Pagi hari di hari Senin mobil Mirhan ngebut menuju ke sekolah. Seperti biasa Ryu kembali membuat ulah dengan bagun kesiangan. Masalahnya hari ini adalah hari senin dan ada apel upacara bendera. Mereka paling tidak harus datang pagi-pagi.
"Ini gara-gara si Jin Botol kita hampir terlambat ke sekolah…" ucap Heri dengan kesal duduk di bangku belakang.
"Kok gue?..." tanya Ryu seolah tidak berdosa.
"Siapa lagi sih kalau bukan lo?..." Arif juga menimpali.
"Eh...Aligator Berdiri...lo juga bangun kesiangan jir…" Ryu tidak terima hanya dia yang disalahin.
"Kalau gue karena kerja…" Arif memberikan pembelaan.
"Kerja apanya?..." tanya Helena. "Tadi malam lo datang dengan pakaian yang gak karuan…" tambah Helena yang melihat kedatangan Arif tadi malam.
"Udah…lo pada jangan ribut...gue gak konsen bawa mobilnya…" ucap Mirhan yang duduk di belakang stir mobil.
Mereka datang tepat sebelum satpam sekolah menutup pintu gerbang sekolah. Ternyata Mirhan bisa diandalkan saat waktu genting seperti ini. Semua murid terkejut melihat mobil Mirhan melaju di halaman sekolah.
"Woy!...lo pikir ini sekolah milik bokap lo!..." teriak salah seorang murid.
"Emang!..." jawab Mirhan dengan tersenyum.
Teman-temannya pikir saat itu apa yang diucapkan Mirhan bercanda. Mereka segera memasuki area gedung sekolah. Mereka langsung berlari menuju kelas untuk bersiap-siap untuk upacara bendera.
Murid-murid kelas yang sekelas dengan mereka langsung mendatangi Arif. Mereka semua memasang wajah yang marah. Arif yang terkejut tidak bisa berbuat apa-apa.
"Heh...Rif...kenapa lo gak bilang kalau kita hari ini dapat giliran upacara?" tanya Obeng dengan wajah marah.
"Slow bro...ada apa nih?" tanya Arif berusaha menenangkan murid-murid sekelasnya yang dia ketuai.
"Lo gak bilang hari ini kita dapat tugas menjadi petugas upacara," ucap seorang cewek bernama Yunita.
"Lha...seriusan?" tanya Mirhan terkejut.
"Ya ampun...gue lupa teman-teman…" ucap Arif pura-pura goblok atau emang goblok beneran. Dia kemudian mengeluarkan kertas jadwal petugas upacara perkelas.
"Hedeh…dasar ketua kelas, fungsinya minimalis…" Ucap Heri dengan kasar.
"Kalau lo pada hanya marah-marah, gak bakalan bisa merubah apapun…" Ryu mulai bersuara. "Mending kita dari sekarang nentuin siapa saja yang sudah siap dengan tugas-tugas di upacara bendera hari ini," Ryu selalu berusaha mencari jalan tengah untuk hal seperti ini.
"Tumben otak lo bisa jalan tanpa perlu dikasih rokok," Ledek Heri sambil tersenyum.
"Kayaknya yang lebih pantas jadi ketua ketua kelas lo deh...bukannya Arif," ucap seorang cewek bernama Ida. Dari sini Arif semakin tidak punya harga diri di depan murid-murid kelas yang diketuai olehnya.
Mereka kemudian membagi tugas sesuai kemampuan murid-murid yang ada di kelasnya. Mereka sudah mempersiapkan semuanya dengan rapi. Mereka mulai bekerja mempersiapkan untuk upacara bendera.
"Heri, Mirhan, Arif...tolong bantu gue ngangkat ini podium," ucap Ryu sambil menunjuk sebuah naikan tangga untuk menulis di papan tulis.
"Anjir!...ini podium- ugh!...berat banget!…" teriak Arif saat mengangkat podium.
"Makanya gue minta bantuan lo pada…" jawab Ryu sambil mengangkat podium.
"Punya badan besar tapi ngangkat kayak gini doang teriak," Heri meledek Arif sambil mengangkat podium "Lo tadi udah mandi wajib belum sih?"
"Isi ototnya angin semua…" tambah Mirhan meledek Arif.
"Siyalan lo pada," Arif menanggapi ejekan teman-temannya. "Iye…udah...puas ya lo pada ngejek gue?"
Mereka semua tertawa menertawakan tingkah Arif yang kesal di bully sahabatnya.
"Yang semangat yah Ryu sayang!…" teriak Rasya pada Ryu yang lagi mengangkat podium. Sementara para cowok yang ada disana menatap Ryu dengan tajam. Begitu juga dengan guru olahraga, pak Rahmat Ryan. Peluit di tangannya pun seketika hancur digenggamannya.
Mereka mengangkat podium itu hingga ke lapangan upacara. Setelah itu mereka kembali ke kelas untuk mengecek kesiapan teman-temannya. Ryu terkejut saat melihat salah satu temannya yang di bagian pengerek bendera.
"Lo yakin pengen menggerek bendera pakai sarung tangan?" tanya Ryu pada temannya itu yang bernama Amrullah dipanggil Aam.
"Supaya orang tau gue sebagai penggerek bendera," jawab Aam dengan bangga. Ini adalah jawaban tergoblok yang pernah Ryu dengar.
"Bro kan lo berdiri bertiga di tengah yang nge bawa bendera," ucap Ryu dengan sabar. "Ya gak mungkin orang mikirnya lo mau debus kalau lo gak pakai sarung tangan," ungkap Ryu masih menahan emosinya.
"Paling buat gaya-gayaan doang…" Heri ikut menimpali. "Pokoknya gue harap lo jangan bikin malu kelas kita," ucap Heri pada Aam.
"Iya...santai…" jawab Aam dengan santainya.
"Yu…lo yang jadi pemimpin upacara ya?" pinta Ida pada Ryu.
"Lha kok gue?..." Ryu terkejut mendapat tugas itu. "Kenapa lo gak suruh Arif aja yang jadi pemimpin upacara?" tanya Ryu gak terima disuruh jadi pemimpin upacara. "Apalagi gue cadel...masa iya lo pengen gue jadi pemimpin upacara?" alasan Ryu cukup masuk akal, sebab dia benar-benar cadel.
"Ya udah...gue aja…" Arif langsung menerima tugas untuk menjadi pemimpin upacara.
Jadi yang mendapat tugas di upacara bendera kali ini adalah Ryu pembawa teks Pancasila, Arif pembina upacara, Heri dan Mirhan bagian paduan suara. Acara upacara bendera dimulai saat semua siswa sudah di lapangan. Awalnya acara ini berjalan dengan lancar. Hingga sebuah kejadian yang tak terduga terjadi.
Saat paling krusial dalam upacara bendera adalah saat penaikan bendera diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya. Awalnya berjalan dengan lancar hingga saat mengikat bendera ke tali. Terlihat bagian pengibar bendera sudah menarik bendera untuk dikibarkan.
"Bendera siap!..." teriak Aam dengan lantang.
Arif yang tadi hendak berteriak. "Kepada sang saka merah putih-," seketika menahan tawanya.
"Tahan dulu!..." seru seorang guru yang berdiri di samping sebelah kiri. "Perbaiki benderanya dulu…" tambahnya lagi.
Saat ini semua murid menyadari bahwa ada yang salah di bendera tersebut. "Ada apa?" tanya Aam yang masih belum menyadari. Ternyata sarung tangan yang dipakai Aam ikut terikat dengan bendera.
Karena semua yang ada disana terlalu terfokus dengan kejadian pertama, akhirnya kesalahan kedua tidak ada yang tahu pasti dimana salahnya. Hingga akhirnya saat percobaan ketiga bendera dibentangkan.
"Bendera siap…" ucap Aam tapi tidak sekeras ucapannya saat pertama.
"Kepada sang saka merah putih, Hormat…gerak!..." teriak Arif memberikan aba-aba hormat.
Paduan suara mulai menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Saat bendera sudah naik setengah dari tiang, tiba-tiba angin berhembus dengan kencang. Tali ikatan bendera di bagian bawah lepas karena kendor saat melepaskan sarung tangan dari ikatan bendera.
Awalnya yang mereka menganggap prosesi pengibaran bendera sudah berjalan dengan lancar. Tiba-tiba semuanya terkejut dengan kejadian barusan. Sedangkan pembina upacara memberikan kode agar pengibaran bendera tetap dilanjutkan. Akhirnya bendera naik dengan keadaan bagian bawah tidak terikat.
Saat sesi kesan dan pesan pembina upacara. Pembina Upacara mulai membicarakan kejadian saat pengibaran bendera. "Jadi bisa kita maklumi kesalahan yang terjadi hari ini karena kurangnya jam terbang murid-murid kelas satu," ucap pembina upacara. "Tapi seharusnya kakak kelas dari mereka, mengajarkan dengan benar saat masa Orientasi siswa, jadi kejadian seperti ini bisa diminimalisir," mendengar ucapan itu dari Pembina Upacara membuat murid-murid kelas 2 menatap murid-murid kelas 1 dengan tatapan tajam. Mereka semua menyimpan dendam yang sangat besar pada murid kelas 1 terkhususnya untuk Ryu, Mirhan, Arif, dan Heri.
ryu.maru.an
bersambung…