Chereads / Ikatan Berdarah / Chapter 32 - Keluarga Watanabe

Chapter 32 - Keluarga Watanabe

Kediaman Watanabe Tokyo, Jepang.

Tuan Taiga sedang menikmati secangkir tehnya di halaman samping. Seorang wanita berusia 50 tahun tiba-tiba duduk di sisinya.

"Apa maksudmu mengirim Takeru ke Korea, heh?" ketus wanita itu.

Tuan Taiga tak menjawab, ia hanya menampilkan senyum mempesona pada wanitanya.

"Selama puluhan tahun aku menyembunyikannya, tapi... kau??!! Aku sungguh tak mengerti jalan pikiranmu, Taiga!!"

Tuan Taiga masih santai menanggapi omelan istrinya dan tersenyum.

"Anata, dia sudah dewasa, umurnya juga sudah 27 tahun. Sampai kapan kau akan mengurungnya dari dunia luar?"

"Aku takut tak ada yang mengendalikan dia di sana. Emosi anak itu bisa meledak secara tiba-tiba," ucap Nyonya Minama cemas.

Tuan Taiga hanya tersenyum dan mengecup kening istrinya.

Ternyata alasan Tuan Taiga mengirim Takeru ke Korea agar Takeru bisa menjalankan projectnya, selain menjadi wakilnya untuk menjalin kerja sama dengan perusahaan properti Akiyama Group. Dengan begini Nyonya Minama tak kan menyalahkan Takeru karena melanggar pantangannya. Tuan Taiga memang sangat menyayangi putra semata wayangnya itu, Watanabe Takeru.

***

Salah satu bioskop di Incheon, Rae-ah dan Tae-gyeon menonton film berjudul 'Another Way'. Namun bukan filmnya yang menarik bagi mereka, tapi suasananya. Suasana remang namun mempesona.

Seperti biasa Tae-gyeon sudah mengecup bibir Rae-ah terlebih dulu, bahkan film baru diputar beberapa menit. Kali ini Rae-ah tak membalas. Ia terlalu terpesona melihat aktor film itu. Yah, pemeran Soo-woon adalah salah satu aktor favorit Rae-ah.

Tae-gyeon mulai bosan, gadisnya mengabaikannya sedari tadi. Sebuah panggilan masuk dari ponsel Tae-gyeon.

"Aku keluar dulu," ucap Tae-gyeon yang dibalas anggukan oleh Rae-ah.

Dua jam kemudian,  film telah selesai. Rae-ah mencari-cari keberadaan Tae-gyeon tapi tak ada.

'Apa mungkin oppa merajuk?' batin Rae-ah.

Rae-ah terus menghubungi nomor Tae-gyeon,  tapi ponsel Tae-gyeon tak aktif. Rae-ah berjalan berkeliling sambil mengedarkan pandangannya di kerumunan orang yang baru saja keluar dari gedung bioskop. Tanpa segaja Rae-ah menabrak sesosok pria.

"Maafkan saya," ucap Rae-ah sambil menunduk tanpa melihat sosok itu.

"Tak apa," ucap sosok itu.

Rae-ah mendongak dan tercenggang melihat sosok itu.

"Oppa!! Dari mana saja?? Kau merajuk? Baiklah sebagai tanda bersalahku ini..."

Chu~!

Rae-ah mengecup bibir sosok itu, namun sosok itu tetap bergeming.

"Kenapa, Oppa? Kau masih tersinggung karena tak kuhiraukan tadi? Ayolah ... aku harus menebusnya dengan cara apa?"

Rae-ah memelas. Namun sosok itu hanya menggeleng pelan.

Rae-ah mendorong sosok itu hingga jatuh terduduk. Gedung bioskop sudah mulai sepi, hanya beberapa orang yang lewat. Rae-ah duduk di pangkuan sosok itu mendekatkan wajah ke arah sosok itu. Menatap lekat mata sayu yang selama ini telah membuat Rae-ah terhanyut. Rae-ah mencengkeram rambut sosok itu, mendekatkan bibirnya ke sosok itu. Melumat bibir tipis yang selama ini selalu bertaut dengan bibirnya. Tanpa sungkan, tanpa jeda, tanpa menghiraukan beberapa mata yang mengawasi mereka.