Pagi harinya Heri berjalan ke arah dapur untuk mengambil air mineral dari dalam kulkas. Dia kembali melihat botol cola yang diisi kecap asin. Sekarang botol itu sudah bertanda dengan memberikan lobang di tutup atas. Botol cola itulah yang membuat masalah tadi malam.
"Ternyata sudah diberi tanda yang cukup masuk akal," ucap Heri sambil tersenyum. "Tapi kalau cuman begini masih belum bisa ngebedain…" ucapnya lagi.
Lalu dia memberikan sedikit plastik pada tutup botol tersebut dan mengikatnya dengan karet gelang agar isinya tidak tumpah.
"Oke. Harusnya ini sudah aman." ucap Heri dengan lega.
Setelah itu dia mengambil botol air mineral lalu menuangkannya ke gelas yang ada di meja makan. Dia lalu meminum air yang dituangkan ke gelas. Dia kemudian duduk sebentar di depan meja makan.
"Ternyata lo termasuk rajin juga ya?" puji Helena mengejutkan Heri.
"Heh…jam berapa sekarang?" tanya Heri tanpa menjawab pujian dari Helena.
"Jam enam lewat tiga puluh menit…" jawab Helena sambil melihat jam tangannya.
"Aduh...gue harus bangunin Jin Botol dan Aligator…" ucapnya lalu bergegas menaiki tangga. Dia kemudian mengambil alat pengeras suara dari kamarnya.
"Kalau Arif gue tau kenapa dia dipanggil Aligator, sedangkan Ryu kenapa dipanggil Jin Botol?" tanya Helena yang mengikuti Heri untuk membangunkan Ryu dan Arif.
"Lo bakalan tau sebentar lagi," ucap Heri sambil tersenyum. Kemudian dia berdiri tepat di tengah antara kamar Arif dan Ryu. "Tes!...tes!..." terdengar suara mendengung dari pengeras suara. "Kalian berdua yang masih tidur!..." ucap Heri kemudian. "Baaangguunn!..." teriaknya menggunakan pengeras suara, bayangkan saja suaranya terdengar sampai beberapa blok dari asrama mereka. Untungnya Helena menutup kedua telinganya menggunakan tangannya.
"Berisik!..." teriak Ryu keluar dari kamarnya. Asap yang pekat langsung keluar dari dalam kamar Ryu saat pintu kamar Ryu terbuka.
"Ya!...Ampun!...gue baru tidur karena baru pulang dari karaoke tadi malam!..." teriak Arif yang juga keluar dari kamarnya.
Helena melongo melihat kamar Ryu yang mengeluarkan asap setelah pintu kamarnya terbuka. "Sekarang lo tau kan kenapa dia disebut Jin Botol," ucap Heri sambil tersenyum pada Helena. "Kalian berdua cepat mandi...gue gak pengen dihukum lagi gara-gara lo bangun kesiangan," perintah Heri dengan tegas.
"Iya…iya…" ucap mereka berdua kembali masuk ke kamar masing-masing.
"Jangan tidur lagi!..." ucap Heri menggunakan pengeras suaranya.
"Iye...ni gue lagi ngambil handuk," ucap Arif lalu dia mengambil handuk ke kamarnya lalu pergi ke kamar mandi.
"Iya...gue mandi…" ucap Ryu membawa handuk mengikuti Arif menuju kamar mandi. "Rif…gue minjam sabun dan pasta gigi lo ya?" pintanya pada Heri.
"Hedeh...lain kali beli sendiri…" ucap Arif dengan kesal karena dibangunkan Heri.
"Gue kan jarang mandi…" ucap Ryu dengan jujur.
Setelah mandi mereka siap memakai seragam sekolah. Sedangkan ibu Manda sudah berangkat lebih dulu ke sekolah. Mereka berempat termasuk Helena pergi ke sekolah bareng Mirhan naik Mobil. Awalnya Helena menolak ikut, tapi karena Mirhan memintanya duduk di depan, akhirnya dia mau aja.
***
Hari ini di sekolah tidak ada hal yang menarik selain belajar dan bersantai di kantin. Dicky dan teman-temannya tidak mengganggu mereka lagi. Ternyata mereka takut pada anak-anak asrama Flower Garden.
Pulang sekolah mereka berlima seperti tadi pagi diantar Mirhan naik mobil ke asrama. Di depan asrama Heri merasakan ada yang berubah. Dia cuma berpikir positif saja, mungkin perasaannya saja.
Setelah membuka pintu rumah lalu memasukinya. Mereka menyadari benda seperti sofa televisi dan barang-barang yang lain berubah semuanya. Televisi di ruang tamu uang biasanya televisi tabung kecil berubah menjadi televisi LCD tipis bermerek Aqua. Rio, Heri, Arif, dan Helena tidak pernah melihat televisi setipis itu sebelumnya.
"I-ini...beneran asrama kita, kan?" ucap Arif sambil melongo.
"Apakah kita berada di masa depan?" tanya Heri yang juga melongo melihat alat elektronik yang tidak pernah dia lihat.
"I-ini..... terlihat seperti ruang tamu seorang sultan…" ucap Helena satu-satunya cewek di antara para cowok.
"Pasti kerjaan lo kan?…" tanya Ryu pada Mirhan.
"Iya bro…" jawab Mirhan dengan cepat sambil tersenyum.
"Hadeh…Ngapain lo beliin semua ini Nyet?!!..." tanya dengan kesal pada kelakuan temannya ini.
"Sudah kuduga.." sambung Heri sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Kupikir tidak mungkin ini orang beli banyak barang untuk kebutuhan asrama, ternyata malah lebih banyak dari yang aku kira."
"Oh...kalian sudah datang rupanya?" tanya ibu Manda seakan tidak melihat kekacauan yang terjadi. "Ada apa ini? Kenapa kalian berkumpul di depan-" tanyanya setelah melihat perubahan yang terjadi pada asrama yang dia urus.
"Dia tuh yang merubah…" sigap Ryu sambil menunjuk ke arah Mirhan.
"Mirhan, semua barang-barang di rumah ini mana?" tanya ibu Manda pada Mirhan.
Datang seorang yang berpakaian rapi memakai jas dan kemeja berdasi warna hitam dia berkata, "Tuan muda…semua barang-barang itu sudah kami pindahkan ke gudang di rumah ini…"
Kemudian orang itu pergi meninggalkan asrama. Dia adalah bawahan kepercayaan orangtua Mirhan. Dia selalu diberi tugas yang diluar tugasnya sebagai bawahan ayahnya Mirhan.
"Ini perintah ayah lo?" tanya Ryu tidak bisa berbuat apa-apa. "Terus lo dapat dari siapa kunci asrama ini?" tanya Rio pada Mirhan.
"Ehem…" ucap ibu Manda sambil mengacungkan jari.
"Hem...pantes…" ucap Heri lalu duduk di sofa baru mereka.
"Itu karena Mirhan sejak hari ini akan tinggal di asrama kita, ayahnya datang ke ruangan guru untuk menemui Aku tadi pagi," ucap ibu Manda menjelaskan. "Beliau bilang anaknya akan tinggal di asrama ini agar lebih dekat dengan sekolah, itu sebabnya Aku memberikan kunci kamar dan kunci pintu depan," tambahnya lagi menjelaskan.
"Astaga!..." teriak Ryu dengan kesal. Dia mengerti tujuan ayahnya Mirhan memasukan anaknya satu asrama dengannya, agar Ryu bisa menjaga anaknya 24 jam.
"Gue udah haus...pengen ke dapur…" ucap Arif lalu berjalan ke dapur. "Astaga dragon!..." serunya setelah memasuki area dapur.
"Ada apa lagi dengan tuh anak?" tanya Heri dengan kesal.
"Mending kita susul…" ucap Helena lalu berlari ke dapur. "Kenapa nih!..." seru Helena kemudian. "Dapur kita-"
"Berubah!..." seru ibu Manda lalu menyusul Arif dan Helena. "Barang-barang dapurku!..." teriak ibu Manda.
Ryu, Heri, dan Mirhan menyusul mereka ke dapur. Mereka melihat sebuah dapur yang seperti dapur di hotel berbintang 5. Seperti kulkas 4 pintu, tempat masak yang biasa dipakai oleh chef dunia, dan tempat piring yang seukuran lemari pakaian.
"Mir...dimana semua bumbu dapur yang dulu disini?" tanya Ibu Manda.
"Semuanya sudah diganti dengan ini…" ucap Mirhan sambil menunjukan tempat bumbu dapur yang lebih rapi dan tertata.
"Botol cola yang berisi kecap asin tadi malam berubah menjadi botol kecap asin khusus," ucap Heri sambil membuka salah satu pintu kulkas. Disana tersusun khusus untuk saos tomat, saos sambal, dan kecap asin. "Akhirnya kita gak akan keracunan kecap asin lagi…" ucap Heri mengingat-ingat kejadian tadi malam.
Malam itu mereka kembali berpesta dengan memakan masakan yang telah dimasak oleh chef keluarga Mirhan. Makan malam di malam itu adalah makan malam termewah yang pernah dirasakan oleh Heri, Arif, Helena, dan ibu Manda. Sedangkankan Ryu sudah sering memakan itu semua saat ke rumah Mirhan.
Bersambung...