"Honey, kau mendengarku?" Suara dari seberang telepon kembali.
Huaaa!! Rasanya aku ingin membunuhmu sekarang juga, Lee Tae-gyeon!! teriakku dalam hati.
"AKU MEMBENCIMU, TAE-GYEON!! BENAR-BENAR MEMBENCIMU!!" bentakku lalu kumatikan ponsel.
Aku menyalahkan seutuhnya Tae-gyeon untuk kebodohanku saat ini.
Ya Tuhan!! Rasanya saat ini aku ingin mati saja atau aku aku harus pergi dari planet ini? Paling tidak aku akan menghancurkan wajahku agak tak dikenali pemuda yang kucium tadi. Apa aku harus pura-pura pingsan? Atau pergi begitu saja seolah tak terjadi sesuatu? Huaaaa ...! MATI SAJA KAU, RAE-AH!
Aku masih berdiri di tempatku, bahkan kini aku tak berani menoleh ke pemuda itu. Sial! Dia malah mendekat ke arahku?
Oh tidak!! Apa aku harus berlari saat ini juga?
Aku menggigit ujung bibirku, aku sungguh gugup saat ini.
Ini lebih menakutkan daripada saat aku menghadapi beberapa penjahat. Mungkin setelah ini aku akan melepas lencana polisiku dan mengasingkan diri di Lembah Chuncheon.
Oh God!! Dia malah menarik pundakku. Baiklah, sepertinya aku harus memanfaatkan bakat beraktingku. Dilihat dari stylenya dia bukan warga Korea Selatan. Huaaa ... aku sungguh bodoh! Kenapa tak menyadarinya dari tadi?
Aku menghela napas panjang dan mulai berucap tanpa menatap wajah pemuda itu. Huaaa ... aku terlalu malu.
"Hajimemashite, watashi wa Song Rae-hyun
to moushimasu. Douzo yoroshiku onegaishimasu," ucapku sambil membungkukkan badan.
Aiish, perkenalan yang sangat formal. Apa kabar aku dari tadi?
"Hajimemashithe, watashi no namae wa Watanabe Takeru desu. Kochirakoso douzo yoroshiku onegaishimasu."
Dia memperkenalkan diri sebagai Tuan Watanabe Takeru. Huaa ... senang berkenalan katanya? Aku yakin dia hanya sok pura-pura tak terjadi apa-apa.
Walau samar aku masih melihat binar mengejek tercetak di sorot matanya. Huaa ... mati saja kau, Rae-ah!!
Turun sudah martabatmu!
Baiklah sebagai intel aku tidak boleh memalukan aparat kepolisian, aku sengaja memakai nama samaran.
"Eeto ... Watanabe-san wa Nihonjin desuka?" basa-basiku.
(Hmm ... Tuan Watanabe berasal dari Jepang kah?)
"Ha'i, Nihonjin desu," jawabnya sambil tersenyum yang membuatku semakin terpojok.
Dan apa tadi? Aku menanyakan asalnya? Pertanyaan konyol, Rae-ah! Jelas saja dari Jepang. Kalau bukan untuk apa kau susah-susah pakai Bahasa Jepang. Aku memang gila! Putrimu malam ini sungguh memalukan, Papa!
"Noona!!" sebuah suara dari arah belakangku.
Aku menoleh. Yah, kau telah menyelamatkanku, Seong-chan. Aku berjanji akan mentraktirmu makan seafood setelah ini.
*Noona = saudari (dipanggil oleh laki-laki)
Mata Seong-chan mendelik melihat pemuda itu.
"Senior Lee ... rambutmu!!"
Aku menginjak kaki Seong-chan dan dia mengeluh.
"Dia bukan Tae-gyeon, Seong-chan!!" bisikku.
"Dia kekasihmu?" tanya pemuda itu to the point. Entah demi apa dia menanyakan itu padaku.
"Aigoo!! Dia memanggil aku 'noona', Tuan. Kenapa kau mengira dia kekasihku? Dia juniorku di ...."
Oops! Aku hampir keceplosan.
"Dia ... dia adalah juniorku di Akademi Artis Incheon. Benar, seperti itu."
"Jadi kau artis? Pantas saja tadi ...."
Dia menggantung kalimatnya yang aku sudah mengerti kemana arah pembicaraannya. Ia kemudian memberiku kartu nama.
"Ini kartu namaku. Jika kau berkenan aku punya project drama untukmu, Nona Song."
Seong-chan merebut kartu nama itu dariku.