Chereads / HE COMES BACK / Chapter 36 - FITNAH

Chapter 36 - FITNAH

"Apa? Kau meninggalkan Ronald bersama perempuan itu?"

Ayah Karin baru saja mendengar cerita putrinya. Betapa terkejutnya ia ketika mengetahui Guina tinggal bersama mereka hingga beberapa pekan. Parahnya lagi Karin malah meninggalkan Guina di rumah itu bersama Ronald.

"Aku begitu panik, Ayah. Aku tak sampai memikirkan hal itu,"

"Semoga saja mereka tidak melakukan hubungan terlarang,"

"Ah! Mustahil, Ayah. Aku tahu betul bagaimana watak Mas Ronald dan juga Guina,"

Karin memukul lembut bokong Isha yang saat ini sedang tergeletak di brankar pasien yang kosong. Sementara Aru sibuk memerhatikan sang nenek yang tengah tertidur pulas.

"Itu kan katamu. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya,"

Karin sungguh keterlaluan. Bisa-bisanya dia membiarkan suami dan sahabatnya berduaan di rumah selama beberapa hari. Karin terlalu percaya pada dua orang itu. Dia menyangka bahwa Ronald dan Guina sama baik seperti dirinya. Hal itu membuat Ayah Karin khawatir. Dia memang tahu bagaimana perangai dan kesetiaan Ronald terhadap putrinya. Namun, Guina? Ayah Karin tidak mengenal wanita itu sama sekali.

Karin tidak merasa keberatan dengan keputusannya. Dia yakin bahwa Ronald tak akan tergoda dengan Guina. Lagi pula, Ronald bakal jarang pulang ke rumah mengingat urusannya yang begitu banyak.

Karin ingin menghabiskan waktu bersama Ibunya saja. Karin tidak tahu apakah nyawa perempuan itu bisa diselamatkan atau tidak. Pasalnya kondisi Ibu Karin semakin drop. Bahkan, wanita paruh abad itu berulang kali pingsan.

***

"Kenapa Mas Ronald bertanya seperti itu?" Guina bertanya balik.

"Aku hanya ingin tahu bagaiman tingkah istriku di luaran sana,"

"Ah, aku ingin mengatakannya, tapi aku takut rumah tangga kalian akan berantakan," lirih wanita tersebut.

"Apa maksudmu, Guin? Katakan saja!"

Ronald jadi tak enak hati mendengar kalimat sosok di depannya. Apakah Karin sudah bermain gila di belakangnya selama ini? Ronald jadi tidak sabar ingin mengetahui perkataan Guina selanjutnya.

"Aku akan memberitahumu, tapi berjanjilah untuk tidak mengadukan hal ini pada Karin. Kau tahu aku dengannya bersahabat kan, Mas?"

"Aku berjanji untuk apapun itu." Ronald menggabungkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V.

"Pertama aku tidak mengetahui jika Setyo dan Karin adalah mantan suami istri. Namun, selama ini mereka terlihat cuek di lingkungan kampus dan akrab jika di luar,"

Degh!

Jantung Ronald seketika berpacu lebih kencang.

"Bagaimana maksudnya? Bicaralah lebih jelas!"

"Kurasa Setyo dan Karin masih menyimpan hubungan, Mas. Karena aku beberapa kali memergoki mereka makan siang bersama di luar kampus,"

"Benarkah?"

"Iya. Mereka sengaja menyembunyikan kejadian itu dari warga kampus,"

"Lalu, apa lagi yang mereka lakukan selain makan bersama?"

"Aku tidak tahu, Mas. Mungkin mereka kerap bertemu di belakangku,"

Urat leher Ronald menegang serta kedua tangannya terkepal. Terlepas dari benar atau tidaknya perkataan Guina, tapi hati Ronald terlanjur sakit. Sekarang dia jadi yakin kalau kejadian kemarin hanyalah akal-akalan Karin saja. Pasti dia memang sengaja meninggalkan Guina agar bisa berduaan dengan Setyo.

"Kurang ajar sekali mereka,"

"Sebaiknya Mas Ronald pikirkan lagi untuk melanjutkan rumah tangga kalian. Aku sudah lama bersahabat dengan Karin, bahkan jauh sebelum Mas Ronald mengenalnya. Jadi, aku tahu betul bagaimana sikap Karin. Dia memang haus terhadap laki-laki. Lagi pula, aku juga sering mendapati Karin main mata dengan staff jurusan yang lain,"

Guina memfitnah Karin tanpa perkiraan. Segala macam bentuk tuduhan ia layangkan sampai-sampai membuat Ronald berada pada emosi tingkat tinggi.

"Guina. Apakah perkataanmu itu sebuah kejujuran?"

"Aku bersumpah, Mas! Aku kasihan melihat kau, Isha dan Aru. Karin itu tidak sebaik dan selugu yang kalian kira,"

"Bagaimana aku bisa percaya dengan ucapanmu?"

"Sebaiknya kau tanyakan saja pada Setyo,"

Jika Guina bisa berkata demikian berarti memang benar bahwa antara Setyo dan Karin masih memiliki hubungan. Mana mungkin Guina berani membawa nama Setyo kalau memang bukan karena sebuah fakta. Padahal, Ronald saja yang tidak tahu jika Setyo dan Guina sudah merencanakan semuanya. Ronald tidak berpikir sampai ke situ.

"Kenapa aku tidak pernah tahu,"

"Karin sangat pandai menyembunyikan semuanya. Mas Ronald, sebaiknya kau hati-hati terhadap istrimu itu mulai sekarang,"

Tiba-tiba nafus makan Ronald anjlok. Dia memundurkan kursi dan segera cabut dari sana. Ronald meninggalkan Guina seorang diri.

"Hahaha. Ternyata begitu mudah membohongimu, Ronald," batin Guina. Dia bersorak di dalam hati.

Ronald memikirkan nasib rumah tangganya. Sejujurnya dia ingin sekali menghubungi Karin untuk menanyakan hal genting itu. Namun Ronald tidak enak hati, karena pikiran Karin pasti sedang tidak fokus. Ronald akan mengintrogasinya setelah Karin balik ke kota lagi.

***

"Iya. Aku berterus terang bahwa kalian memiliki hubungan, Pak,"

"Berarti Ronald akan megira bahwa aku telah membohonginya kemarin?"

"Itu mudah. Jika dia melabrakmu, lalu katakan saja bahwa Karin yang telah mengancammu untuk tidak menceritakan semuanya,"

"Baiklah. Terserah kau saja, asal Karin dapat kembali,"

"Serahkan semuanya padaku,"

Tut…

Guina mematikan sambungan teleponnya bersama Setyo. Dia meletakkan benda gepeng itu di atas meja makan, kemudian meraih sebuah gelas untuk diisi air.

"Malam ini kau akan menjadi milikku, Mas,"

Leher Guina berputar ke sana ke mari. Dia ingin memastikan di mana Ronald berada. Setelah yakin bahwa lelaki itu ada di kamarnya, Guina mengambil sebuah botol kecil yang tersemat di dalam saku celananya.

Tes tes tes

Guina meletakkan beberapa tetesan air ke dalam gelas tersebut lalu mengaduknya hingga tercampur. Tadi diang Guina membeli sebuah cairan yang akan membuat seseorang mabuk apabila meminumnya. Guina ingin Ronaldlah yang menjadi korbannya.

Kemudian perempuan itu menemui Ronald yang berada di kamarnya. Tak lupa dia membawakan segelas air putih yang sudah dicampur obat dan sepiring cemilan.

"Mas Ronald. Aku membawakanmu makanan. Semoga pekerjaanmu jadi lebih mudah," ucapnya ketika berhasil membuka pintu.

"Iya. Letakkan saja di sana," kata Ronald tanpa melihat wajah lawan bicaranya.

Detik itu juga Ronald beranjak ke toilet yang terdapat di kamarnya. Melihat kejadian tersebut Guina buru-buru membuka lemari dan mengambil piama tidur milik Karin. Guina pun langsung keluar setelah seusai misinya terlaksana.

20 menit setelah meminum cairan yang dibawakan oleh Guina, Ronald menuju lantai bawah untuk memastikan apakah masih ada pintu yang terbuka atau sudah tertutup semua. Namun, betapa terkejutnya ia saat melihat Karin sedang duduk di sofa ruang tengah. Ronald langsung menghampiri istrinya itu.

"Sayang. Kau sudah pulang? Kenapa tidak memberitahu dulu?" Ronald bertanya.

Karin tak merespon ucapan Ronald. Dia hanya tersenyum sambil mengibaskan rambutnya. Bersamaan dengan itu kepala Ronald terasa begitu pusing. Pandangannya mulai kabur.

"Ah, aku pusing sekali. Tuntun aku ke kamar,"

Ronald langsung menarik lengan wanita tersebut dan membawanya ke dalam bilik. Niat Ronald yang tadinya hendak beristirahat mendadak berubah karena dia melihat perempuan di hadapannya itu tampil begitu cantik, ditambah dengan aroma parfum yang menggoda.

Ronald menjadi khilaf dan lupa diri. Sampai-sampai dia menjamah sekujur tubuh wanita itu dalam jangka waktu yang lama.

***

Bersambung