya biar cantik terawat dan selalu tampil segar.