"Kenapa, Oppa? Kau masih tersinggung karena tak kuhiraukan tadi? Ayolah ... aku harus menebusnya dengan cara apa?"
Rae-ah memelas. Namun sosok itu hanya menggeleng pelan.
Rae-ah mendorong sosok itu hingga jatuh terduduk. Gedung bioskop sudah mulai sepi, hanya beberapa orang yang lewat. Rae-ah duduk di pangkuan sosok itu mendekatkan wajah ke arah sosok itu. Menatap lekat mata sayu yang selama ini telah membuat Rae-ah terhanyut. Rae-ah mencengkeram rambut sosok itu, mendekatkan bibirnya ke sosok itu. Melumat bibir tipis yang selama ini selalu bertaut dengan bibirnya. Tanpa sungkan, tanpa jeda, tanpa menghiraukan beberapa mata yang mengawasi mereka.
***
RAE-AH POV
Kukulum bibir basahnya, kunikmati setiap deru nafasnya. Namun, Tae-gyeon tetap bergeming, aku semakin liar menyerangnya. Kedua tanganku kutangkupkan pada kedua pipinya.
Matanya masih terbelalak menanggapi keliaranku. Kukalungkan kedua tanganku ke bahunya, kucengkeram kembali rambutnya, bibir kita masih saling bertautan. Tapi, tunggu!! Sejak kapan rambut Tae-gyeon menjadi panjang dan bisa dikuncir?
Kulepaskan begitu saja tangan dan bibirku dari dirinya ketika menyadari sesuatu. Well, ponsel yang kutaruh di saku belakang celanaku bergetar.
Aku sedikit menjauh dari tubuh Tae-gyeon yang masih terduduk dengan ekspresi yang sulit kugambarkan.
"New ... yeoboseyo!!" kuangkat tanpa melihat nama yang tertera di layar.
"Maafkan aku, Honey. Aku tadi pulang lebih dulu karena ada urusan mendadak. Tapi aku sudah menyuruh Seong-chan untuk menjemputmu. Kau tidak marah, 'kan?"
Dan di saat itu kurasakan darahku berdesir. Jantungku seolah berhenti berdetak. Bibirku keluh, bahkan aku hampir melepaskan ponsel dari genggamanku karena tubuhku lemas tiba-tiba.
"Honey, kau mendengarku?" Suara dari seberang telepon kembali.
Huaaa!! Rasanya aku ingin membunuhmu sekarang juga, Lee Tae-gyeon!! teriakku dalam hati.
"AKU MEMBENCIMU, TAE-GYEON!! BENAR-BENAR MEMBENCIMU!!" bentakku lalu kumatikan ponsel.
Aku menyalahkan seutuhnya Tae-gyeon untuk kebodohanku saat ini.
Ya Tuhan!! Rasanya saat ini aku ingin mati saja atau aku aku harus pergi dari planet ini? Paling tidak aku akan menghancurkan wajahku agak tak dikenali pemuda yang kucium tadi. Apa aku harus pura-pura pingsan? Atau pergi begitu saja seolah tak terjadi sesuatu? Huaaaa ...! MATI SAJA KAU, RAE-AH!
Aku masih berdiri di tempatku, bahkan kini aku tak berani menoleh ke pemuda itu. Sial! Dia malah mendekat ke arahku?
Oh tidak!! Apa aku harus berlari saat ini juga?
Aku menggigit ujung bibirku, aku sungguh gugup saat ini.
Ini lebih menakutkan daripada saat aku menghadapi beberapa penjahat. Mungkin setelah ini aku akan melepas lencana polisiku dan mengasingkan diri di Lembah Chuncheon.
Oh God!! Dia malah menarik pundakku. Baiklah, sepertinya aku harus memanfaatkan bakat beraktingku. Dilihat dari stylenya dia bukan warga Korea Selatan. Huaaa ... aku sungguh bodoh! Kenapa tak menyadarinya dari tadi?
Aku menghela napas panjang dan mulai berucap tanpa menatap wajah pemuda itu. Huaaa ... aku terlalu malu.
"Hajimemashite, watashi wa Song Rae-hyun
to moushimasu. Douzo yoroshiku onegaishimasu," ucapku sambil membungkukkan badan.