Chereads / Asrama SMA Flower Garden 13 / Chapter 12 - 『#12』 Ibu Manda Berkeringat

Chapter 12 - 『#12』 Ibu Manda Berkeringat

Minggu harinya keadaan asrama Flower Garden sudah rame, karena warnet diisi oleh pelajar-pelajar yang libur sekolah. Heri yang biasanya di dalam kamar, sekarang terpaksa ikut membantu Helena di warnet. Karena hari ini banyak sekali orang yang meminta diketikan tugas kampus dan memprint dokumen.

Ryu pagi ini juga dipaksa buat kerja untuk menyusun pembukuan warnet. Meski dia tidak pernah membuat buku besar, tapi dia belajar itu dari ibu Manda. Untungnya ibu Manda tidak sama sekali lepas tangan dalam pengurusan warnet Flower Garden.

"Ah!... Kok lemot ya?..." teriak salah seorang yang sedang bermain game.

"Iya nih, tambah turun kecepatan internetnya," sahut salah seorang yang sedang mengecek koneksi internetnya.

"Video nya buffer nih," tambah satu lagi yang sedang menonton video anu. "Ini pasti ada yang lagi download film…" ucapnya dengan kesal.

"Yah!...disconnected!..." seru yang lain lagi.

"Dek...tolong ini diprint ya?" ucap seorang ibu pada Heri. Dari dokumen yang diprint bisa ditebak bahwa beliau adalah seorang guru.

"Ini semuanya bu?" tanya Heri dengan ramah.

"Ternyata si Heri bisa juga ramah sama orang," ucap Ryu sambil tersenyum.

Ryu meminjam laptop milik Mirhan untuk dipakai Heri buat melayani orang yang ingin ngeprint dokumen atau foto. Sedangkan Helena khusus ngetik file di komputer operator warnet. Untungnya Mirhan ke asrama Flower Garden membawa laptopnya.

Mirhan sendiri karena suntuk di kamar, dia memutuskan untuk main ke warnet. Dia main ke warnet hanya untuk online di facebook. Mulai dari membuat status dan membaca status facebook orang, atau hanya sekedar bermain game.

Tiba-tiba lonceng kecil pintu berbunyi tanda ada orang yang masuk. Itu adalah ibu Manda yang memakai kaos, celana pendek yang biasanya dipakai cewek berolahraga, topi, dan Handuk kecil. Itu cukup membuatnya terlihat menarik dimata cowok yang normal.

"Lho...Arif mana?" tanya ibu Manda setelah masuk. Semua cowok yang ada disana menatap terpaku pada ibu Manda, termasuk Ryu dan bahkan Heri yang selalu sinis pada cewek, juga terpana melihat ibu Manda. "Kalian ini ditanyain kok malah bengong?" tanyanya lagi.

"Priiit…" Helena menirukan suara peluit wasit. Itu membuat semua cowok yang ada disana terkejut. "Eh, mana ya kartu kuning? Perasaan ada di kantong dari tadi deh…." ucapnya sambil mencari kartu itu di kantong bajunya. Namun sikapnya membuat semuanya kembali ke aktivitas masing-masing. "Sialan lu pada cowok-cowok," gumamnya setelah mendapati sikap dingin dari semua cowok yang ada disana. "Oh ya, si Arif, dari tadi malam tuh anak belum balik juga bu, mungkin nginep di rumah Obeng kali…" Helena menjawab pertanyaan ibu Manda. "Eh…apa liat-liat?...lanjut kerja," ucapnya pada teman-temannya. Sementara ibu Manda hanya tersenyum melihat tingkah lucu anak muridnya.

Ryu kemudian berkeliling mengecek keadaan warnet. Dia menemukan sebuah komputer yang kabelnya tidak terpasang. Itu mungkin karena ada seorang anak yang menendang kabel.

"Oalah…pantesan tadi ada yang mengeluh terputus dari koneksi internet." ucap Ryu setelah mengecek salah satu komputer.

"Ada apa yu?" tanya Heri mendatangi Ryu

"Oh Heri…ini nih...ternyata ada nya ketendang kabel…err… Apa namanya nih?" tanya Ryu dengan kebingungan.

"Kabel LAN" jawab Heri dengan singkat.

"Nah iya…itu..." ucap Ryu menanggapi jawaban Heri dengan tersenyum. "Eh, tumben lo yang nanyain?...biasanya lo cepet tanggepin yang beginian terus gue yang nanyain," Heri diam saja.

Beberapa jam kemudian mereka melanjutkan pekerjaan yang sudah mereka tinggalkan karena urusan kabel Lan. Heri kembali melayani orang yang mengantri ingin mengeprint dokumen. Sedangkan Ryu mencatat pembukuan harian warnet.

"Gimana Yu? Ada masalah?" tanya ibu Manda menghampiri Ryu.

"Em…benar gak seperti ini mbak?" tanya Ryu sambil memperlihatkan buku besar yang dia buat.

"Ini untuk pendapatan seminggu mulai dari hari warnet kita buka sampai hari ini ya?" tanya ibu Manda lebih serius.

"Iya bu…" jawab Ryu sambil mengecek semua data yang dicatat.

"Terus gaji buat Helena, Heri, dan kamu bagaimana?" tanya ibu Manda dengan serius.

"Kita semua mendapat gaji bu?" tanya Helena lalu menghentikan kerjaannya.

"Tentu saja, kalian kan bisa dibilang bekerja di warnet ini," ibu Manda tersenyum pada mereka. "Mana mungkin aku tidak menggaji kalian."

"Gue pikir, kami bekerja tanpa dibayar," ucap Heri terlalu jujur.

"Dari pendapatan ini untuk sementara ini bisa menggaji mereka sebesar 100.000 rupiah seminggu," ucap Ryu setelah menghitung laba dan ruginya. "Dengan itu kita masih memiliki laba yang cukup," Ryu menambahkan penjelasannya.

"Itu penghasilan karena kita belum bisa dihitung satu minggu membuka warnet ini kan?" tanya ibu Manda sambil merinci catatan Ryu. "Harusnya ini dibagikan tadi malam…" ucap ibu Manda menjelaskan. "Tapi apa boleh buat, nanti setelah aku mengganti pakaian, aku akan membagikan gaji mingguan kalian," ucapnya sambil menyeka keringatnya.

"Iya bu…" jawab Heri dan Helena. Sedangkan Ryu sama sekali gak banyak berharap dengan gaji warnet ini, sebab dia merasa hanya mencatat pengeluaran warnet. Apalagi ibu Helena setiap hari sudah mau membelikannya sebungkus rokok, itu baginya sudah cukup.

Kemudian datanglah seorang anak menghampiri tempat operator. "Mbak…" ucapnya pada Helena.

"Iya, ada apa dek?" tanya Helena dengan tersenyum ramah.

"Disini bisa memesan mie goreng gak?" tanya anak itu dengan polosnya.

"Ee…maaf dek kami ngga-" jawaban Helena langsung dipotong ibu Manda.

"Bisa kok dek…" jawab ibu Manda bersemangat, seakan matanya saat ini berlambang uang seperti di film kartun. "Ryu…beli Mie instan dua kardus yang goreng dan yang kuah…" ucap ibu Manda bersemangat.

"Yang membuatkannya nanti siapa?" tanya Ryu sambil garuk-garuk kepala.

"Siapa lagi kalau bukan kamu," ucap ibu Manda sembari memberikan uang pada Ryu untuk membeli mie instan.

"Rupanya kerjaan lo bertambah kawan," sindir Heri sambil tersenyum.

"Selamat menjadi koki bosku…" Helena juga ngeledek Ryu dengan tersenyum.

Sementara ibu Manda setelah menyuruh Ryu langsung pergi meninggalkan mereka bertiga. Ryu sangat kesal dengan sifat mbaknya suka memberikan pekerjaan tambahan. Dia sendiri tidak bertanya Ryu sanggup atau tidak buat mengerjakannya.

Bersambung…