Tepat jam 10 malam setelah menutup warnet tiba-tiba perut Ryu berbunyi dengan kencang. Dia baru sadar selama di warnet tadi belum sempat makan malam. Dia buru-buru jalan ke daput berharap ada sesuatu buat dimakan.
"Kamu mau ngapain Yu?" tanya ibu Manda yang melihat Ryu membuka lemari makanan lalu pindah ke kulkas.
"Ini makanan yang dimasak tadi siang pada kemana?" tanya Ryu setelah semua isi kulkas dan lemari makanan tidak ada makanan yang bisa dimakan.
"Sudah habis dimakan tadi…" jawab ibu Manda dengan santai.
"Ya ampun...mbak...Ryu dari tadi belum makan lho…" ungkap Ryu dengan kesal. "Masa gak ada yang mau nyisain makanan buat gue sih?..." Ryu terlihat sangat kesal sekali.
"Kenapa bro?..." tanya Arif yang baru turun dari tangga.
"Lo ada makanan gak di kamar lo?" tanya Ryu berharap Arif punya sisa makanan.
"Waduh...maaf banget bro...gak ada…" jawab Arif dengan jujur.
"Kenapa kamu gak makan mie instan aja?" tanya ibu Manda memberikan usul. Tanpa menjawab Ryu langsung memperlihatkan dua kardus mie yang kosong. "Habis juga ya?" tanya ibu Manda setelah sadar bahwa memang tidak ada lagi mie instan.
"Yaudah...mending lo ikut gue jalan aja…" ajak Arif karena kasian dengan keadaan Ryu yang kelaparan.
"Tapi jalan pake motor lo ya?" pinta Ryu sambil tersenyum seperti orang yang minta tampar.
"Lo berhenti gak dengan wajah seperti itu, kalau gak gue gampar lo sumpah…" ucap Arif yang kesal melihat wajah Ryu yang sok imut.
"Yaelah...bercanda bro…" ucap Ryu setelah mendengar ucapan Arif yang kesal padanya. "Tapi kita jalan pake motor lo ya?" pinta Ryu sekali lagi.
"Ya ampun...iya…" Arif terpaksa mengiakan.
"Gitu dong...kan tambah ganteng…" Ryu pura-pura memuji Arif sambil tersenyum.
"Ryu...gue serius...sekarang gue jijik melihat muka lo sumpah," ungkap Arif kemudian.
"Yu ini uang rokok lo dan uang makan malam…" kata ibu Manda sambil memberikan uang ke Ryu sebanyak 50.000 rupiah.
"Cie...ada yang gajian…" ejek Arif pada Ryu.
"Makasih mbak…" jawab Ryu lalu memasukkannya ke kantong celananya. "Ini uang buat gue makan karena lo pada ngabisin makanan jatah gue," ucap Ryu dengan kesal.
"Sorry-sorry…" ucap Arif sambil tersenyum. "Uang buat gue mana bu?" tanya Arif sambil mengulurkan tangan seperti orang meminta.
"Nih…" jawab ibu Manda sambil memperlihatkan tinju pada Arif.
"Ampun bu…" ucap Arif lalu pergi keluar.
"Woy Aligator...tungguin gue…" ucap Ryu pada Arif. "Mbak... Ryu pergi dulu ya?" Ryu lalu mencium tangan ibu Manda. Ryu sudah terbiasa pada orang yang lebih tua darinya selalu mencium tangan.
***
Tidak disangka keadaan di jalan saat ini sedang macet. Seperti biasa di kota besar selalu seperti ini. Penyebabnya sebenarnya adalah hal yang cukup sepele yaitu pembangunan jembatan yang tidak kunjung selesai.
Melihat keadaan yang sedang macet membuat jiwa pembalap liar Arif bergejolak. Motornya melaju di antara rapatnya mobil yang sedang ber antrian jalan. Kelakuan Arif saat ini membuat Ryu selama di perjalanan tidak henti-hentinya membaca ayat-ayat yang dia ketahui.
"Lo bisa gak sih bawa motor pelan-pelan jir!..." teriak Ryu dari belakang Arif.
Entah Arif tidak mendengar atau pura-pura tidak dengar, tapi nampaknya Arif tidak sedikitpun menurunkan kecepatannya. Ryu yang tidak pernah membawa motor sebrutal Arif hanya bisa berpegangan pada pegangan belakangnya. Dia hanya bisa berharap mereka sampai ke tempat makan bukan ke rumah sakit.
Betapa bahagianya Ryu saat motor Arif berhenti di lampu merah. Ketika motor mereka sedang berhenti disana tiba-tiba datanglah segerombolan makhluk yang dibilang cowok tapi pakai pakaian cewek, dan dibilang cewek tapi kekar dan punya jakun. Entah apa yang dipikirkan Arif setelah melihat gerombolan itu, nyatanya Arif langsung tancap gas setelah lampu menunjukkan lampu hijau.
Ryu yang kaget langsung berteriak, "Anjir!...pelan-pelan bego!..."
Sementara Arif tetap tancap gas tanpa memperdulikan teriakan dari Ryu. Sampai mereka jauh meninggalkan banci itu. Setelah dia merasa sudah jauh dari tuh banci, Arif langsung menepikan motornya. Ryu melihat Arif berkeringat dingin sangat ketakutan. Ryu sadar sahabatnya ternyata phobia banci. Ryu langsung tertawa menertawakan Arif.
"Goblok-goblok...lo phobia banci bro?…" Ryu dengan puas menertawakan Arif.
Arif ternyata saking takutnya bahkan tidak menanggapi ejekan Ryu.
"Sini biar gue yang bawa motor." Ryu langsung mengambil inisiatif untuk membonceng Arif mencari rumah makan yang dekat. Di sana dia tidak henti-hentinya menertawakan tingkah Arif. Dia merasa memiliki rahasia Arif yang tidak diketahui teman-temannya yang lain. Ryu bisa menggunakan itu disaat dia membutuhkannya

Akhirnya mereka sudah sampai di sebuah rumah makan yang tidak biasa. Dari depannya terlihat sebuah mobil bekas yang sepertinya dahulu digunakan supir angkot, karena masih mempertahankan body luarnya. Walaupun interiornya sudah dimodifikasi sedemikian rupa seperti rumah makan.
Seorang pelayan datang menyambut kedatangan mereka berdua kemudian menanyakan pesanan mereka. Kemudian mereka duduk di pojokan rumah makan tersebut. Mereka memesan dua porsi nasi campur dan dua gelas teh manis hangat. Setelah itu, Arif bisa mengendalikan ketakutannya lalu dia baru bisa berbicara pada Ryu. Dia mulai mempertanyakan pada Ryu mengenai hubungannya dengan Rasya.
"Gimana hubungan lo sama Rasya?" tanya Arif sambil menunggu makanan tiba.
"Hm.. Biasa aja…" jawab Ryu dengan santai menunggu makanannya karena kelaparan.
"Eh, lo goblok atau gimana sih?" tanya Arif dengan kesal. "Nih...gue kasih tau sama lo ya?...lo itu dideketin cewek paling cantik di sekolah...bahkan...guru olahraga kita pun...juga naksir dia…tau gak sih lo?..." tambah Arif menjelaskan.
"Lah, tapikan gue deketin tuh anak karena gue pengen tau...siapa yang ngancem gue...dan lagi Rasya masih pacarnya Dicky kan?..." Ryu menjelaskan pada Arif.
"Hm?...kalau gue bilang Rasya dan Dicky gak pacaran gimana?" tanya Arif sambil menatap Ryu.
"Eh! lo tau info itu dari siapa?" tanya Ryu kelihatan bersemangat.
"Ya... Dari teman-temannya Rasya lah," jawab Arif dengan tersenyum bangga.
"Hadeh...Bisa jadi mereka bohong ke lo, lagian lo jangan mudah percaya sama mereka," ucap Ryu mengambil kesimpulan.
Kemudian tiba-tiba ada yang masuk ke dalam rumah makan tempat mereka duduk. Ternyata yang masuk adalah seorang banci sambil membawa gitar untuk ngamen. Awalnya Arif tidak menyadari kedatangan mereka, tapi setelah bencong itu mulai menyanyi, Arif langsung lompat dari bangku tempat duduknya.
"Selamat siang mas…" seru si bencong dengan suaranya yang sengau.
"Anjir!..." seru Arif langsung kabur ke dapur.
"Ha ha ha...goblok...goblok…" ucap Ryu sambil tertawa.
"Dia kenapa mas?..." tanya banci itu pada Ryu. "Kok dia takut melihat kita?" tanyanya lagi pada Ryu. "Tenang aja…Kita gak gigit kok…"
"Gak apa-apa kok…" jawab Ryu sambil menahan tertawa. Ryu lalu mengambil uang 2.000 rupiah dari dompetnya. "Ini mas...eh mbak…" ucap Ryu sambil menyerahkan uang itu pada banci itu.
Setelah menerima uang dari Ryu. "Hau…Terimakasih mas…" ucap banci itu yang langsung keluar dari rumah makan tersebut.
Kemudian Arif mengintip dari dapur rumah makan. "Gimana bro? Mereka sudah pergi?" tanya Arif sambil mengintip.
"Sudah...aman bro…" jawab Ryu sambil tersenyum.
Seluruh pelayan di rumah makan itu tersenyum melihat Arif termasuk orang yang makan disana. Dengan pelan Arif berjalan ke arah meja tempat Ryu duduk. Tepat saat dia duduk datanglah seorang seorang pelayan membawakan makanan yang mereka pesan dan minumannya. Pelayan itu tersenyum melihat Arif yang masih bergidik ketakutan.
"Ayo bro makan dulu…" ajak Ryu pada Arif.
Tanpa menjawab Arif langsung memakan nasi campur pesanannya. Ryu juga ikut makan nasi campur miliknya karena dari tadi dia sudah kelaparan. Dia dengan cepat menghabiskan makanan yang dia pesan termasuk Arif.
Setelah makan dia langsung menyalakan sebatang rokok yang dia ambil dari kantong celana nya. Ryu terbiasa setelah makan dia langsung merokok. Setelah rokok dan minuman mereka habis, Ryu langsung membayar semua makanan yang mereka makan. Setelah itu mereka pulang ke asrama dengan Ryu yang membawa motor. Soalnya dia udah trauma dengan Arif yang bawa motor ugal-ugalan.
Bersambung...