Aku mempersempit jarak kami. Dia masih tampak terkejut dengan perlakuanku. Bahkan ia menahan napasnya.
"Bernapas, Kenkyo!" ucapku tepat di daun telinganya.
Kukulum daun telinganya, kurasakan badannya bergetar saat kulakukan itu.
Tanganku membuka kancing piyamanya satu demi satu.
"Nii-san ...." suaranya bergetar
"Sebut namaku, Kenkyo."
Dia tak merespon, hanya napasnya yang memburu lah yang dapat ku dengar.
Kudaratkan kecupanku di bawah telinganya, membuatnya menggeliat tak nyaman. Kemudian tengkuknya, dan lehernya, membuatnya sedikit mendesah.
Beberapa kali ku ulangi kegiatan itu, membuat tanda merah di sekitar bagian tubuh area lehernya.
Kurebahkan tubuhnya diatas ranjang setelah pakaian atasnya ku tanggalkan. Aku menatap matanya yang sayu. Kukecup keningnya, lalu turun ke hidungnya, kemudian kedua pipinya. Kuulangi lagi menciumi seluruh permukaan wajahnya. Bibirnya kukecup, kulumat, kuhisap dan kugigit agar lidahku dapat menyeruak ke dalam mulutnya. Kuinvasi seluruh tubuhnya malam ini.
Malam ini aku mengubah status gadisnya menjadi wanita. Malam ini, sisi hitamku menyuruhku untuk membuktikan kegadisannya dengan melakukan hubungan itu.
Malam ini dapat dengan jelas ku lihat airmatanya mengalir saat menerimaku dalam dirinya. Malam ini untuk pertama kalinya ku dengar desahan dan erangannya yang menyebutkan namaku karena keegoisanku.
(End Of Shinsuke POV)
***
Shinsuke membuka kelopak matanya. Di edarkannya netranya ke arah sampingnya. Tak ada Kenkyo lagi di atas ranjang putihnya.
"Ohayou, Shinsuke-kun," (Selamat pagi, Shinsuke!) ucap Kenkyo yang dari kamar mandi.
Shinsuke membalas ucapan selamat pagi istrinya.
"Kenapa tidak menungguku bangun? Kita kan bisa mandi bersama," goda Shinsuke dengan seringai andalannya.
Dan hal itu sukses membuat Kenkyo malu setengah mati.
"Nii-san!"
"Ck! Kamu harus terbiasa memanggil namaku mulai sekarang. Seperti ...." Shinsuke beranjak dari ranjangnya dengan menggantungkan kata-katanya. Ya, sepertinya itu sudah menjadi gayanya. Kini dia berdiri tepat di depan Kenkyo ".... tadi malam. Kamu tau? Caramu menyebut namaku sangat sexy, suaramu bahkan masih terngiang sampai sekarang."
Oh, oh, oh!
Siapa yang menyangka detektif kawakan ini ternyata ....
"Mesum! Cepat mandi sana! Dan antar aku jalan-jalan! Tiga hari lagi aku 'kan pulang ke Jepang!"
Shinsuke tambah memperlebar seringaiannya.
***
Dan, di sinilah mereka sekarang. Pusat perbelanjaan, dan keliling tempat kuliner.
Selain ice cream, makanan manis, dan coklat, Kenkyo pun menggilai segala jenis meatball. Baik Chicken meatball maupun fish meatball.
"Anata! Sushi! Ah ikannya Salmon. Aku mau sushi Salmon dan chicken meatball, ya?" rengek Kenkyo, persis seperti anak usia 12 tahun.
Shinsuke menghela napas kasar, mengangguk pertanda mengizinkan. Bukan ia tak ikhlas, bukan ia tak mau memenuhi keinginan istrinya. Hanya saja kakinya sudah sangat lelah di pakai berjalan mengunjungi semua toko dan kedai.
"Luar biasa sekali perempuan yang shopping! Tenaganya melebihi superhero, aku benar 'kan, Senpai?"
Shinsuke menoleh malas ke arah Detektif Cha Seong-chan.
"Urusai!" (Berisik!) bentak Shinsuke kemudian.
Rae-ah yang juga selalu bersama Seong-chan terkikik.
"Hajimemashite, Chibi. Apa kabarmu hari ini?" Rae-ah berujar kepada Kenkyo.
"Aku baik, Nee-chan. Gomawo," jawab Kenkyo dengan bahasa Koreanya yang minim itu.
"Kawaii ...." (manis) puji Rae-ah pada istri rekannya.
Diam-diam, dalam hati Rae-ah tengah mengejek Detektif Takahashi Shinsuke akan seleranya pada lolipop. Seharusnya, jadi kakak atau pamannya saja. Begitu pikir Rae-ah. Kemudian Rae-ah menyeringai.
"Mau bergabung bersama kami?" tawar Shinsuke pada Rae-ah dan Seong-chan.